Rabu, 26 Januari 2011

PELUANG USAHA


Di Bawah Ce Pek Ceng bakal Laris Manis



Transaksi melalui jalur e-commerce bakal tumbuh pesat tahun depan
Pertumbuhan bisnis e-commerce cukup pesat tahun ini. Sebagian dipicu oleh merebaknya pengguna Facebook. Meski begitu, perlu memupuk kepercayaan dalam bertransaksi. 
perlu aturan yang jelas sekaligus sistem yang lebih aman.
Tahun ini, kegiatan jual beli secara elektronik alias electronic commerce (e-commerce) berkembang pesat. Banyak pemain besar terjun dan berusaha memperbesar penguasaan pasar. Plasa.com muncul lagi dengan wajah dan target baru. Global Mediacom menggandeng Rakunten untuk membuat situs e-commerce terbesar.
Pemain lama juga merasakan bisnis ini tumbuh. Tokopedia.com, misalnya, sebagai startup company dengan modal terbatas, ternyata berkembang bagus. Situs ini dikunjungi oleh sekitar 20.000 pengunjung per hari, sementara page view alias frekuensi pembacaan halaman mencapai 4 juta per bulan. Saat ini, mereka beranggotakan 60.000 anggota aktif, dengan penjual (merchant) aktif berjumlah sekitar 6.000.
Dengan menjual lebih dari 100.000 produk, selama bulan November 2010, transaksi Tokopedia.com mencapai sekitar Rp 2 miliar. “Setiap hari, rata-rata kami menghasilkan lebih dari 100 transaksi,” kata Leontinus Alpha Edison, pendiri Tokopedia.com.
Kaskus, pemain e-commerce terbesar lainnya juga merasakan pertumbuhan ini. Danny Wiriawan, Direktur Pemasaran PT Darta Media Indonesia, pemilik situs Kaskus, bilang, transaksi di Kaskus meningkat 20% tiap bulan. Penambahan thread juga sangat pesat.
Tak heran pengamat teknologi Onno W. Purbo melihat, bisnis e-commerce bakal terus tumbuh subur, terutama setelah meledaknya Facebook dan Kaskus. Hanya saja, sebagian orang masih menggunakan email untuk transaksi. "Umumnya mereka melakukan itu hanya dengan orang-orang yang benar-benar sudah dikenal dan dipercaya," kata dia.
Sayang, biaya akses internet yang mahal masih menjadi kendala utama. Perbaikan infrastruktur backbone internet yang merata menjadi impian banyak orang. Selain itu, pemerintah juga perlu membuat kebijakan yang dapat merangsang pertumbuhan e-commerce. “Kebijakan yang tepat bisa memupuk tumbuhnya pengusaha muda,” jelas Danny.
Garap pasar niche
Tahun depan, semakin banyak orang nyaman dengan e-commerce. Meski begitu, masih butuh beberapa tahun untuk membuat e-commerce benar-benar diterima di Indonesia. Danny memperkirakan, tahun depan, transaksi barang dengan harga kurang dari Rp 100.000 akan meningkat pesat.
Selain produk-produk konvensional yang selama ini paling laku seperti pakaian, gadget, dan buku, kenaikan transaksi juga akan terjadi pada produk virtual. Rama mencontohkan, Indomog.com yang menjual voucher game online, saat ini mulai menguasai pasar.
Selain penjual barang, beberapa bisnis jasa pendukung e-commerce juga bakal menanjak. Bisnis penyedia rekening bersama, konsultan optimalisasi mesin pencarian, dan lain-lain akan panen seiring pertumbuhan jumlah pemain e-commerce.
Leon optimistis, peningkatan popularitas online market place akan memperbanyak penjual e-commerce lantaran lebih sederhana dan tidak menuntut pengetahuan teknis tinggi. Oleh karena itu, tahun depan, Tokopedia juga mulai fokus ke bagian pemasaran dan promosi, dengan target user aktif sekitar 10 kali lipat dari sekarang.
Hanya saja, kunci agar bisa memenangi persaingan dengan para pemain besar seperti Plasa.com, eBay, Rakuten, para pemain e-commerce harus menunjukkan diferensiasi yang kuat. Menurut Rama, salah satu strateginya adalah dengan memperkecil pasar lewat spesialisasi menjual produk-produk yang spesifik (niche). Contohnya, penjualan barang koleksi dan antik di Krazymarket.com atau produk fashion kelas atas di Fashionprivate.com.
Perlu Solusi Memupuk Kepercayaan
Hambatan terbesar e-commerce di Indonesia adalah masalah kepercayaan. Shinta W. Dhanuwardono, Chief Executive Officer (CEO) Plasa.com bilang, saat ini belum ada kepercayaan 100% antara penjual dan pembeli via internet.
Masalah kepercayaan ini juga menyebabkan rata-rata pengguna Kaskus memilih mekanisme pembayaran cash on delivery (COD): ada barang ada uang. Para penjual juga harus berjuang menjaga reputasi. “Kalau mereka menipu, orang-orang pasti akan menyebarkan hal itu,” jelas Onno Purbo, pengamat e-commerce.
Sebagian orang masih juga menganggap, pembayaran lewat kartu kredit atau Paypal belum terlalu aman. Buktinya, masih saja ada kasus pembobolan. “Harus dipikirkan cara mempermudah transaksi,” kata Shinta.
Beberapa pemain e-commerce mencari jalan keluar. Plasa.com telah bekerja sama dengan beberapa bank untuk mempermudah transaksi online. Kaskus juga mengeluarkan Kaspay untuk pembayaran, sementara Tokopedia telah menyediakan rekening gabungan alias escrow account.
Rama Mamuaya, pendiri Dailysocial.net bilang, operator telekomunikasi bisa saja mengembangkan micro-mobile-payment, bertransaksi dengan pulsa telepon. Sayang, inovasi ini belum juga terwujud.
Aturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) belum sempurna. Onno bilang, ada beberapa pasal dalam UU ITE yang tidak aplikatif. “Semuanya bisa dianggap melanggar pidana kalau mengikuti UU tersebut,” tukas dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar