Selasa, 15 Februari 2011

MTV dan pengaruhnya

I want my mtv . blame mtv
Porakporanda bagi generasi muda
---------------------------------------------------
Terranova waksman


Anak-anak zaman sekarang tidak tahu sopan santun, dan saya menyalahkan MTV” Ya... begitulah kira-kira yang diucapkan oleh presiden Liberia (bohongan) dalam film Lord of Wars dalam pertemuannya yang terakhir dengan Nicolas Cage. MTV... seperti yang kita ketahui, identik dengan generasi muda. Beberapa film menunjukkan hal yang sama dengan di atas : bagaimana MTV memporakporandakan generasi muda. MTV sendiri membuat iklan dengan wacana yang sama “bad logo” , digambarkan seorang tokoh “nakal” yang berbuat semena-mena kepada temannya, memesan pizza melalui delivery service. Dengan santainya laki-laki “berkepala MTV” tersebut menonton TV didampingi perempuan seksi, kemudian meminta temannya untuk membayar pesanan pizza tersebut. Sang teman nampak tidak mampu berbuat apa-apa karena kelakuan si MTV tersebut. Selain iklan semacam ini, MTV membuat slogan “blame MTV” atau salahkan MTV yang telah mengubah banyak struktur hubungan dalam keluarga dan pertemanan anak muda. Ya, mungkin iklan tersebut merupakan salah satu teknik promosi yang dibuat MTV, atau ada hal lain?!
Hampir di seluruh dunia, orang-orang (terutama generasi muda) dapat menyaksikan MTV, channel ini sudah mempunyai cabang di mana-mana, termasuk di Indonesia yang ditayangkan di Global TV. MTV adalah singkatan dari Music Televisionyang menyajikan banyak tayangan yang berkaitan dengan musik. Musik itu sendiri, memang sulit dipisahkan dengan kehidupan manusia normal sehari-hari.“I want my MTV” adalah slogan yang melekat dalam benak masyarakat bahkan menjadi pembuka lagu “Money for Nothing”-nya Dire Straits, di Indonesia “MTV, gue banget”... seolah MTV merupakan sebuah acuan terhadap gaya hidup.
MTV merupakan suatu tayangan populer mengenai musik dan gaya hidup, bahkan MTV disebut sebagai bagian dari pop culture atau budaya pop juga sebagai counter culture. Budaya tanding atau counter culture adalah budaya yang dikembangkan oleh generasi muda sebagai ajang perjuangan melawan pengawasan kelompok dominan (orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang ketat, dan sebagainya). Perjuangan yang ditunjukkan antara lain dalam bentuk pakaian, sikap, bahasa, musik, hingga gaya (Olong, 2006:27).

Sejarah MTV
MTV pertama kali dilucurkan sebagai salah satu jaringan televisi kabel di Amerika Serikat pada tanggal 1 Agustus 1981 dengan tujuan awal menayangkan video musik, juga berita-berita seputar musik dan event musik. Pada hari tersebut, tepatnya pukul 00:01 waktu New York, MTV mucul dengan perkataan “Ladies and gentlemen, rock and roll!” beserta lagu temanya dengan montase video pendaratan Apollo 11 di bulan (yang kemudian menjadi logo piala MTV Video Music Awards).
Pada penayangan awal, MTV menyajikan pemandu acara yang masih muda dan segar, yang disebut dengan VJ atau video jockey. Mirip dengan DJ (disc jockey) dalam radio yang bertugas memandu program dan menutarkan lagu, di sini VJ memutar video musik dengan format audio visual. Melalui MTV, banyak band tahun 80’an yang menjadi populer, seperti The PoliceVan HalenDef LeppardCulture ClubDuran DuranBon Jovi, dan beberapa lainnya. MTV pun menayangkan band KISS untuk pertama kalinya pada tahun 1983 dengan riasan khasnya. Begitu pula Michael Jackson yang menjadi benar-benar top gara-gara MTV, begitu pula dengan karir Madonna. Penayangan MTV selalu menarik atas kerja samanya dengan studio-studio animasi seperti Colossal Picture (San Francisco), Broadcast Arts (Washington DC), dan Buzzco (New York). Logo MTV yang radikal itu diciptakan oleh sebuah firma desain kecil di New York, yaitu Manhattan Design, dan sukses lebih dari 25 tahun.
Pada tahun 1984, MTV membuat acara penghargaan terhadap video musik yang pertama (VMA) yang kemudian mempengaruhi banyak media lain untuk megadakan acara yang serupa, seperti Grammy Award pada tahun 1992. Awal tahun 1985, MTV menjadi sebuah alat promosional untuk industri rekaman, kemudian dianggap terlalu komersial. MTV yang bersifat komersial ini memperoleh banyak kritikan, termasuk dari band Dead Kennedys dengan lagu “MTV – Get off the Air”. Sebelum tahun 1987, acara MTV hanya menayangkan video musik. Setelah itu MTV menyajikan beberapa tayangan lain, seperti acara 120 Minutes (walaupun demikian acara ini masih menampilkan video musik). Kemudian MTV membuat acara MTV News dan acara dansa (joget, maksudnya) Club MTV, kemudian game atau acara permainan, serta MTV Unplugged (persembahan musik akustik secara langsung). Awal 1990, MTV membuat reality show (acara yang dibuat berdasarkan kenyataan atau tanpa naskah khusus) yaitu The Real World dan Road Rules yang masih ada hingga kini. Lalu muncul sebuah acara kartun yang amat sangat konyol buatan MTV yaitu Beavis and Butt-head. Hingga tahun 1997, acara MTV terus berkembang sampai pada program yang sangat terkenal TRL (Total Request Live), acara yang mengajak pemirsanya untuk terlibat langsung di studio. Tahun 1999, MTV banyak memproduksi acara-acara komedi seperti Jack AssPunk’d, dan sebagainya. Hingga kini acara MTV sudah luar biasa beragam, terutama produksi reality show mereka. Muncul acara-acara sepert Room RaidersPimp My RideMTV MadeLaguna Beach, My Super Sweet 16, Tiara Girl, sampai acara-acara yang menjadikan MTV sebagai mak comblang.
Di Indonesia, MTV pertamakali ditayangkan oleh stasiun televisi ANTEVE yang berasal dari tayangan MTV Asia di Singapura pada pertengahan 90’an. VJ-vj saat itu... Mike Kaseem, Anu Kotor, kemudian bermunculan VJ dengan identitas “orang Indonesia” yaitu Jamie Aditya, nadia Hutagalung, dan yang betul-betul Indonesia, Sarah Sechan. Pada saat itu, bagi banyak remaja, MTV menjadi suatu tontonan yang wajib, istilahnya : tidak keren jika kita tidak nonton MTV. Rasanya kita keren sekali jika kita tahu mengenai informasi lagu-lagu, grup band, dan video musik terbaru. Tahun 2000-an, program MTV menjadi milik Global TV dengan acara yang “lebih Indonesia”, juga semenjak inilah muncul slogan “MTV, gue banget”. MTV saat ini, secara independen diproduksi di dalam negeri, bukan lagi menyomot acara MTV Asia. Program-program MTV pusat yang di-‘lokal’-kan pun bermunculan, misalnya MTV Gokil yang merupakan versi lokal dari Punk’d.

MTV memporakporandakan generasi muda?
Semenjak awal, target MTV adalah menampilkan program-program musik “baru” yang diperuntukkan bagi kaum muda. Secara demografis MTV menjadi tontonan bagi remaja berusia 12-34 tahun dan menjadi stasiun TV yang paling diminati di dunia, lebih gilanya lagi hal ini mempengaruhi mereka dalam jangkaun usia tersebut. Penampilan, cara bicara, cara berperilaku, dan cara konsumsi mereka terbentuk dari penampilan, cara bicara, cara berperilaku, dan cara konsumsi yang ditampilkan oleh aktor-aktor yang muncul dalam cara MTV. Inilah yang menunjukkan pengaruh besar MTV yang mengubah alam industri musik menjadi hal utama dalam kultur Amerika, dan konon juga berhasil meng-Amerikanisasi kultur-kultur lainnya. MTV memberikan pemirsa musik yang mendefinisikan sebuah generasi. MTV memberikan apa yang diinginkan oleh hampir semua remaja ; fashion, gaya hidup dan olahraga ~ yang mempengaruhi perilaku, politik, dan kreativitas mereka. MTV mengerti dan mampu mengaplikasikan bahasa yang sama bagi kaum remaja tentang dunianya juga sudut pandangnya. Itulah sebabnya, generasi muda menyukai MTV sebagai preferensi tontonan mereka, karena MTV menggunkan bahasa yang sama dalam berkomunikasi dengan para remaja. Tontonan MTV berkisar antara trivia-trivia yang menarik dan mudah dimengerti, seluruh hal yang favorit, seperti band kesukaan kita.
Bicara bagaimana MTV memporakporandakan generasi muda, rupanya banyak hal yang menunjukkan bahwa MTV merupakan media yang dapat mempengaruhi banyak orang. Istilah “memporakporandakan”, dalam hal ini bukanlah sebagai sesuatu yang melulu negatif. Istilah ini lebih mengacu pada kekuatan MTV dalam membentuk identitas-identitas kultural bagi generasi muda. Menonton televisi membentuk dan terbentuk oleh bentuk-bentuk identitas kultural. Televisi menjadi sumber bagi pembentukan identitas kultural dan pemirsa juga menggunakan identitas dan kompetensi kultural mereka untuk mendekode program dengan cara-cara khas masing-masing. Seiring dengan mengglobalnya televisi, perannya dalam pembentukan identitas-identitas etnis dan nasional menjadi semakin penting (Barker, 2005:360).
Siapakah anak muda? Secara awam kita menganggap muda sebagi batasan biologis universal yang mengacu pada umur. Menurut Talcott Parsons, masa muda mengacu pada konstruksi sosial yang berubah-ubah yang lahir pada suatu waktu tertentu dalam kondisi-kondoso yang membatasi (diambil dari Barker, 2005:422-423). Menurut Parsons, anak muda atu remaja merupakan suatu kategori sosial yang muncul seiring peubahan peran keluarga yang disebabkan oleh pekembangan kapitalisme. Dengan lahirnya pekerjaan dan orang dewasa yang terspesialisasi, universal dan rasional, timbullah diskontinuitas antara keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yang perlu diisi dengan suatu periode transisi dan pelatihan bagi anak muda. Ini menandai bukan hanya lahirnya kategori anak muda tapi juga sebuah moratorium ketidakbertanggungjawaban yang terstruktur antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang memungkinkan munculnya budaya kaum muda, yang fungsi intinya adalah untuk mensosialisasi. Daripada dipahami sebagai kategori biologis yang ditumpuk berbagai konsekuensi sosial, anak muda lebih tepat dilihat sebagai sekumpulan klasifikasi kultural yang kompleks dan terus bergeser yang dicirikan oleh adanya perbedaan dan keragaman. Wacana utama yang penting dalam membicarakan anak muda ini adalah mengenai gaya, citra, perbedaan, dan identitas mereka.
Nah...gaya, citra, perbedaan, dan identitas anak muda inilah yang dibentuk oleh MTV melalui acara-acaranya. Kita menonton MTV, karena acaranya menampilkan tokoh-tokoh yang kita idolakan dan tidak jarang tokoh-tokoh tersebut menjadi ikon untuk kita contoh gayanya, sehingga menimbulkan sebuah citra, perbedaan, dan identitas bagi kita. Misalnya untuk masalahfashion... penggemar emo yang menyaksikan video My Chemical Romance membentuk identitasnya melalui fashion mereka; celana pipa yang pas di tubuh, model rambut, dan lain-lain. Atau penggemar Avril Lavigne yang suka mengenakan tank-top, dasi, celana, dan sepatu skaters. Citra diri ini mempunyai makna self concept / self image, merupakan gabungan dari keseluruhan pandangan dan perasaan yang membentuk kesadaran seseorang tentang eksistensinya. Eksistensi kaum muda biasanya muncul dan terbantuk berdasarkan perkembangan hormonal, sedangkan gambaran psikologis lebih merupakan penilaian seseorang tentang penampilan fisik, yang karenanya setiap perubahan jasmani kaum muda selalu diikuti dengan perubahan atau reorganisasi terhadap citra diri nereka secara keseluruhan. (Olong, 2006:46). Idola-idola yang mucul dalam MTV ini merupakan sumber inspirasi untuk menunjukkan jati diri. Proses atau tahapan pengaruh idola terhadap pengikut atau pengadopsi tentunya akan melewati berbagai tahapan seperti yang diungkapkan oleh sosiolog Roger dan Shoemaker, yakni pada tataran awal adalah interest stages (terpesona atau tertarik model penampilan seseorang), kemudian evaluation stages(mengevaluasi perlu atau tidaknya melakukan peniruan), kemudian trial stages (mencoba menirukan bagian yang menarik hatinya), dan adoption stages (mengambil keputusan : meniru sang idola) (diambil dari Olong, 2006:47). Citra yang muncul dari menonton MTV memunculkan identifikasi terhadap gaya kaum muda seolah mereka dijajah oleh MTV. Seperti konsepsi Ibn Khaldun dalam Muqqadimah, bahwa orang-orang yang terjajah akan selalu mengikuti gaya berpakaian dan gaya tubuh sang penjajah.
Berkaitan dengan kuatnya pengaruh MTV terhadap generasi muda, sempat muncul kritik dari orang tua anak-anak yang menyaksikan MTV.

 MTV dianggap menayangkan perilaku buruk termasuk kekerasan dan penggunaan obat-obatan terlarang yang dipopulerkan oleh selebritis yang menjadi ikon kaum muda tersebut. 

MTV pun dianggap tidak baik bagi anak-anak. Di sini, disebutkan juga anak-anak, karena tidak jarang anak-anak di bawah usia 12 tahun sudah mulai menonton acara MTV yang menampilkan hal yang lebih “dewasa”. Di Indonesia, banyak kemungkinan anak-anak juga menonton acara MTV ~ sebelum mereka menyaksikan cara kartun anak-anak di Global TV, biasanya mereka menyaksikan tayangan MTV terlebih dahulu yang muncul sebelum acara Nickelodeon. Perilaku kekerasan pun banyak ditayangkan oleh MTV, misalnya acara Viva La Bam atauHome Wrecker yang mempertontonkan pengrusakkan terhadap benda-benda. Dengan santainya Bam (Viva La Bam) menghancurkan mobil dan menjahili orang tuanya (bisa jadi penonton ikut berbuat “kurang ajar” kepada orang tuanya karena meniru Bam). Belum lagi acara Celebrity’s Death Match yang mempertunjukkan animasi pertarungan selebitis yang sadistik. Kita akan menyaksikan darah, muntah, kepala yang dipotong, kanibalisme, dan peperangan ~ yang lebih sadis dari Smack Down. Juga penayangan kartun MTV! Masalahnya film kartun diidentikkan dengan acara untuk anak-anak, namun bahayanya kartun MTV juga memperlihatkan kekerasan seperti Beavis and Butthead yang kurang appropriate untuk ditonton mereka.

Dalam masalah gender, video-video yang muncul banyak menunjukkan “bias gender, yaitu menampilkan perempuan dan laki-laki secara stereotip. Perempuan dan laki-laki direpresentasikan dalam penampilan yang tidak berubah-ubah, namun sering kali klise, timpang ,dan sering kali tidak benar atau bias (Widyatama, 2006: 28).

 Banyak video musik yang cenderung penuh prasangka; menampilkan perempuan secara stereotip sebagai sosok lemah, sub-ordinasi terhadap laki-laki, terbatas, dan lebih banyak diperlihatkan sisi fisik semata. Itulah sebabnya banyak video yang menampilkan peempuan seksi sebagai pendamping dari laki-laki Don Juan atau perempuan yang “mengobral” dirinya sebagai objek laki-laki. Terutama dalam video klip muasikRn’B dan HipHop, menampilkan seorang laki-laki gagah dikelilingi perempuan-perempuan seksi yang mendampingi mereka sebagai objek seksual. Perempuan-permpuan ini bahkan dijuluki sebagai “video-ho”, “ho” bermakna sundal atau pelacur. 

Perempuan-perempuan ini ter-sub-ordinasi oleh laki-laki tersebut, seolah mereka tidak mampu mandiri. Namun, banyak juga video yang menampilkan figur perempuan yang kuat, misalnya Tracy Chapman dalam video ”Give Me One Reason” dengan anggota bandnya yang semuanya perempuan. Atau Pink, atau Gwen Stefani yang menyuarakan perempuan anti dominasi laki-laki. Hal-hal seperti ini pun jika diulang terus menerus seperti reklame, bisa mengkonstruksi apa yang di pikran kaum muda sebagai cara berperilaku. Menganggap penting berpenampilan seksi untuk dilirik laki-laki atau berpenampilan percaya diri untuk diri sendiri.

Melalui protes-protes yang diucapkan oleh para orang tua mengenai pengaruh negatif MTV, seperti kata presiden Liberia bohongan yang sedang transaksi perdagangan senjata ilegal film Lord of Wars, memperlihatkan bahwa MTV bisa memberikan perubahan norma dan hubungan-hubungan yang termaktub dalam masalah kekeluargan dan pertemanan.

 “Anak-anak zaman sekarang tidak tahu sopan santun, dan saya menyalahkan MTV”. Dalam hal ini terdapat sistem perlawanan dari kaum muda terhadap norma-norma kelarga yang “konservatif”. Seperti kelakuan Bam yang kurang ajar terhadap orang tuanya (menurut norma ideal lho...) atau perkataan-perkataan yang “kurang sopan’ dari anak-anak keluarga Osbourne kepada orang tua mereka dalam The Osbournes. Kaum muda cenderung menjadi semau diri dan selalu berusaha untuk melawan, bisakah disebut demikian? Perlawanan bisa dipahami sebagai bertemunya satu kekuatan dengan kekuatan lain, dan keduanya merupakan kekuatan sekaligus perlawanan. Artinya, perlawanan bisa dipahami sebagai deskripsi dari keseimbangan beberapa kekuatan. Perlawanan bukanlah suatu kualitas dari suatu tindakan, melainkan sebuah kategori penilaian tentang tindakan (Barker, 2005:462).

Akhirnya, MTV membatasi penayangan-penayangan yang mengandung unsur kekerasan dan seks melalui pemberlakuan jam tertentu. Sensor terhadap kseluruhan hal ini tidak mungkin dilakukan dan merupakan isu yang sensitif bagi masyarakat.

 Yang jelas bahwa MTV itu sebetulnya diperuntukkan bagi kaum muda yang sudah cukup “dewasa” untuk memilah, bukan sebagai acara anak-anak. Acara-acara seperti Celebrity’s Death Match, Laguna Beach, Viva La Bam, dan acara-acara sejenisnya ditempatkan pada malam hari dengan asumsi jam tidur bagi anak-anak, sperti acara televisi pada umumnya. Sedangkan pada pagi, siang, dan sore hari... acara lebih menjurus pada video musik populer, reality show seperti Pimp My RideMy Super Sweet 16, dan sebagainya.

MTV juga berusaha memberi pengaruh yang positif bagi kaum muda dengan program-program yang berkaitan denga politik, sosial, dan lingkungan. MTV mempromosikan kampanye yang dikenal sebagai Fight For Your Rights dengan slogan “Speak Out or Stand Up Againts Violence” yang memberikan pengertahuan dan kewaspadaan terhadap kriminal, narkoba, dan isu-isu kekerasan. MTV pun gencar berkampanye mengenai masalah HIV/AIDS dengan mengiklankan “save sex” dan sebagainya, seperti media pada umumnya yang selau berusaha untuk mengingatkan pemirsanya secara berulang-ulang. Salah satu strategi dalam kampanye-kampanye seperti demikian, MTV mengemasnya dengan menampilkan ikon-ikon dunia musik yang “akan didengarkan jika bicara”.

 Untuk masalah politik, MTV Amerika menggunakan P.Diddy sebagai duta kampanye “Vote or Die” yang mendorong generasi muda Amerika Serikat untuk menyuarakan pendapatnya dalam Pemilu sebagai hak mereka, warga negara Amerika Serikat. MTV pun memberikan sex education melalui iklan-iklan penggunaan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS. Tidak selalu dalam bentuk iklan, MTV menayangkan cara-acara yang memperhatikan masalah sosial, seperti bandSum 41 yang mendokumentasikan masalah sosial di Republik Demokratik Kongo sehingga anak muda yang menyaksikannya bisa memahami apa yang terjadi di tempat lain. Televisi merupakan sumber pengetahuan populer mengenai dunia dan semakin membuat kita berhubungan, meski secara termediasi, dengan berbagai cara hidup oarang-orang di luar tempat kelahiran kita (Barker, 2005:341). Begitu pula dengan masalah lingkungan, penayangan Wild Boys, walaupun nampak urakan dan konyol memberikan pengetahuan mengenai dunia binatang dan lingkungan alam.

Generasi MTV = generasi muda
Dari keseluruhan hal mengenai pengaruh MTV terhadap kaum muda, muncul juga terminologi “generasi MTV”. Akhirnya generasi muda diperlakukan sama dengan generasi MTV karena penampilan, cara berperilaku, cara bicara, dan pola konsumsinya sama dengan apa yang mereka lihat dalam MTV. Identitas sebagai “generasi MTV” ini kemudian terrekam dalam benak dan bahkan menjadi sebuah ideologi bagi sebagian banyak kaum muda. Ideologi di sini lebih condong masuk ke dalam pengertian menurut Raymond Williams (1977) yaitu sebagi proses umum produksi makna dan gagasan (diambil dari Fiske, 2004:228).

 Ideologi di sini merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan produksi sosial atas makna. Hal ini digunakan untik bicara menegenai pengkonotasi (connotator), yakni penanda konotasi sebagai “retorika ideologi”. Dalam penggunaannya yang seperti ini, ideologi merupakan sumber pemaknaan tatanan kedua. Mitos dan nilai-nilai konotatif adalah ideologi karena ideologi itulah maka mitos dan konotasi mewujudkan kegunaannya (Fiske, 2004:230). Itulah mengapa “generasi MTV” berkonotasi kaum muda.

Ideologi kaum muda sebagai generasi MTV menjadikannya penanda terhadap gaya mereka. Dick Hebdige mengatakan bahwa gaya adalah suatu praktik pemaknaan yang dalam kasus subkultur-subkultur yang spektakuler, merupakan pameran kode-kode makna yang jelas-jelas bersifat fisional (dibuat-buat). Lewat pemaknaan yang berbeda, gaya kemudian membetuk sebuah identitas kelompok. Pada intinya hal ini tercapai melalui diubahnya tanda-tanda komoditas lewat proses-proses brikolase dan bertidak sebagai suatau bentuk perlawanan semiotik terhadap tatanan yang dominan (Hebdige, 1979:90).

 Ideologi sebagai proses umum produksi makna dan gagasan tampaknya memang bersifat dibuat-buat, namun melalui pemaknaan yang berulang-ulang akhirnya seolah ada konvensi atau kesepakatan yang mengkonotasikan generasi MTV sebagai kaum muda. MTV seolah menjadi ruang publik atau ajang komunikasi dalam bahasa yang sama bagi kaum muda ini, yaitu musik dan gaya hidup.

Kekuatan MTV sebagai media
Bicara hal ini, seperti apa yang memang terjadi, MTV memegang peranan penting sebagai sebuah media yang mampu menjadi alat komunikasi kaum muda, sekaligus sebagai media yang memepngaruhi mereka. Dengan satu bahasa “musik’, akhirnya kaum muda di banyak tempat bisa saling mengobrol. Melalui sudut ini, kita dapat menerawang betapa kuatnya sebuah media untuk mempengaruhi pemirsanya hanya dengan menonton televisi, MTV alias Music Television.
Saat ini televisi merupakan bentuk komunikasi utama di dunia, sampai-sampai tidak ada lagi media lain yang bisa menyamai kekuatannya. Televisi bahkan menggantikan posisi-posisi kultural dalam soialisasi ~ tidak perlu nenek untuk mengetahui dongeng-dongeng dan mitos-mitos dalam hidup, semuanya terrangkum dalam televisi yang seperti dewa.

 Televisi merupakan sumber daya yang terbuka bagi hampir semua orang di masyarakat industri dan terus menjadi lebih populer di dunia “berkembang”. Televisi adalah bagian dari “prakondisi dan konstruksi selektif pengetahuan sosial, pembayangan sosial, yang kita gunakan untuk memersepsi ‘dunia-dunia, ‘realitas’ kehidupan orang lain. Dan secara imajiner merekonstruksi hidup kita dan mereka menjadi ‘keseluruhan-dunia’ (whole-of-the-world) yang masuk akal bagi kita” (Barker, 2005:341). Artinya televisi ini sudah menguasai banyak aspek kehidupan, termasuk MTV dalam menguasai gaya kaum muda.

Dalam menjalankan fungsinya dalam reproduksi ideologi, televisi berhadapan dengan pemirsa. Ada pula kecenderungan untuk mengasosiasikan reproduksi ideologi dengan pemirsa yang pasif, dan mengaitkan pemirsa aktif denagn resistensi terhadap ideologi. Penelitian Barker yang dilakukan pada remaja Asia Inggris penonton opera sabun di Inggris menunjukkan bahwa remaja-remaja ini “aktif” sekaligus terimplikasi atau terlibat dalam reproduksi ideologi tentang keluarga, hubungan interpersonal, dan gender. Aktivitas pemirsa justru merupakan “syarat” yang diperlukan bagi penerimaan reproduksi ideologi. Aktivitas pemirsa bisa mendekonstruksi ideologi hanya bila tersedia wacana alternatif sehingga diri bisa menjadi arena pergulatan ideologis (Barker, 2005:360).

 MTV berhadapan dengan pemirsa yang aktif maupun yang pasif, dan melakukan reproduksi ideologisnya terhadap mereka, ada yang ikut atau melakukan resistensi. Yang berada dalam lingkran ideologislah yang menjadikan MTV sukses membentuk generasi MTV. Yang jelas, tabpa perlu dijelaskan, secara empirik kita dapat melihat betapa besarnya kekuatan MTV sebagai media terhadap kaum muda. MTV seolah memahami apa yang mereka inginkan, dan kum muda menjadikannya sebagai acuan. “MTV, gue banget...

Daftar Pustaka
  • Barker, Chris .2005. Cultural Studies : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Bentang
  • Fiske, John .2004. Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar paling Komprehensif. Bandung : Jalasutra
  • Hebdige, Dick .1999. Asal Usul dan Ideologi : Subkultur Punk. Yogyakarta : Penerbit Buku Baik
  • Olong, Hatib Abdul Kadir .2006. Tato. Yogyakarta : LkiS
  • Widyatama, Rendra .2006. Bias Gender Dalam Iklan Televisi. Yogyakarta : Media Presindo

Sumber Lain
  • Wikipedia, the free encyclopedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar