Jumat, 11 Maret 2011

Benefit ki opo

Agus Ali

Sudah menjadi suatu kewajiban, dalam hal apapun, bahwa untuk sukses kita harus memiliki nilai tambah. Saya pernah menulis tentang Nilai Tambah Tanpa Tambah Biaya disini http://ekojune.blogspot.com/2007/11/nilai-tambah-tanpa-tambah-biaya.html

Namun ternyata kebanyakan dari kita tidak menyadari apakah nilai tambah itu adalah benar2 yang diubuthkan oleh pelanggan ? Apakah kita tidak malah melebih-lebihkan. Yang lebih sialnya biaya yang muncul dari adanya nilai tambah itu dibebankan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang selangit.

Jadi ingat sebuah iklan di TV yang menayangkan kebingungan seseorang karena ia mencari taksi tapi banyak yang datang menawari dengan nilai tambah yang berlebihan. Ada yang paka limosin, ada yang taksinya bisa berubah jadi pesawat, ada yang pak ada bonus kalo naik taksinya dll. Yang pada akhirnya dia bingung, selain karena banyak pilihan juga karena pada 'lebay' memberikan nilai tambah.

Atau ada tayangan humor yang menampilkan persaingan tukang becak dalam merayu calon penumpangnya. Yang satu mendiskon biaya, dibalas oleh tukang becak pesaingnya dengan menurunkan harga lebih rendah lagi, terus berlomba diskon, akhirnyayang lainnya gak mau kalah selain gratis kasih bonus klo naek becaknya dapat teh botol ! :).

Ada saatnya kita mengembalikan nilai tambah kepada 'yang sesuai dengan keinginan' pelanggan. Sesuai kebutuhan dasarnya akan manfaat dari produk yang akan dibelinya. Kecuali jika kita bisa memberikan nilai tambah dengan nilai yang terkesan wah tapi gak dibebankan kepada harga secara berlebihan.

Dianggap nilai tambah tidak hanya karena ada sesuatu yang diberikan secara berlebihan namun justru jika pas dengan kebutuhan.

Telah banyak sekarang yang melakukan hal itu. Contoh paling terkenal adalah Air Asia. Mereka memberikan manfaat atau benefit yang memang hanya itu yang dibutuhkan pelanggan. Dengan menghilangkan fasilitas makanan diatas pesawat, mereka bisa berhemat drastis dan dikembalikan kepada pelanggan dengan harga tiket yang murah.

Dan justru memang itu yang diinginkan karena sebagian orang tidak memerlukan makan di atas pesawat, bisa karena alasan sebelum naik pesawat sudah makan, bisa karena perjalanan yang singkat, atau karena membawa bekal sendiri karena ia tidak percayaan :).

Begitu juga dengan tiket yang di print bukan cetak. Lagi2 efisiensi dan dikembalikan kepada pelanggan. Dan memang pelanggan gak peduli mau tiket bentuknya kayak apa, yang penting valid.

Lalu contoh lainnya adalah Hotel Formule 1, salah satu di jalan Menteng-Jakarta. Hotel ini memfokuskan pada segmen pengusaha yang sering melakukan perjalanan bisnis. Jika kita kesini, jangan harap ada lobby super mewah, bar, kulkas, apalagi kolam renang, bahkan untuk handuk dan perangkat mandi itu optional, malah kabarnya ada paket yang kamarnya tanpa AC.

Tapi jangan dibayangkan suasana kamarnya murahan. Justru sekelas hotel berbintang walau memang dalam bentuk yang lebih sederhana. Wong ini anak perusahaan dari Accor Hotel grup loh.

Disini benar2 sesuai dengan kebutuhkan pelanggannya. Banyak pengusaha yang hanya beberapa hari kunjungan, hotel hanya sebagai tempat tidur/istirahat semata, kadang ada yg bawa perangkat mandi sendiri karena higienitas, gak sempet berenang dll.

Itulah manfaat yang sebenarnya yang dibutuhkan pelanggan. Genuine benefit.

Nilai tambah is ok selama memang dibuthkan dan 'gak lebay'. :) Akan menjadi nilai tambah tersendiri toh jika 'harga murah' karena hasil dari efisiensi. Dikembalikan kepada pelanggan bukan diambil sebagai keuntungan yang berlebih semata.

Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Wassalam.

-Eko June-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar