KISAH SUKSES PENGUSAHA KONVEKSI BERAWAL DARI TOPI
Rabu, Maret 03, 2010 by Nurgiantoro · 0 komentar
Bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan memang jadi sebuah keharusan. Apalagi ketika memulai usaha baru. Tentu, tak bisa berleha-leha untuk mengerjakannya karena harus memenuhi target yang diinginkan. Hal itulah yang dilakukan Adrilsyah Adnan saat memulai karirnya menjadi pengusaha.
Tahun 1997, Adril baru menyelesaikan kuliahnya di Bandung. Lelaki kelahiran Bukit Tinggi ini pun harus mulai mandiri. Apalagi ia memang merupakan seorang perantau dari seberang pulau. Otomatis, ia harus mencari cara untuk bisa bertahan hidup di Bandung.
Ia memulainya dengan menjadi broker sweater rajut di Bandung untuk di jual ke Jakarta. Dari Ibu Kota, ia datang kembali dengan membawa topi untuk di pasarkan di Bandung. Beberapa bulan kegiatan itu dilakukannya. Sebetulnya, untung yang ia ambil pun tidak banyak, karena pesanannya masih partai kecil.
“Dulu hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, jadi mau gak mau harus dijalani,” ujar ayah yang memiliki tiga anak laki-laki ini.
Bisnis yang berawal dari kebutuhan itu pun berkembang menjadi usaha yang menguntungkan. Itu bermula dari Adril yang menemukan celah baru di dunia bisnis. Penjualan topi pun tak mengandalkan lagi produk asal Jakarta. Sedikit demi sedikit, ia membangun konveksi yang khusus membuat topi.
Setelah cukup berkembang, ia memberanikan diri membuka usahanya dalam bentuk toko di kawasan Parahyangan Plaza. Toko topi dengan merek dagang Warning ini pun cukup laku. Dari sana, ia pun mulai mengembangkan sayapnya dengan membuka produk baru. Di tahun 2000 ia pun menjadi pelopor bisnis pakaian distro di kawasan Parahyangan Plaza.
Adril pun mulai dengan membuat produk berupa kaos, tas, hingga apparel distro lainnya. Ia pun tak hanya membuka tokonya di Bandung. Untuk memperluas jaringan usahanya, Adril membuka clothingnya di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta serta Purwakarta.
Usahanya berjalan dengan lancar. Malah, ia kembali melebarkan sayapnya dengan membuat clothing dengan merek baru yaitu 74 yang diambil dari tahun kelahirannya. Warning pun berpindah tempat, dan toko yang ada di Parahyangan dijadikan clothing 74.
Dari sana, usahanya kian meningkat. Ia kembali membuka merek baru yaitu Magma dan Camo. Sebetulnya, semua merek milik Adril itu bergerak di bidang yang sama. Cuma, ia pintar memanfaatkan segmentasi pasar yang terbagi jadi beberapa macam.
“Tiap merek punya kelas masing-masing, ada buat remaja, pemusik, atau juga Abg,” ujarnya.
Saat ini, ia juga jadi pemasok bahan untuk beberapa distro di Bandung. Awalnya memang ia belanja hanya untuk keperluan clothingnya. Tapi, karena ada permintaan dari rekanan bisnisnya, Adril pun memulai usaha barunya untuk menjual bahan.
Kini, lelaki yang asalnya mondar-mandir Bandung Jakarta untuk mencari tambahan kebutuhan hidup sudah tinggal menikmati hasilnya. Malah, ia pun ikut membuka peluang kerja baru dengan puluhan karyawan serta vendornya. Ia pun mengatakan jika kunci keberhasilannya adalah berani menghadapi perubahan di dunia bisnis.
“Kita tak boleh terus terpaku, tapi harus selalu mengikuti apa keinginan pasar, dan kita harus berani menghadapi perubahan yang sewaktu-waktu terus terjadi, caranya tentu dengan membuat inovasi baru,” paparnya.
referensi : Pengusaha.co.id
sumber : http://indonesia-admin.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar