Jumat, 07 Januari 2011

ayo ke jogja lagi


Nama: Dhito (desainer)
Khafi ( kritikus )

DESKRIPSI

• Iklan yang berbentuk potrait ini dibuat untuk mengajak semua orang untuk datang atau berwisata ke jogja lagi pasca bencana yang melanda Yogya dan sekitarya.
• Backround berwarna hijau tentara dan hijau muda
• Terdapat ilustrasi bergaya kartun. Ilustrasi tersebut menggambarkan seorang pria muda sedang menaiki sepeda dengan raut gembira dengan kesan menunjukan sesuatu dan mengajak seseorang. Pria tersebut mengenakan baju berwarna hijau, memakai tas menyamping,memakai kacamata bening,Sepeda berwarna hijau,dan celana panjang yang dilipat. Dibelakang ilustrasi seorang pria tersebut terdapat gambar satu lampu kota dan dua buah awan yang hanya berupa sketsa berwarna hitam. Pria tersebut mengeluarkan balon kata yang berwarna hijau yang merupakan bagian dari background poster. 
• Pada Tagline terdapat kalimat”Ayo ke Jogja lagi!!” dengan tipografinya memakai jenis font cooper std black yang berwarna putih. Dibawah tagline terdapat kalimat penjelas berbunyi ”Jogja sudah aman bro ” dengan jenis font yang sama yaitu cooper std black yang juga berwarna putih. 2 kalimat ini memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tagline poster dan sebagai kalimat yang terdapat pada balon kata yang diucapkan oleh pria tersebut.
• Dibagian paling bawah terdapat 2 logo ISI Yogyakara dan Studio Diskom.








Ferli Achirulli Kamaruddin (1012079024), Ilham Nur Ridwan (1012080024)

DESKRIPSI
Pada iklan yang bertemakan tentang “Yogyakarta Aman Dikunjungi” terdapat beberapa buah aspek penyusun desain di dalamnya, diantaranya adalah aspek verbal dan visual. Keseluruhan Aspek penyusun desain tersebut dibingkai dalam bidang gambar berbentuk persegi panjang dalam posisi vertikal dan disajikan dalam gaya kartun. Aspek pertama yang akan dibahas adalah aspek visual.
Aspek visual ditunjukkan oleh beberapa buah gambar yaitu, manusia, tugu, garis-garis abstrak dan bayangan yang seperti rumah dan gunung. Dua orang manusia digambarkan sedang dalam posisi berdiri menghadap ke arah kanan. Manusia pertama adalah wanita berambut pendek yang berukuran tinggi sekitar setengah bidang gambar berada di sebelah kiri iklan tersebut. Wanita tersebut terlihat sedang memegang sebuah benda berwarna hitam yang terdapat lingkaran di bagian tengahnya menggunakan kedua tangannya. Benda yang dipegang seperti sebuah kamera tersebut berada dalam posisi horizontal. Sisi kiri dipegang dengan tangan kiri, sedangkan sisi kanan dipegang dengan tangan kanannya. Wanita tersebut terlihat menggunakan pakaian polos lengan pendek dengan kerah yang sedikit memanjang ke arah dada. Terdapat sedikit bayangan yang muncul pada kaos polosnya dan terlihat mengikuti lekuk tubuh pada bagian dada. Tangan kirinya seperti dibalut dengan penutup tangan berwarna hitam yang hanya menyisakan kelima jarinya. Wanita tersebut juga terlihat mengenakan celana yang juga polos dan sedikit mengembang pada bagian sampingnya. Hanya sebagian Celana saja yang dapat terlihat dalam gambar karena adanya garis putih yang memotong lanjutan celana di bawahnya. Pada tubuh bagian atas wanita tersebut, kedua bahunya terlihat sedang menggendong tas punggung berwarna hitam. Rambut wanita tersebut juga berwarna hitam dan terlihat menutupi sebagian telinga kanannya. Ujung-ujung rambutnya ada juga yang memasuki atau menutupi sebagian wajahnya yang bersih dan halus. Dari dalam rambut tepat di atas telinganya muncul garis hitam menuju arah mata yang merupakan bagian dari Frame kacamata. Kacamata yang digunakannya berwarna hitam dengan kilau putih pada masing-masing sudutnya. Alis mata bagian kanan wanita tersebut juga terlihat berada di atas kacamata yang dikenakannya. Bibir wanita tersebut terlihat lebar dan sedikit membuka memperlihatkan sebagian bagian dalam mulutnya. Warna keseluruhan tubuh dan benda-benda yang dikenakan oleh wanita tersebut diberi warna kuning, kecuali warna pada tas, kamera, kacamata, rambut dan penutup lengan yang berwarna hitam.
Pada bagian lain di sebelah kiri belakang wanita tersebut terdapat seorang pria yang sedang berdiri. Pria tersebut berperawakan sedang, menyerupai tubuh wanita yang ada di kanan depannya. Ukuran tubuhnya hanya mencapai sepertiga bidang gambar. Sebuah kamera berukuran cukup besar dengan bentuk yang tidak simetris terlihat menggantung di dadanya. Kamera tersebut memiliki tali penggantung yang cukup lebar dan dikalungkan pada lehernya. Sebagian tali kamera ditutupi oleh kerah kemeja yang digunakan pria tersebut. Selain kemeja dengan kerah menjulur keluar yang digunakannya, pria tersebut juga mengenakan kaos polos sebagai pakain bagian dalam. Terlihat juga pria tersebut menggenggam tali tas yang menggantung pada bahu kanannya. Tas beserta talinya berwarna hitam sama seperti warna hitam pada celana yang dikenakannya. Pada bagian kepala, pria tersebut mengenakan penutup kepala yang bentuknya melingkar dan melebar keluar mengelilingi bentuk kepalanya. Kedua mata pria tersebut terbuka lebar dengan alis tebal yang terangkat. Hidungnya sedikit lebar, dan bibirnya tebal dalam keadaan tertutup. Keseluruhan tubuh maupun benda yang dikenakan oleh pria tersebut diberi warna kuning, kecuali warna pada tas, kamera dan celana yang berwarna hitam.


Pada Background, warna yang dominan digunakan adalah biru. Baik itu biru muda ataupun tua. Background pertama yang terlihat adalah sebuah bangunan menyerupai tugu berwarna biru muda memakan kira-kira seperempat bidang gambar dengan menggunakan outline berwarna biru yang gelap. Bangunan tersebut berundak-undak pada bagian bawah menyerupai tangga dan mengerucut pada bagian atasnya. Terdapat beberapa buah garis horizontal seperti bayangan pada bangunan tersebut. Sisi kiri bangunan tampak lebih gelap dibandingkan sisi kanannya. Terdapat sebuah garis lurus vertikal yang ujung atasnya terlihat seperti ujung panah pada permukaan bangunan tersebut. Pada bagian atas setelah panah tersebut terlihat ada sesuatu yang berbentuk seperti ukiran melebar ke arah luar bangunan berbentuk abstrak, dan di atas ukiran tersebut terdapat sebuah bangunan kerucut kecil dengan motif spiral yang melancip pada ujungnya. Di belakang bangunan tersebut terdapat sebuah bayangan berwarna biru tua. Bayangan tersebut cukup lebar terbentang dari sisi kiri hingga kanan bidang gambar yang ukurannya hampir mencapai setengah bidang gambar. Pada bagian ujung kanan dan kiri bayangan, ukurannya terlihat mengecil kemudian membesar pada bagian tengahnya. Bayangan tersebut terlihat seperti bangunan atap rumah yang besar. Pada bagian paling belakang, tepat di belakang bayangan biru tua tersebut terdapat sebuah background juga yang bentuknya seperti gunung. Background dengan pewarnaan gradasi linear dari warna yang lebih terang menuju ke warna yang lebih gelap di ujung atasnya tersebut memiliki bentuk seperti kerucut yang tidak beraturan. Terdapat juga background garis-garis tidak beraturan di bagian samping dan atas setelah gambar yang menyerupai gunung tersebut. Garis-garis tersebut terdiri atas garis berukuran besar dan kecil yang diletakkan secara acak tak tentu arah. Diantara garis-garis acak tersebut terdapat sebuah garis putih tebal yang menumpuk background berwarna biru di bawahnya. Terdapat beberapa garis putih kecil di sekitar garis putih tebal tersebut yang arahnya mulai melebar di sisi kanan. Warna putih tebal tersebut merupakan background dari teks yang berada di atasnya. 


Aspek verbal dalam bidang gambar dapat dilihat dari Teks yang berbunyi “AYO KE JOGJA” dan “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” menggunakan huruf kapital. Pada teks “AYO KE JOGJA”, teks ditempatkan di atas bidang berwarna putih tebal yang sedikit miring ke atas. Teks tersebut ditulis dengan jenis font sans serif bernama armor piercing berwarna hitam. Sedangkan teks “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” ditempatkan paling bawah bidang gambar dengan jenis font dan nama yang sama seperti teks sebelumnya, namun warna yang digunakan adalah warna biru yang sedikit gelap. Batas kanan dan kiri teks tersebut terlihat sejajar dengan bentuk bingkai gambar yang ada di atasnya.
Pada keseluruhan iklan, terdapat beberapa jenis gambar yang terlihat membingkai ilustrasi tersebut. Yang pertama adalah garis putih dan biru tua yang membingkai keseluruhan ilustrasi maupun teks dalam iklan, kecuali teks yang berbunyi “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” dibingkai oleh background berwarna putih.

ANALISA
Iklan yang bertemakan tentang “Yogyakarta aman dikunjungi” tersebut merupakan sebuah iklan yang dibuat dengan menggunakan teknik gambar digital. Gaya ilustrasi yang menggunakan bentuk-bentuk geometris dengan garis-garis kaku merupakan ciri khas dari gaya desain konstruktivisme. Karakter konstruktivisme yang ditampilkan pun cukup kuat. Tetapi terdapat sedikit kekurangan pada ilustrasi gambar manusia yang belum dapat masuk dalam tema konstruktivisme, dikarenakan oleh karakter gambarnya yang masih terlihat luwes dan kurang kaku atau tegas.


Pada bagian ilustrasi, Kedua manusia dalam iklan ditampilkan terlihat berpenampilan santai dan bersahabat, hal itu ditunjukkan untuk memberi gambaran tentang kenyamanan yang dirasakan wisatawan ketika sedang berjalan-jalan mengunjungi kota Yogyakarta. Pria dan wanita yang digambarkan sedang membawa kamera dengan ekspresi yang bahagia merupakan simbol dari orang yang senang berkunjung ke Yogyakarta dan ingin mengabadikan kisahnya tersebut menggunakan kamera. Sedangkan warna kuning yang digunakan sebagai warna dominan pada manusia dilakukan karena warna kuning dapat mewakili kehangatan, persahabatan dan optimistis. Warna kuning disini juga bisa diartikan sebagai warna pembeda antara objek utama terhadap background. Perwakilan kota Yogyakarta pun dilakukan dengan menggunakan Tugu Yogyakarta sebagai background. Gunung merapi yang mulanya berbahaya karena bencana gunung meletus, pada iklan ini digambarkan tenang dan berwarna biru. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan kepada para khalayak bahwa gunung merapi sudah tidak meletus lagi dan Yogyakarta sudah aman untuk dikunjungi. Pesan iklan juga didukung dengan pewarnaan gambar yang lebih dominan berwarna biru, dikarenakan warna tersebut dapat diasosiasikan sebagai ketenangan, kesegaran dan kesejukan.
Pada bagian aspek verbal, terdapat beberapa buah teks dalam iklan tersebut. Aspek verbal yang bertuliskan “AYO KE JOGJA” merupakan sebuah headline berupa kalimat ajakan atau perintah untuk mengunjungi kota Yogyakarta. Kalimat tersebut terkesan bersahabat, tidak bertele-tele dan langsung pada tujuan, sehingga para khalayak yang membacanya pun akan merasa diajak untuk mengunjungi kota tersebut. Warna hitam yang digunakan juga agar dapat mempertegas warna tulisan. Selain itu, background pada tulisan yang menyerupai cahaya berwarna putih tersebut memberi kesan semangat. Aspek verbal lainnya pada body copy yang berbunyi “JOGJA AMAN DIKUNJUNGI” berwarna biru ditampilkan untuk memberitahu para pembaca bahwa kota Yogyakarta berada dalam keadaan aman. Dan warna biru sebagai penegas dari kata aman itu sendiri. Pemilihan jenis font bernama armor piercing pada keseluruhan teks membuat desain iklan tersebut terlihat menyatu sesuai dengan gaya ilustrasi yang dipakai yaitu konstruktivisme.
Keseluruhan iklan dibingkai dengan menggunakan background putih dan garis biru seakan-akan ingin mengatakan bahwa inilah potret sebenarnya kota Yogyakarta, kota yang sejuk, tenang dan aman untuk dikunjungi. Sedangkan gaya Konstruktivisme dalam bentuk kartun dapat menimbulkan kesan bersemangat dan menyenangkan.

KESIMPULAN
Aspek verbal dan visual pada iklan mengenai Yogyakarta tersebut sudah terlihat menarik. Ide untuk menggunakan gaya konstruktivisme sangat cocok untuk memberi semangat dan keyakinan untuk berkunjung ke Yogyakarta. Tetapi ada beberapa aspek yang sedikit mengganggu kesatuan desain tersebut. Pertama adalah ilustrasi manusia yang dibuat kurang menyatu dengan gaya ilustrasi konstruktivisme. Sosok manusia akan lebih baik jika ditampilkan dengan teknik penggambaran yang berbeda, misalkan dengan garis wajah yang sedikit kaku dan terlihat lebih bersudut. Kemudian pada kalimat headline yang bertuliskan “AYO KE JOGJA” masih dirasa belum cukup untuk dijadikan kalimat ajakan. Lebih baik membubuhkan sebuah tanda baca tertentu, misalkan sebuah tanda seru (!) agar kalimat tersebut terlihat lebih tegas dan bersemangat. Namun secara keseluruhan, desain pada iklan tersebut terlihat baik.








Poster desain: Nyoman Teja Sukmana - 0911951024
Poster analisis : Restu Ismoyo Aji -091955024

Analisis oleh: Restu Ismoyo Aji - 0911955024
Keterangan Media 
Jenis media : Iklan pariwisata.
Sistem warna : 4 warna (CMYK).
Format pemasangan : Vertikal
Ukuran : Setara A4, panjang 21 cm x lebar 29,7 cm.
Karya : Nyoman Teja Sukmana
Pesan Visual
Layout : Asimetris
Ilustrasi : Ilustrasi utama berupa becak dengan dua penumpang, satu lelaki dewasa berbangklon satu lagi seorang anak memakai topi, becak ini dikayuh oleh seorang lelaki bercaping. Sejumlah tas tertata di moncong depan becak (di bagian penopang kaki penumpang becak). Ilustasi pendukung berupa lampu khas Malioboro di bagian belakang pengayuh becak, gambar tugu Jogja dan gunung Merapi yang berbentuk siluet. Sejumlah awan putih dan transparan yang mengambang tak beraturan, serta gambar matahari bertekstur polkadot putih, bersembunyi di balik gunung Merapi.
Teknik penggarapan : Gabungan teknik hand drawing dan pewarnaan dengan software Adobe Illustrator dan Adobe Photoshop. 
Background : Tekstur coklat terang keputihan dan coklat gelap dipadu bintik-bintik hitam diseputar ke empat sudut layaknya kertas kuno yang buram.
Foreground : Foreground terdapat pada bagian samping kanan dan kiri becak, berupa ulir dan lengkungan berbentuk seperti tanaman bunga rambat, Warnanya krem terang dan sejumlah warna seperti biru muda, ungu, pink, oranye, dan hijau. 
Pesan Verbal
Headline : Pesona Jogja (font dekoratif: jenis Motter Farm, Pesona : ukuran 54 point, Jogja: ukuran 118 point).
Sub headline : Z Z Z Z Z Z Z (tingkat transparan berbeda, jenis Arial, dengan ukuran bervariasi antara 7-60 point)
Body copy : Setelah mengalami keterpurukan, pesona keindahan pariwisata jogja telah kembali. Yogyakarta aman untuk dikunjungi (Arial, ukuran 14 point).
Analisis
Layout asimetris yang ditampilkan lewat poster full color menunjukkan kedinamisan warga Yogyakarta dalam keseharian. 
Ilustrasi yang dipilih amat mewakili Yogyakarta sebagai kawasan wisata dan budaya. Becak sebagai objek utama dalam poster, mewakili kota Yogyakarta dan jalan Malioboto, jalan dimana kendaraan bertenaga manusia ini mudah ditemui. Tugu pal putih Yogyakarta dalam wujud siluet adalah landmark kota ini yang khas dan tidak ada pembandingnya di seluruh Indonesia. Sementara gunung di sebelah atas adalah perwakilan dari gunung Merapi, gunung yang sempat membuat pariwisata Yogyakarta lesu. Pemilihan ini sebetulnya mengikuti garis imajiner yang menghubungkan Merapi, Keraton, dan laut selatan.
Dua penumpang becak nampaknya adalah ayah dan anak wisatawan manca negara bila dilihat dari ukuran hidung dan warna kulit mereka yang lebih cerah dibandingkan pengayuh becak, meskipun warna rambut mereka hitam. Iklan ini dapat saja diterjemahkan sebagai bentuk ajakan: “orang asing saja sudah berani datang ke Yogyakarta, masa orang Indonesia sendiri tidak berani?”. Pria dewasa penumpang becak memakai hem dan blangkon warna coklat menunjukkan apresiasi terhadap ciri khas budaya Yogyakarta.
Dilihat dari ekspresi wajah kedua penumpang dengan mulut menganga serta bahasa tubuh mereka yang condong ke depan, mereka tampak antusias dan terpesona dengan “Pesona Jogja”. Mereka tampak kagum dengan kota Yogyakarta yang penuh warna lewat bagian foreground dan dua objek siluet tugu serta gunung Merapi. Kamera video yang dipegang pria merujuk pada penerimaan Yogyakarta terhadap modernitas di tengah suasana tradisional. Keindahan dan objek wisata lainnya tersemai lewat foreground bergaya Art Nouveau di bagian samping kanan kiri dari becak.
Lampu di sisi kanan pengayuh becak adalah lampu khas Malioboro Yogyakarta. Lampu ini tidak terdapat di tempat lain di Indonesia. sayangnya kehadirannya malah sedikit mengganggu objek utama, sebab terkesan seolah lampu tersebut menjadi bagian dari becak atau seperti ‘ekor’ dari pengayuh becak.
Pandangan si penumpang pria dan arah lensa kamera video yang digenggamnya jika ditelusur akan tepat berhadapan dengan bagian bawah tugu Yogyakarta yang melayang di atas awan. Mengenai siluet warna coklat yang merupakan warna warisan tradisional pada gambar tugu dan gunung Merapi, selain memang berkepentingan estetis demi menghindari potensi timbulnya overcrowded dan hilangnya fokus bila kedua objek ditampilkan dengan warna sebenarnya. Siluet mampu memicu rasa penasaran, sebab siluet akan membuat sosok yang disembunyikan semakin misterius.
Awan di bagian bawah tugu dan Merapi mengesankan bahwa kedua objek melayang di awang-awang. Hal ini bukan berarti mereka sulit dicapai tapi dimaksudkan sebagai gambaran bahwa Yogyakarta bagaikan negeri impian yang indah dan nyaman untuk berwisata menghabiskan liburan dimana warisan budaya begitu dihormati.
Sementara matahari yang bersembunyi di balik gunung menyembulkan harapan baru menyembuhkan luka dari Merapi. Ia berada di sisi barat gunung menandakan amukan Merapi telah berakhir. Warna oranye matahari menunjukkan sinarnya yang hangat dan damai. Kelima lidah matahari menandakan harapan tersebut diberikan kepada 4 kabupaten dan 1 kotamadya di propinsi Yogyakarta. Pola lingkaran (polkadot) pada matahari adalah gerak kompak tanpa henti untuk memperbaiki kualitas kehidupan warga di lereng merapi.
Background warna coklat muda bertekstur yang mirip rupa kertas kuno mengesankan sesuatu yang klasik dan berharga. Maknanya adalah Yogyakarta kaya akan peninggalan warisan budaya benda maupun tak benda yang telah ada sejak lama, seperti yang tampak dalam ilustrasi di atas. Dapat pula background dikaitkan dengan kata “keterpurukan” yang terdapat dalam body copy, background yang kusam berarti keterpurukan Yogyakarta yang kemudian di ganti dengan kebahagiaan penuh utama dalam objek utama dan foreground. Namun sayangnya dapat pula bermakna kerapuhan atau sesuatu yang kusam dan kurang terawat.
Pemilihan font dekoratif untuk headline “Pesona Jogja” yang terletak pada separuh bawah bidang poster amat sesuai dan menyatu dengan foreground dan awan yang amat bergaya art nouveau. Sedangkan tiga awan transparan di sekitar headline menyibak misteri Jogja yang sempat dilanda kesenduan bencana. Warna gradasi biru pada kata “Pesona” berarti hadirnya kedamaian dan harapan yang cerah, sedangkan warna hijau pada kata “Jogja” dan outlinenya mempunyai arti kesuburan dan keindahan yang dibawa oleh Merapi untuk wilayah Yogyakarta, selain karena warna hijau adalah warna khas Keraton Yogyakarta. Kata “Jogja” terasa lebih akrab dan lazim digunakan daripada Yogyakarta.
Sub headline yang hanya “ZZZZZZZ” yang keluar dari mulut Merapi mampu mengejutkan memberi makna bahwa saat ini Merapi telah memasuki proses istirahat atau fase aktif normal dan memberi informasi bahwa Yogyakarta aman dikunjungi.
Bagian body copy diawali garis putus-putus yang bermakna jalinan peristiwa memilukan yang terjadi akhir 2010 lalu sekaligus pembatas dari duka akibat Merapi. Sayang terdapat ketidak konsistenan pada penyebutan kata “Jogja” yang berubah menjadi “Yogyakarta” dalam body copy. Karena walau bagaimana kata “Jogja” sudah cukup dapat diidentifikasi sebagai Yogyakarta, seperti yang muncul dalam headline.
Kesimpulan
Poster ini cukup sederhana dengan minim berkata namun banyak bercerita melalui gambar-gambarnya. Kata-katanya boleh jadi minim, namun dalam keminimalisannya, poster ini hendak menyingkapkan sesuatu. Berikut adalah hasil evaluasi poster berdasar tiga variabel.
Ide : ****
Komunikasi : ***
Craftmanship : *****
Nilai tertinggi: 5*
Saran yang bisa diberikan adalah dengan menggantikan anak kecil dengan sosok wanita dewasa, sebagai pasangan si pria dewasa. Kehadiran wanita dewasa akan mengimbangi sekaligus membuat ajakan datang ke Yogyakarta jadi lebih masuk akal. 
Kesan kesedihan juga masih terbayang dari background yang coklat dan temaram ini. Ada baiknya background digantikan oleh warna cerah dengan variasi gradatif seperti oranye atau hijau muda dengan tujuan memfokuskan pada becak yang menjadi objek utama 
Ketidak konsistenan penulisan kata Jogja yang berubah jadi Yogyakarta pada akhir kalimat body copy juga dapat menjadi masalah. Selain itu kata “jogja” menggunakan huruf lowercase, padahal kata jogja merujuk pada nama tempat. Penggunaan istilah “Jogja” yang konsisten dirasa perlu demi meningkatkan rasa hormat terhadap karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar