Rabu, 05 Januari 2011

Semua orang suka yang aneh-aneh. Semua orang suka yang unik-unik. Itu senjata kita.” Ben Wirawan S, Co-Founder & Director Mahanagari

Semua orang suka yang aneh-aneh. Semua orang suka yang unik-unik. Itu senjata kita.” 
 Ben Wirawan S, Co-Founder & Director Mahanagari
Mahanagari adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi merchandise dengan mengangkat tema budaya lokal. Keunggulan produk utama Mahanagari adalah t-shirt dengan desain-desain kontemporer yang seringkali nyeleneh, menggelitik sekaligus memiliki misi sosial. 

Dengan tagline 'Bandung Pisan' (arti: Bandung banget) Mahanagari berhasil menjadikan kaos oblong sebagai media kampanye budaya. Sehingga produk-produk mereka tidak hanya  menjadi suvenir bagi wisatawan, tapi juga dapat meningkatkan pengetahuan, kecintaan dan kepedulian warga kota terhadap kotanya sendiri. Didirikan oleh Ben Wirawan S dan Hanafi Salman pada tahun 2005, produk Mahanagari lainnya dapat kita temukan juga dalam bentuk gantungan kunci, pin, mug, kartu pos, dan lain-lain. 

Dengan konsepnya yang khas tersebut kini Mahanagari bisa meraih omzet ratusan juta rupiah per bulan. Selain itu Ben dan Hanafi juga berhasil menjadikan Mahanagari sebuah ikon brand bagi kota Bandung.  


Ide Mahanagari
Nama Mahanagari sendiri diambil dari paduan dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu 'maha', yang artinya besar, dan 'nagari' , yang artinya negara. Pilihan bahasa Sansekerta sengaja diambil karena  Sansekerta  merupakan akar dari semua bahasa di Indonesia. Nama tersebut dipilih karena menurut Ben kelak dia ingin produknya tidak hanya mengangkat tema tentang kota Bandung, tapi juga kota-kota lain di Indonesia.  
Sementara ide berdirinya Mahanagari serta bagaimana perusahaannya berjalan berawal dari pengalaman pahit dan juga berbagai “kecelakaan”. Pada tahun 1998 ketika Ben hendak melakukan studi di Singapura dia mencari suvenir kota Bandung untuk acara tukar kado dengan pelajar-pelajar dari negara lain.

“Saya sudah mencari ke seluruh Bandung, tapi tidak menemukan satu pun barang yang bisa  dibawa sebagai cinderamata. Yang ada paling hanya wayang, tidak ada yang kontemporer” kisah Ben. 

Menurut Ben t-shirt adalah sebuah bahasa standar yang universal untuk menunjukan identitas dari mana kita berasal. Dari pengalaman kesulitan mencari cinderamata itulah Ben mendapatkan ide untuk membuat Mahanagari.

“Pada awalnya memang ada beberapa merek yang memproduksi kaos bertemakan kota Bandung, tapi tidak ada yang bertahan di line tersebut. Tidak ada yang mengarapanya secara serius”  papar Ben. 

Untuk itu Ben dan Hanafi harus melawan arus pasar. Memulai menjual produk Mahanagari sambil mengenalkan konsepnya merupakan suatu tantangan tersendiri.
”Kita harus menggabungkan antara idealisme, kreatifitas dan industri. Dan itu tidak mudah, semua orang pesimis. 80% orang yang kita temui, pada awalnya mengatakan bahwa usaha ini tidak akan berhasil” jelas Ben.
Banyak orang menyarankan Ben untuk meninggalkan konsepnya dan memproduksi kaos-kaos distro yang sedang digemari pada saat itu. Lebih jauhnya Ben menggambarkan awal berdirinya Mahanagari  dengan analogi sebuah lorong.

“Kalau orang bilang di ujung lorong biasanya ada secercah cahaya, waktu itu kita tidak melihat cahaya apapun. Semuanya gelap dan panjang, baru setelah dua tahun kita melihat secercah cahaya”

Perjuangan Ben dan Hanafi membuat mereka berjualan kaos-kaos Mahanagari di kereta api Parhayangan jurusan Bandung-Jakarta. Pada awalnya Ben menjelaskan bahwa mereka memang belum percaya diri. 

Pada tahun 2001 dari lima desain awal mereka memproduksi 250 t-shirt, selain dijual langsung mereka juga menitipkan produk-produk Mahanagari di daerah Braga dan Setiabudhi, tempat dimana banyak terdapat wisatawan asing juga ekspatriat. 

Strategi Mahanagari mulanya memang hanya menargetkan pasar untuk bule, tapi kemudian belum lagi setahun berjalan terjadi tragedi Bom Bali pada tahun 2002. Tidak ada lagi turis asing. Penjualan mereka langsung turun drastis 75%. Karenanya Mahanagari pun berhenti berproduksi. Mengambil perkataan Ben, Mahanagari tiarap. Tapi untungnya hanya sementara karena ada sebuah “kecelakaan” yang diikuti “kecelakaan”-”kecelakaan” lain yang membuat Mahanagari bangkit.  
“Kecelakaan” Yang Maksimal 
“Di Mahanagari konsepnya selalu 'kecelakaan', tapi kita bisa membuat 'kecelakaan' tadi menjadi sesuatu yang maksimal” terang Ben.

“Kecelakaan” yang pertama terjadi di akhir tahun 2004, Ben dan Hanafi memiliki seorang teman yang tidak sengaja meminjam modal terlalu banyak ke bank. Dia lalu menawarkan kelebihan modal itu pada Ben dan Hanafi dengan syarat untuk menghidupkan kembali Mahanagari. 

“Saya bilang pada Hanafi, kita mau memulai lagi Mahanagari asal dengan perbedaan yang mendasar”
Ben dan Hanafi menyebut kebangkitan Mahanagari pada tahun 2005 itu dengan Mahanagari jilid 2. Perbedaan mendasar itu adalah dengan membagi persentase 50-50 untuk target market mereka antara turis dan penduduk lokal. Selain itu kebetulan juga jalan tol Cipularang baru dibuka, sehingga tercipta juga peluang untuk menggarap pasar turis domestik.
“Kecelakaan” yang kedua adalah tentang desain. Mahanagari sangat terbuka untuk menerima desain t-shirt dari siapapun. Hingga kini setidaknya ada lebih dari 60 desain t-shirt yang pernah dihasilkan oleh Mahanagari. Meskipun desain merupakan kekuatan utama dari produk Mahanagri, tapi mereka berhasil hanya dengan memiliki dua orang desainer di dalam perusahaan.   

“Ceritanya waktu awal-awal kita masih kekurangan desain (untuk t-shirt), terus kita kontak teman-teman kita. Kita jelaskan konsep kita, lalu kita tanya ke mereka kira-kira bisa membuatkan desainnya atau tidak” terang Ben. 

Semenjak itu mereka terus menjalankan kebijakan tersebut, dan dari hasil desain t-shirt orang lain itu ternyata banyak yang menjadi best-seller. Hal ini menjadi solusi yang saling menguntungkan, karena disainer 'dari luar' itu terus mendapatkan royalti jika kaosnya laku terjual, sementara dari sisi perusahaan mereka tidak memerlukan banyak desainer. 

Menurut Ben jika dalam sebulan ada dua sampai tiga desain yang dihasilkan itu berarti sudah bagus. Dalam desain Ben juga mempelajari terdapat perbedaan antara konsumen perempuan dan laki-laki.
“Bagi perempuan yang penting itu cuting (potongan t-shirt), warna, baru desain. Sementara buat laki-laki yang penting desain dulu, baru warna.”  ungkap Ben.
Dari hasil desain-desain tersebut Mahanagari mulai mendapat liputan dari media massa, terutama desain-desain t-shirtnya yang nyeleneh dan menggelitik. Sejak itu merk Mahanagari mulai semakin dikenal masyarakat, dan liputannya pun semakin meluas hingga ke media massa nasional.

Mengenai desain-desain tersebut Ben menjelaskan bahwa: “Semua orang suka yang aneh-aneh. Semua orang suka yang unik-unik. Itu senjata kita.” 

Walaupun begitu desain yang dibuat harus matang dan dapat dipertanggung jawabkan karena edukasi yang disampaikan harus sampai pada konsumen.
Kecelakaan - Kecelakaan” Lainnya
“Kecelakaan” yang berikutnya adalah mengenai konsep 'Local Genius', dimana Ben dan Hanafi mengumpulkan tokoh-tokoh dan orang-orang Bandung yang kompeten di bidangnya untuk menjadi model t-shirt mereka sebagai ajang promosi produk-produk Mahanagari.
“Itu gara-gara saya diajak pameran oleh Isa Perkasa (seorang seniman) tentang kaos oblong. Tapi kalau cuma memamerkan disain kaos saja, hasilnya akan cuma seperti showroom. Karena itulah muncul ide untuk memajang foto para 'Local Genius' sambil mengenakan kaos Mahanagari”
Disamping memotret para 'Local Genius' itu, dalam pameran yang diadakan pada tahun 2007 tersebut, Mahanagari juga menerangkan prestasi-prestasi mereka. Sehingga sampai sekarang penggarapan konsep 'Local Genius' itu terus mereka jalankan.  “Kecelakaan” ini menjadi solusi bagi Mahanagari, karena selain mereka merasa tidak mampu untuk membayar model betulan untuk promosi, dengan cara ini juga Mahanagari konsisten dalam mengedukasi masyarakat.
“Kecelakaan” yang berikutnya adalah wiraniaga Mahanagari atau yang biasa mereka sebut dengan 'wiga'. Dari sejak Mahanagari berdiri terhitung ada 12 tempat yang pernah mereka gunakan sebagai lokasi penjualan. Tapi dari 12 lokasi itu hanya satu yang bertahan, yaitu yang terletak di pusat perbelanjaan Cihampelas Walk. Dan sejak itu juga mereka hanya menggunakan mahasiswa sebagai tenaga wiraniaga paruh waktu.
“Awalnya gara-gara toko sudah mau buka, tapi kita belum mendapatkan orang untuk berjualan. Karena saya dulu dosen, jadi saya menawarkan mahasiswa-mahasiswa saya untuk mendapatkan uang tambahan”

Tapi ada maksud baik dibalik penggunaan mahasiswa sebagai 'wiga' tersebut. Ben sebenarnya berharap  dia dapat menularkan jiwa entrepreneur pada para mahasiswa. Selain itu dia juga berharap kampanye budaya Mahanagari dapat tersebar lewat efek 'ketuk tular'  (word of mouth) melalui 'wiga' ke teman-temannya.


Social Entrepreneur
Diluar penjualan merchandise Mahanagari kerap mengadakan kegiatan-kegiatan sosial. Contohnya: pameran, tur sejarah kota, wisata budaya, diskusi publik bahkan hingga membuat film tentang Bandung. Hal ini dilakukan Mahanagari sebagai upaya untuk melakukan kampanye budaya yang seutuhnya. 

Di sisi lain kegiatan-kegiatan tersebut memiliki banyak manfaat bagi Mahanagari. Pertama, sebagai ajang promosi.
“Karena acara-acara seperti itu akan diliput oleh wartawan. Wartawan pasti butuh berita. Baru-baru ini saja kegiatan kita main ke (situs) Gunung Padang dan diliput oleh National Geographic Traveller” jelas Ben.  

Kedua, kegiatan-kegiatan itu menciptakan loyalitas konsumen. Para konsumen yang memiliki kepedulian yang sama terhadap persoalan-persoalan kota dan budaya mendapatkan sebuah wadah komunitas baru. 

Yang terakhir, karena Ben dan kru Mahanagari lainnya memang senang bertualang. Dan, mereka selalu aktif untuk mengajak orang-orang juga menceritakan kembali petualangan mereka tersebut dalam berbagai media. 

Oleh karenanya, tidak salah jika Mahanagari yang ditukangi Ben dan Hanafi ditasbihkan sebagai 'social entrepreneur', suatu tipe pengusaha yang masih terbilang langka.

Mahanagari kini telah mendapatkan beberapa penghargaan, seperti Gold Award dalam Indonesian Good Design Selection 2008 yang diserahkan langsung oleh Presiden SBY. Juga penghargaan dari Gubernur Jawa Barat untuk Perusahaan Kreatif Prospektif 2007 dan Desain T-Shirt Terbaik 2008. Terakhir, mereka dimasukan kedalam daftar 200 ikon kota Bandung pada tahun 2010 ini.

Menurut Ben keberhasilan itu dapat diraih karena dia percaya bahwa setiap orang dikaruniai kreatifitas, apalagi dalam keadaan tertekan. Dia juga berpendapat manusia itu lebih sering menghitung kegagalan, tapi jarang sekali menghitung keberhasilan.

Dalam menghadapai kegagalan di sepanjang perjalanan Mahanagari, Ben mengatakan: “Evaluasi, lalu peluk aja. Deal with it”  

Karena menurutnya dalam setiap kegagalan, selalu tersimpan sebuah pintu yang dapat membawa keberhasilan. Mereka sendiri adalah buktinya.
Untuk ke depannya kini Mahanagari masih berusaha untuk mewujudkan cita-citanya  mengangkat tema tentang kota-kota lain di Indonesia, seperti arti dari Mahanagari itu sendiri.
 

BIODATA
NAMA PERUSAHAAN  :  CV Mahanagari Nusantara
KANTOR & STUDIO      : Jalan Dangdeur Indah I no 11, Bandung 40163, Indonesia
OUTLET                          : Cihampelas Walk
PENGHARGAAN    
- Gold Award – Indonesian Good Design Selection 2008.
- Penghargaan Gubernur Jawa Barat untuk Desain T-Shirt Terbaik 2008
- Penghargaan Gubernur Jawa Barat untuk Perusahaan Kreatif Prospektif 2007.

PAMERAN        
"Kaos Oblong dan Musik Odong", Galeri Rumah Teh - Dago Tea House, Bandung, 2007
"Kala Bandung", Taman Cikapayang-Dago dan kaki jembatan layang Pasupati, Bandung 2009

BIOGRAFI  PENDIRI
Nama               :  Ben Wirawan S
TTL                   : Samarinda, 8 Mei 1976
Pendidikan     :
-   Program Studi Desain Produk ITB (1994)
- International Marketing and Small Medium Enterprises Management (Non Degree Program), Faculty of Business Administration, National University of Singapore – Singapore (1998)

Nama               : Hanafi Salman
TTL                   : Bukit Tinggi, 14 Februari 1976
Pendidikan     : Program Studi Desain Produk ITB (1994)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar