Rabu, 05 Januari 2011

Concept Magazine Djoko Hartanto

Djoko Hartanto

07 Oktober 2009
sumber : http://penerbitan.indonesiakreatif.net
Concept Magazine hadir sebagai penerbit untuk menyajikan media desain grafis di Indonesia yang terbilang langka, kalaupun ada sepertinya kurang diasuh secara serius atau kurang percaya diri. Padahal dunia desain grafis di Indonesia terbilang booming, sejalan masuknya informasi dengan cepat sehingga cepat pula menghasilkan ahli-ahli desain dari bangsa ini. Tapi hal tersebut kurang dibarengi bahan-bahan yang bisa menjadi referensi yang bagus atau media informasi yang bisa menggenjot kreativitas paradesainer kita. Kehadiran Concept Magazine pun jadi bisa dianggap pioner untuk media di bidang desain grafis dan cukup memuaskan dahaga para desainer kita. Dan kita pun akan terkaget-kaget bila mengetahui ternyata dibelakang Concept Magazine adalah para anak muda, yang dimotori seorang Djoko Hartanto yang tidak memiliki latar belakang sebagai publisher, berani menceburkan diri di industri yang hampir 85% dikuasai penerbit-penerbit kelas kakap.
Concept Media
Namanya Djoko Hartanto, pria asal Semarang yang lahir pada tanggal 17 Juli 1972 ini membangun sebuah penerbitan yang dinamakan Concept Media sejak tahun 2003. Dia membangun usaha itu berdua bersama Fifi Hartanto, yang merupakan istrinya, dengan menyewa sebuah apartemen di Taman Anggrek Jakarta. Apartemen itu pun memiliki dwifungsi, sebagai kantor dan juga tempat tinggal mereka. Tahun 2004 akhirnya PT. Concept Media berdiri, dengan visi sebagai penerbit yang kreatif dan berkomitmen tinggi untuk menghadirkan sesuatu yang berkualitas dan bisa menginspirasi para pembaca. Sebelumnya, Djoko pernah bekerja di perusahaanadvertising dan memanfaatkan posisinya untuk mencoba memperluas dan membangun jaringan. Kemudian, dia keluar dari tempat kerjanya dan mendirikan perusahaan desain grafis sambil memperdalam ilmu usaha penerbitan, terutama majalah, dan mempelajari seluk beluk penerbitan seperti distribusi, produksi, dan periklanan. Setelah dua tahun kemudian barulah Djoko mendirikan PT. Concept Media dan menelurkan majalah pertamanya dengan yang bertitel Concept Magazine. Dengan menjaminkan rumah pribadinya, Djoko memulai usahanya dengan modal sekitar 500 juta. Karena menurut perhitungan Djoko besaran modal inilah yang relevan untuk usaha penerbitan selain untuk pekerja dan overhead perusahaan juga karena entry barrier bisnis penerbitan memang cukup tinggi. Concept Magazine, menurut Djoko, memiliki komitmen demi komunitas kreatif Indonesia untuk menghadirkan literatur desain high quality. Pada dasarnya konsep dari Concept Magazine ini mencoba menyajikan media dengan layout yang atraktif, editorial yang pas dan menampilkan portofolio-portofolio yang high quality juga informasi-informasi sebagai referensi di dunia teknologi grafis digital. Djoko berharap hal ini bisa memberi inspirasi yang baik dan relevan bagi pembacanya. Jelas pangsa pasar majalah ini adalah para ‘penggila’ desain grafis, yang di era teknologi sekarang ini tengah tumbuh subur sejalan dengan masuknya teknologi internet. Ternyata, konsep yang ditawarkan Djoko berhasil. Penjualan majalah Concept cukup bagus dan bahkan sekarang sudah ada pelanggan fanatiknya, sekitar 30% pembeli adalah pelanggan fanatik. Majalah Concept kini sudah menjadi bahan refensi untuk para desainer grafis di Indonesia, terbukti menurut Djoko setiap edisi majalahnya (sudah 21 edisi) selalu terjual habis dalam skala lebih dari 1000 eksemplar. Kemudian Djoko menerbitkan majalah yang lain yang bernama “BabyBoss”. Babyboss konsepnya majalah yang coba mengupas serta menampilkan perkembangan seni dan budaya terbaru seperti urban art, desain eksperimental, dan kreativitas radikal untuk yang muda dan dinamis generasi saat ini. Tidak berhenti sampai disitu, Djoko kembali menelurkan ide konsep briliannya, dia akan memproduksi cerita bergambar (cergam) atau komik yang berjudul Alia. Cergam yang bercerita tentang Ratu Adil ini, 100% Indonesia. Hasil dua tahun kerja keras, akhirnya Alia siap untuk di-launch. Dan yang yang menjadi istimewa adalah orang-orang dibalik pembuatan cergam ini adalah putra-putra bangsa yang karyanya sudah diakui di dalam negeri bahkan luar negeri, ada Chris Lie kreator komik Transformer dan G.I Joe, juga ada Oyas dan Iput yang banyak membuat komik dalam negeri. Sebenarnya, motif di balik cergam Alia ini pemikiran idealis seorang Djoko yang ingin mengangkat karya anak bangsa dan menularkan tren cergam atau cerita bergambar. “Jepang punya Manga, China punya Manhua, dan Indonesia punya Cergam”, tutur Djoko. Menurut Djoko ini hanya pergerakan awal dari idealismenya dan berharap bakal mewabah kembali virus “cergam” di Indonesia. Dahulu kita mempunyai Jan Mitaraga, R.A Kosasih, Ganes Th, dan sekarang harus terlahir kembali para pembuat cergam generasi muda yang berkarakter. Walau sebenarnya banyak cergamis-cergamis dari dalam negeri ini, tapi sepertinya mereka terlalu terpengaruh komik-komik luar sehingga kurang memiliki identitas dan selalu kalah bersaing dengan komik dari luar negeri. Djoko mengawali identitas karya bangsa ini dengan mengubah paradigma komik menjadi cergam.Djoko Hartanto
Djoko Sang Konseptor
“Karena cinta banget dengan desain, dulu masih idealis, sekarang sudah realistis namun masih passionate. Motivasinya adalah marah karena Indonesia dicela-cela, jadi ingin bikin majalah yang bagus banget sehingga ngga malu-maluin bangsa, sok banget ya?” Djoko memaparkan motivasinya. Kemudian motivasi pun harus dibarengi dengan kerja keras sehingga dapat mencapai keberhasilan. Dan Djoko melakukan pengabdian akan kecintaan kepada obsesinya ini dengan kerja keras dan percaya diri. Apalagi pemain di bidang penerbitan bukan pemain sembarangan, mereka sudah lama bertahan dan jelas kuat secara distribusi. Namun Djoko tidak lantas loyo, malah fakta ini memecut motivasinya sehingga mengarahkan dia untuk secara tekun dan sabar membangun jaringan distribusinya sendiri. Saat ini distribusi Concept Magazine dan Babyboss masih di pangsa pasar dalam negeri, tapi pelan-pelan tapi pasti Djoko mulai melebarkan sayapnya ke pasar mancanegara. Sekarang, perjuangan Djoko sudah menghasilkan beberapa perkembangan. Perusahaan Djoko kini sudah bisa menggaji 30 orang pegawai tetap yang kebanyakan memiliki latar belakang keahlian di bidang desain. “Kesejahteraan karyawan: Gaji jelas sudah pasti diatas UMR. ada tunjangan hadir, ada jugareimbursement bill dokter!”, jelas Djoko. Tapi Djoko punya catatan untuk sumber daya manusia Indonesia, menurutnya rata-rata orang Indonesia sangat berbakat tapi kurang bisa tepat waktu, “Bisa macam-macam sebabnya: karena Jakarta macet sehingga sulit datang ke kantor tepat waktu, atau karena saya sendiri yang masih harus belajar memotivasi”, ujar Djoko merendah. Selain perluasan distribusi, kunci usaha Djoko selanjutnya adalah diversifikasi produk bisnisnya, oleh karena itu Concept Media menerbitkan Babyboss dan cergam Alia. Tetapi ada hal lain yang harus menjiwai semua produk yaitu kualitas, menurut Djoko dengan kualitas “the product speak for itself”, dengan kata lain kualitas menjadi jaminan market itu sendiri. Dalam distribusinya pun Djoko tidak alergi untuk bekerja sama dengan pihak distribusi penerbitan yang lain. Pada bulan Oktober 2005, Djoko masuk dalam Tim Revitalisasi ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) bersama 13 orang desainer lainnya, yaitu seperti: Andi S Boediman, Ardian Elkana, Danton Sihombing, Divina Nathalia, Gauri Nasution, Hastjarjo B Wibowo, Hermawan Tanzil, Ilma D Noe’man, Irvan A Noe’man, Lans Brahmantyo, Mendiola B Wiryawan, Nia Karlina, dan Sakti Makki. Tim ini bekerja selama 5 bulan untuk merumuskan platform “ADGI Baru”. Berdasarkan evaluasi terhadap kinerja ADGI pada masa lalu, dirumuskan branding platform Adgi baru yang kini hadir dengan deskripsiIndonesia Design Professionals Association. Djoko Hartanto saat ini memang berada dijalur yang tepat dan dia sudah mulai meraup keberhasilan demi keberhasilan, namun pendiri PT. Concept Media ini masih merasakan kekurangan di dalam perusahaanya dan hal ini dia rasakan menjadi hambatan usahanya. “Hambatannya adalah ada pada saya sendiri sebagai leader. Karena spesifikasi saya adalah orang kreatif maka kemampuan manajerial saya cukup terbatas, jadi pada saat perusahaan bertumbuh saya masih menjalankannya sendiri semua, masih kurang delegasi. Mau sewa CEO, duitnya belum cukup”, papar Djoko. Berbicara mengenai permodalan, Djoko berharap selain bantuan modal dari perbankan juga ada semacam pelatihan finansial maupun manajemen secara umum untuk orang-orang pelaku industri kreatif seperti dia. Djoko menambahkan, bahwa dengan edukasi ke masyarakat maka industri kreatif akan memiliki nilai tambah dan industri ini pun akan cepat berkembang. Djoko sangat senang dan antusias melihat arah pendekatan pemerintah (Departemen Perdagangan), dia berharap para UKM (Usaha Kecil dan Menengah) kreatif difasilitasi agar bisa menjadi besar dan banyak. Pemerintah juga harus memberikan edukasi pada BUMN mengenai pentingnya peranan kreatifitas bagi pertumbuhan usaha. Untuk akademisi diharapkan memiliki program pendidikan yang lebih industry oriented. “Harapannya pemerintah bisa memfasilitasi secara konkret. "Ngga usah dikasih dana, Berikan saja infrastruktur misalnya Ruang Pamer Representatif yang ada di Pusat kota yang dapat disewakan pada pelaku industri kreatif dengan harga wajar tersubsidi. Pemerintah bertindak dengan bijak dan konkret misalnya menghapus sensor di industri film, melarang free pitching di Industri desain grafis atau advertising, pemerintah mengharuskan perusahaan besar memakai perusahaan lokal saat berganti logo”, papar Djoko. Karena dia yakin bila industri kreatif kita dapat menjadi industri yang menyumbangkan pendapatan bagi banyak orang, juga bisa menjadi industri yang kuat dan dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia. Yang membuat Concept Media berbeda dengan yang lain adalah passion atau hasrat demi suatu kreativitas dan kualitas, yang paling penting juga adalah passion dari pendirinya, kecintaan pendirinya menjalani mimpi idealisnya. Tanpa tanggung-tanggung, Djoko mempunyai mimpi untuk membangun perusahaan penerbitan skala dunia yang sukses menerbitkan literatur bermutu, inspiratif dan orisinil. Tetapi sebelum menuju kesana, dia mencita-citakan memiliki perusahaan yang bersih, menguntungkan dan sehat, menjadi tempat orang mencari nafkah, minimal 100 orang. Dan dalam menjalankan perusahaannya itu dia sudah tidak merasa single fighter lagi, karen Djoko berharap dapat berkonsentrasi ke hal-hal kreatif yang lain yang menjadi kesukaannya pada saatnya nanti. “Oh ya, semua itu bakal dicapai dengan jujur, tidak squeezing orang lain, adil, dan tentunya tidak ngemplang BLBI”, tegas Djoko. Arah perjuangan Djoko makin jelas dan semua dia lakukan semata untuk hajat hidup dan martabat rakyat Indonesia. Dan bangsa yang haus akan inovasi kreatif ini pun akan selalu menunggu konsep-konsep cemerlang keluar dari kepala seorang Djoko Hartanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar