Selasa, 09 Oktober 2012

Menjadi Hamba Allah Yang Ikhlas




Assalamu’alaikum. Saudaraku yang dimuliakan Allah, apa niat dan tujuan Anda dalam melakukan perbuatan baik? Dipuji orang atau ikhlas? Dalam surat Yunus ayat 105, Allah berfirman: “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik”.
Berikut ini sahabat kita Muhammad Aly El-Bhoney mencoba menuliskan bagaimana kita menjadi hamba Allah yang ikhlas. Apabila kita melakukan segala perbuatan yang baik semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah lah yang pasti akan menolong kita.
***
Pernahkah Anda merasa kecewa, karena merasa sudah berusaha berbuat yang terbaik untuk banyak orang, tapi masih dianggap kurang? Padahal seharusnya kita mengerti, bahwa kita hanya manusia biasa. Kita tidak mungkin dapat memuaskan keinginan semua orang. 

Dalam segala hal yang sudah kita  lakukan, pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Pasti ada  pihak-pihak yang merasa puas, begitu pula ada juga pihak-pihak yang merasa kurang puas dengan apa yang kita lakukan. Sangat lumrah dan biasa terjadi. Tinggal tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Mari kita coba kita flashback sedikit, sesungguhnya apa niat dan tujuan kita dalam melakukan suatu perbuatan. Apakah karena dan untuk Allah? Kalaupun alasan kita karena dan untuk Allah, tetapi tidak murni, apakah masih ada alasan lain?
Perlu diketahui, kalau tujuan dan niat kita dalam melakukan sesuatu tidak murni ikhlas karena Allah, maka yang terjadi adalah kita akan sering menemukan kekecewaan.



 Sebab, kita masih mempunyai tujuan lain selain Allah, sampai di saat ada pihak-pihak yang merasa tidak puas dengan apa yang kita lakukan. Hal itu jelas membuat kita sedih dan kecewa. Dan kemudian yang terjadi adalah, tidak jarang dari kita, yang kemudian menyalahkan sebab-sebab itu. Padahal sebenarnya Allah Swt lah yang Maha Mengatur Segala Sesuatu. Allah jugalah Pencipta semua sebab-sebab itu.

Mungkin kekecewaan yang kita alami merupakan teguran kecil dari Allah, agar kita kembali meluruskan niat dan tujuan kita. Agar kita memperbaiki niat dan tujuan kita, supaya apa yang kita lakukan semata-mata hanya karena-Nya. Sebab, Allah Swt hanya menerima amal ibadah atau amal kebaikan yang ikhlas ditujukan semata-mata karena-Nya. Perhatikan firman-Nya berikut ini :
Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik” (QS. Yunus: 105).
Perhatikan juga sabda Rasulullah Saw berikut ini: ”Allah tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i).


Imam Ali ra juga berkata, ”Orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amal diterima oleh Allah.”
Ikhlas akan membuat jiwa kita menjadi merdeka dan tidak dibelenggu pengharapan akan pujian. Tidak haus akan imbalan. Hati menjadi tenang, karena ia tidak diperbudak penantian mendapat penghargaan, ataupun imbalan dari makhluk. Penantian adalah hal yang tidak nyaman. Menunggu pujian atau imbalan adalah hal yang dapat meresahkan, bahkan bisa mengiris hati bila ternyata yang datang sebaliknya.

Orang yang tidak ikhlas akan banyak menemui kekecewaan dalam hidupnya. Sebab, orang yang tidak ikhlas banyak berharap pada mahluk yang lemah. Kalau kita masih sering berharap pada mahluk, (walau sekecil apapun), maka kita akan sering menemukan kekecewaan.  Ketahuilah, bahwa penilaian dan penerimaan mahluk (manusia) atas apa yang kita lakukan, tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan penilaian dan penerimaan Allah terhadap segala sesuatu yang kita lakukan.


Perhatikan firman-Nya berikut ini : “Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (An Nisa146).
Perhatikan juga firman-Nya berikut ini, ”Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)”. (Al Maaidah: 85)

Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, apakah dalam beramal shaleh, atau dalam melakukan segala sesuatu, kita masih menyertai kepentingan kita sendiri? Ketahuilah, orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi atas apa yang ia lakukan. Tujuan orang yang ikhlas hanya satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT.

Orang yang benar-benar ikhlas, sekalipun dirinya dibilang tidak ikhlas, ia tidak akan membela diri. Sebab, kalau dia membela diri, apalagi sampai marah karena dikatakan tidak ikhlas, itu merupakan tanda-tanda ketidakikhlasannya.  Orang ikhlas tidak peduli pada penilaian mahluk. Ia hanya peduli pada  penilaian Allah SWT. Keikhlasannya hanya ditujukan untuk Allah, sehingga tidak perlu orang lain mengetahuinya. Bila ingin keikhlasananya diketahui orang lain, itu tandanya  ia belum ikhlas.

Marilah kita perbaiki segala amal ibadah kita atau apapun yang kita lakukan dengan ikhlas. Sekalipun memang benar, setiap manusia pasti punya kepentingan dan kebutuhan masing-masing. Namun percayalah, Allah Maha Tahu semua kebutuhan dan kesulitan kita. Allah Maha Tahu Segalanya dan Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu.  

Apabila kita melakukan semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah lah yang akan menolong segalanya. Percayalah ! Bahwa dengan niat yang murni karena Allah swt, kemudian dengan ilmu yang benar, hal itu senantiasa akan mendapatkan kebenaran dari Allah swt. Waffakumullah jamii’an. (Muhammad Aly El-Bhoney)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar