Kamis, 18 Oktober 2012

Kunci tadabbur Al-Qur’an & sukses dalam hidup

Al-Ustadz DR. Nasir Al-Umar mengatakan, ‘Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kehidupan jika manusia itu berakal, karena hidup yang hakiki adalah yang berjalan sesuai dengan manhaj Al-Qur’an, jika tanpa manhaj Al-Qur’an maka bukanlah hidup walaupun manusia melihatnya seperti hidup, Alloh Ta’ala berfirman :
{ أَوَمَنْ كَانَ مَيْتاً فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُوراً يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ } (الأنعام:122)
Artinya :
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”. (Al-An’aam:122)
Maka tidak ada kehidupan dalam selain Al-Qur’an, bagaimana mungkin? Dia adalah ruh, maka apakah ada kehidupan tanpa ruh? Alloh Ta’ala berfirman :
{ وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحاً مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الْأِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُوراً نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا } (الشورى: 52)
Artinya :
“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami”. (Asy-Syuro:52)
Kehidupan tanpa ruh maka tidak akan terjadi, ketika ruh hilang maka kehidupanpun pergi. Sunggguh Al-Qur’an telah mensifati orang-oang yang hidup tidak di atas hidayah-Nya sebagai orang yang mati, padahal mereka makan, minum, pergi dan kembali. Alloh Ta’ala berfirman :
{ إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآياتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ } (النمل:80، 81)
Artinya :
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri”. (An-Naml:80-81)[1]
  • Makna tadabbur dan tanda-tandanya
Al-Maidani mengatakan :
“التدبر هو: التفكر الشامل الواصل إلى أواخر دلالات الكلم ومراميه البعيدة “اهـ
Tadabbur adalah : Berfikir secara menyeluruh  yang sampai pada akhir-akhir dari indikasi-indikasi kalimat dan tujuan-tujuannya yang jauh.
Makna tadabbur Al-Qur’an adalah berfikir dan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an untuk memahaminya, mengetahui makna-maknanya, hikmah-hikmahnya, dan maksudnya.
Tanda-tanda tadabbur :
  1. Bersatunya hati dan fikiran ketika membaca, cirinya adalah berhenti karena ta’ajub dan mengagungkan.
  2. Menangis karena takut pada Alloh.
  3. Bertambahnya khusyu’.
  4. Bertambahnya iman, cirinya adalah berulang-ulang membaca ayat-ayat tersebut secara reflek.
  5. Senang dan bahagia.
  6. Gemetar karena takut pada Alloh Ta’ala kemudian dia dikuasai oleh harapan dan ketenangan.
  7. Sujud untuk mengagungkan Alloh ‘Azza wa Jalla.
***
Kunci-kunci tadabbur Al-Qur’an
Kunci pertama : Cinta pada Al-Qur’an
Tanda-tanda hati cinta pada Al-Qur’an :
  1. Senang bertemu dengannya
  2. Duduk bersamanya dalam waktu yang panjang tanpa bosan
  3. Rindu padanya
  4. Banyak bermusyawarah dengannya, percaya penuh dengan bimbingan-bimbingannya, dan kembali padanya ketika ada masalah dalam kehidupan baik yang kecil maupun yang besar.
  5. Mentaatinya baik perintah maupun larangan.
Sarana-sarana untuk mewujudkannya :
  1. Bertawakkal pada Alloh Ta’ala dan meminta pertolongan pada-Nya.
  2. Melakukan sebab-sebab, sebab yang paling baik dan paling bermanfaat adalah membacanya.
Kunci kedua : Tujuan-tujuan membaca Al-Qur’an
Diantara tujuan-tujuan membaca Al-Qur’an adalah :
  1. Berharap pahala
  2. Bermunajat pada Alloh
  3. Berobat
  4. Ilmu
  5. Amal
Kunci ketiga : Berdiri sholat dengan membaca Al-Qur’an
Alloh Ta’ala berfirman :
{ وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً } (الإسراء : 79 )
Artinya :
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Al-Isroo’:79)
Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda :
“لا حسد إلا في اثنتين رجل أتاه الله القرآن فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار ، ورجل آتاه الله مالا فهو ينفقه آناء الليل وآناء النهار”. متفق عليه
Artinya :
“Tidak ada hasad kecuali pada dua orang; seseorang yang Alloh anugerahkan Al-Qur’an kemudian dia berdiri membacanya sepanjang siang dan malam, dan seseorang yang Alloh anugerahkan harta kemudian dia menginfaqkannya sepanjang siang dan malam”. (Muttafaqun ‘alaih)
Kunci keempat : Membacanya pada waktu malam
Al-Hasan bin Ali رضي الله عنه berkata : Sesungguhnya orang sebelum kalian melihat Al-Qur’an adalah surat-surat dari Rob mereka, maka mereka mentadabburinya pada waktu malam, dan mereka mencarinya pada waktu siang. (At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal.29)
Asy-Syaikh Asy-Syinqithi[2] رحمه الله berkata : Al-Qur’an tidak akan kokoh di dalam dada, dan tidak akan mudah difahami kecuali berdiri di tengah malam. (Muqoddimah Adhwaa’ul Bayaan : 4)
Kunci kelima: Mengulang-ulang menghatamkan Al-Qur’an dalam seminggu atau sebagiannya.
Abdulloh bin Mas’ud berkata : Al-Qur’an janganlah dibaca kurang dari tiga hari, bacalah dalam tujuh hari, dan seseorang menjaga hizibnya.
An-Nawawi رحمه الله berkata : Pekerjaan kebanyakan kalangan salaf.
Bagaimana cara mempraktekkannya ?
Caranya adalah dengan qoidah “Terus-meneruslah walaupun sedikit”.
Kunci keenam : Membacanya dengan hafalan
Mengapa kita menghafal Al-Qur’an ?
Tujuan utama menghafal Al-Qur’an adalah berdiri sholat dengan membacanya sepanjang siang dan malam, dan tujuan berdiri ini adalah menjaga apa yang terkandung di dalamnya berupa ilmu tentang Alloh dan hari akhir, ilmu itu yang akan mewujudkan kehidupan yang baik bagi manusia, mewujudkan kekokohan dalam krisis, kekuatan untuk ummat dalam menghadapi musuh-musuhnya, inilah tujuan utama untuk menghafal Al-Qur’an yang semestinya difokuskan oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang pendidikan.
Sesungguhnya menghafal lafadz adalah sarana dan bukan tujuan, yaitu sarana untuk menghafal makna, dan mengambil manfaat untuk kehidupan, adapun hanya menghafal lafadz-lafadz maka itu adalah sebuah kekurangan dalam hak Al-Qur’an Al-‘Adzim, itu adalah penyelewengan dari jalan yang lurus dalam menjaganya dan mengambl manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Kunci yang ketujuh : Mengulang-ulang ayat
Tujuan mengulang-ulang adalah berhenti untuk menghadirkan makna-makna, Abu Dzar رضي الله عنه berkata, Nabi صلى الله عليه وسلم  berdiri dengan satu ayat dan beliau mengulang-ulangnya sampai shubuh :
{ إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } (المائدة : 118 )
Artinya :
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Maidah:118)
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Al-Hakim, dan beliau menshohihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabi, dan dihasankan oleh Al-Albani.
Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله  pada suatu malam mengulang-ngulang ayat berikut sampai shubuh :
{ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ } (النحل : 18 )
Artinya :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Alloh, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-Nahl:18)
Beliau ditanya tentang hal itu dan mengatakan : Sesungguhnya di dalamnya ada tempat untuk mengambil pelajaran, kami tidaklah mengangkat dan tidak pula menolaknya kecuali berada dalam kenikmatan, dan kami tidaklah mengetahuinya kecuali dari kenikmatan-kenikmatan Alloh itu lebih banyak. (Mukhtashor Qiyamul Lail, Karya Al-Marwazi, hal.151)
Kunci kedelapan : Mengaitkan lafadz-lafadz dengan makna-makna
Kunci kesembilan : Membaca dengan tartil
Alloh Ta’ala berfirman :
{ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً } (المزّمِّل : 4 )
Artinya :
“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)”. (Al-Muzammil:4)
Ibnu Katsir رحمه الله berkata : Bacalah dengan pelan, sesungguhnya yang demikian itu akan membantu untuk memahami Al-Qur’an dan mentadabburinya.
Kunci kesepuluh : Membaca dengan keras
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه , Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :
عن أبي هريرة رضي الله عنه : قال النبي صلى الله عليه وسلم : “ليس منا من لم يتغن بالقرآن يجهر به”. رواه البخاري
Artinya “Bukanlah bagian dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an dan mengeraskannya”. (HR. Al-Bukhori)
نسأل الله التوفيق والإخلاص في العلم والعمل
Diringkas oleh Abu Shiddiq Asy-Syirbuni dari Mafatih Tadabburil Qur’an wan Najah fil Hayah, Tulisan : DR. Kholid bin Abdul Karim Al-Lahim (Ustadz Al-Qur’an wa ‘Ulumuhu di Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah)
***

[2] Penulis Tafsir Adwaa’ul Bayan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar