Sabtu, 22 Januari 2011

Marketing Communication



Marketing Communication
   Oleh : Rinella Putri



Kamis, 14 Juni 2007 15:00 WIB
(Vibiznews - Sales & Marketing) - Integrated Marketing Communication adalah konsep perencanaan marketing komunikasi yang melibatkan semua bentuk komunikasi untuk mempengaruhi konsumen sehingga bisa mendapatkan efek komunikasi jauh lebih besar. Bentuk komunikasi itu meliputi iklan, PR, jaringan distribusi, sales promotion, direct marketing, CRM dan bentuk bentuk marketing komunikasi lainnya yang terus berkembang seiring dengan semakin berkembangnya ilmu ini.

Pada organisasi model tradisional, perusahaan terdiri dari beberapa departemen fungsional dimana masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Misalnya, sebuah organisasi umumnya memiliki divisi penjualan, divisi pemasaran, divisi R&D, dan lainnya. Kelemahan dari model ini adalah terkadang masing-masing departemen beroperasi sendiri dengan agendanya masing-masing dan tidak berkoordinasi dengan departemen lain.

Lagipula, dibawah struktur organisasi tradisional, pesan penjualan dan pemasaran terpecah-pecah dengan banyaknya strategi dan taktik. Berbagai pesan pemasaran melalui iklan, promosi, PR, personal selling, direct marketing dan web site seringkali tidak mendukung satu sama lainnya. Sehingga hasilnya adalah tidak ada suatu pesan yang sama, kesetiaan merek menurun dan biaya pemasaran yang besar
Sebaliknya, integrated marketing mencakup seluruh strategi komunikasi pemasaran perusahaan dibawah satu visi dan startegi tersebut dilaksanakan oleh seluruh departemen yang relevan dalam perusahaan. Dalam model integrated marketing, suatu organisasi memiliki tujuan utama yang berdasarkan pada memaksimalkan awareness diantara target pasar dan memastikan bahwa seluruh pesan yang disampaikan melalui media konsisten.

Hambatan dari IMC
Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan tidak dapat berubah dari traditional marketing ke integrated marketing. Walaupun penelitian menunjukkan bahwa manajemen puncak dan marketing executive di perusahaan besar mengindikasikan bahwa lebih dari 70% menyukai konsep IMC yang ditawarkan oleh agen periklanan, namun kebanyakan dari mereka tidak membeli layanan IMC.

Umumnya, alasan perusahaan tidak mau berubah dari traditional marketing ke IMC adalah:
1. Ego: banyak orang yang tidak mau membagi informasi yang mereka mailiki karena mereka telah bekerja keras untuk memilikinya dan mereka hanya percaya dirinya sendiri. Meeka tidak mau membagi rencana untuk sukses. Namun, mereka ingin orang lain kegum akan rencana dan hasil yang berasal dari mereka.
2. Budget: Pada perusahaan tradisional, anggaran ditetapkan oleh departemen. Orang beranggapan jika departemen bekerja menurut tujuan bersama, maka hal itu dapat berdampak negative terhadap anggaran.
3. Inersia: Umumnya orang enggan untuk melakukan perubahan. Pertama, karena hal yang mereka lakukan sekarang lebih mudah. Kedua, mereka takut untuk berubah karena merasa takut akan hal-hal yang tidak familiar.

Menurut Rayna Skolnik, ada empat isu penting mengenai IMC ini:
Pertama, pada zaman sekarang ini pelanggan memiliki lebih banyak pilihan, dan juga memiliki tuntutan lebih banyak. Mereka memiliki akses ke lebih banyak produk, informasi dan tempat membeli, sehingga kompetisi menjadi semakin ketat. Jika perusahaan tidak memberikan apa yang diinginkan pelanggan, maka dengan mudah mereka akan menemukan perusahaan lain yang memenuhi keinginan mereka.

Kedua, pasar sekarang berubah. Perusahaan tradisional mengembangkan barang atau jasanya, menetapkan tujuan penjualan dan membuat rencana untuk menciptakan permintaan. Pendekatan tradisional ini disebut juga inside-out marketing, karena perencanaan pemasaran berasal dari dalam perusahaan. Sebaliknya, outside-in planning yang merupakan basis dari CRM berasal dari pelanggan serta kebutuhannya.

Rayna Skolnik menyatakan bahwa supaya sukses dalam menerapkan IMC, perusahaan dapat menerapkan langkah-angkah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan dengan mengadakan riset
2. mengintegrasikan agensi-agensi di luar dengan perusahaan, atau lebih baik menggunakan satu agensi untuk menangani seluruh elemen bauran komunikasi
3. mengedepankan kerjasama tim
4. Selalu konsisten, karena adanya konsistensi dalam pesan menciptakan awareness, menekankan pesan yang ingin disampaikan, dan turut membangun merek
5. melakukan meeting cross-functional secara regular
6. menyediakan pelatihan bagi karyawan
7. memonitor hasilnya melalui media
8. memikirkan kembali masalah kompensasi, karena sudah seharusnya program insentif sejalan dengan pencapaian tujuan organisasi bukan hanya tujuan individu maupun departemen semata.

Sumber:
http://www.hipermarketing.com
http://www.swa.co.id

Thread yang berhubungan


COMMENT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar