Rabu, 12 Januari 2011

membangun merek dan memimpin pasar

MIX Goes to Campus ~ Impactful Brand Activation

Kiat membangun merek dan memimpin pasar

Posted by: algooth putranto on: February 22, 2008
Judul: Advertising That Sells
Strategi Sukses Membawa Merek Anda Menjadi Pemimpin Pasar
Penulis: Dyah Hasto Palupi dan Teguh Sri Pambudi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, September 2006
Tebal: 390 halaman
Pengamat komunikasi Raymond Williams yang pernah menulis Advertising as the Magic System melihat iklan adalah fenomena pop culture yang harus dipahami ulang karena peranannya kini sudah berubah menjadi sebuah ideologi.
Seiring perkembangan media audio visual dalam bentuk televisi, iklan kini tak hanya menjadi satu alat menyampaikan pesan hingga jualan. Iklan bahkan berperan menyebarkan nilai-nilai baru ke masyarakat.
Dalam ranah politik, pertikaian kepentingan, cuci tangan dosa-dosa masa lalu hingga proses hipnotis massa kini jamak dilakukan melalui iklan. Anda tentu masih ingat dengan iklan partai politik atau tokoh politik selama masa kampanye.
Namun apapun tujuan yang disertakan dalam medium iklan, hasil akhir dari sebuah iklan adalah jualan. Mencitrakan merek setinggi langit. Memanjakan fantasi calon pembelinya yang ujung-ujungnya menuai untung dari penjualan produk yang diiklankan.
Tentu saja hal semacam ini lumrah. Yang tidak lumrah alias tidak biasa atau malah luar biasa adalah ‘tangan’ di balik hal-hal yang lumrah itu, yang berhasil secara konsisten mewujudkan tujuan dari sebuah iklan dan perusahaan yang beriklan.
Buku ini mampu secara asyik mengajak pembaca merunut kisah sukses perjalanan sebuah perusahaan periklanan lokal bernama Dwi Sapta dan jurus saktinya menjual klien.
Disebut lokal karena hanya segelintir perusahaan periklanan dalam negeri yang terus bertahan untuk tidak tergoda bergabung dengan industri sejenis yang dimiliki investor asing.
Nilai tambah
Beberapa jurus memang ilmu impor dari para pakar penjualan yang berhasil diterapkan termasuk jurus asli buatan pendiri Dwi Sapta yang secara konsisten dipertahankan dan menjadi nilai tambah dibandingkan pesaingnya.
Sebut saja kredo best quality, reasonable cost, speeD (QCD) ditambah prinsip flexibility yang mengandung artian cepat, harga murah, kualitas baik, dan membuka pintu negosiasi.
Nilai flexibility ini masih ditambah kredo serve with the hearth, melayani dengan hati, create intimacy (membina hubungan persahabatan yang menimbulkan keterbukaan) yang terus ditambah menjadi sleep with client, listen to their needs, wants and expectation.
Pada tingkat pendekatan ini pun sebetulnya klien sudah sangat dimanjakan. Beberapa bahkan tak akan kabur karena betul-betul didengar. Tak hanya dilayani layaknya pasien dokter hewan tetapi diberi kesempatan menyampaikan keluhan hingga masukan yang kadang menyakitkan tapi juga menjadi sumber inspirasi baru menuju perbaikan.
Entah sikap perfeksionis dari si pendiri, Aloysius Adji Watono yang masih merasa kurang, kredo-kredo unggulan itu masih ditambahnya menjadi Make Your Client Succeed First and Your Success Will Follow dan Client Lifetime Loyalty Will Lead Sustainable Profit.
Buku Advertising That Sells menjadi menarik karena tidak sekadar menjual teori ala literatur para ahli manajemen atau penjualan. Tidak juga menjual cara bagaimana membuat iklan yang sangat subtil dan imajinatif.
Buku ini justru mengintip strategi dan kiprah industri periklanan lokal yang sudah berumur 25 tahun. Sejak berdiri dengan modal seadanya hingga jatuh bangun di masa krisis.
Setidaknya dari buku ini bisa diambil nilai-nilai yang menjadi keunggulan bangsa ini yang tak mungkin bisa ditandingi oleh pemain dari luar negeri yang nyaman masuk ke negeri ini lewat gincu kapitalisme dan bedak globalisasi.
Bisnis Indonesia Edisi: 22/10/2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar