Senin, 28 Februari 2011

Menyelamatkan Indonesia dengan gerakan "Beli Indonesia"

Dulu tanah air kita dijajah oleh negara asing, hari ini  kehidupan kita dikuasasi oleh produk orang asing. Hampir semua barang kebutuhan hidup  kita dibuat oleh orang asing.  92% produk teknologi yang kita pakai buatan asing,  80% pasar farmasi dikuasai asing, 80% pasar tekstil dikuasai produk asing.  Dengan penduduk 237 juta jiwa Indonesia merupakan pasar  besar yang sangat menggiurkan. Tetapi juga sangat menakutkan bila negara ini bangkit menjadi negara produsen.

Maka  berbagai upaya dilakukan oleh negara-negara asing agar Indonesia tetap menjadi negara pemakai.  Hasilnya, hari ini Indonesia tercatat sebagai negara yang paling konsumtif di dunia (AC Nieilsen).  Dan jadilah Indonesia surga bagi produk asing yang ditandai membanjirnya produk luar  dengan menggeser produk lokal dan membunuh pabrik-pabrk yang membuatnya.  Tahun 2005 ada 429 pabrik tekstil kolaps,  tiga tahun kemudian 200 diantaranya gulung  tikar.  Di tahun 2010, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan China sebesar Rp.53 Triliyun.

Lihat berapa pendapatan perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.  Sebuah  perusahaan yang menguasasi pasar air dalam kemasan  meraup penjualan sebesar Rp. 10 triliyun/ tahun.  Sebuah produsen minuman ringan yang menguasai 40 pasar minuman ringan dalam  negeri  dengan penjualan 10 trilyun/ tahun.  Produsen yang consumer good berupa pasta gigi, shampoo, sabun dan-lain-lain menguasai 40 % pasar meraup penjualan Rp. 20 Triliyun/ tahun . Satu Produsen susu formula  yang mengendalikan 80 persen petani susu di Indonesia, mengusai 50 %pasar susu dengan berbagai merek meraih penjualan sebesar Rp. 200 Triliyun/ tahun.  (Bandingkan dengan anggaran satu tahun untuk  Angkatan bersenjata kita yang hanya Rp.30 Triliyun/tahun 2008). Sementara produk-produk baru bermerk lokal sangat sulit untuk masuk supermarket dengan cara membuat listing fee  dan pemotongan harga yang sangat tinggi.

Akibatnya, omset toko-toko kecil  turun dari Rp. 800 ribu / hari menjadi  Rp.400 ribu/ hari. Setiap tahun 1,6 juta  pedagang tradisional  bangkrut. Dan semakin hari semakin kecil kesempatan  masyarakat untuk menjadi pedagang/ pengusaha  karena semua sektor hulu dan hilir sudah dikuasai oleh pemain asing.  Ini artinya Indonesia akan menghadapi bencana ekonomi yang lebih dahsyat dari bencana alam yang selama terus mendera negara ini.  Sebelum ada AFCTA (Asean China Free Trade Area) industri tekstil dalam negeri sudah banyak yang kolaps hanya dengan barang-barang seludupan dari luar.  Dan hari ini pemerintah telah membebaskan lebih dari 54.000 pos yang masuk ke Indonesia tanpa bea.  Ibarat perang,  Indonesia menghadapi musuh yang bersenjata lengkap tetapi kita  bertelanjang dada.

Mengapa  produk asing sangat bebas  menguasai kehidupan kita  sementara produk dan pemain lokal tidak tumbuh bahkan terus mati? Karena kita tidak memiliki sesuatu yang jelas untuk kita bela.  Seharusnya kita membela Kejayaan Bangsa  sendiri daripada membela kejayaan bangsa lain.  Caranya dengan membeli produk buatan sendiri.   Dan inilah pertahanan terakhir untuk menghadapi gempuran produk asing untuk menghindari terjadinya bencana ekonomi Indonesia ke depan.

Untuk membangkitkan  pembelaan terhadap kejayaan bangsa ini ,sejumlah pengusaha dari berbagai wilayah di Indonesia mencanangkan  gerakan  “BELI INDONESIA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar