Sabtu, 13 Oktober 2012

STRATEGI SETAN DALAM MENJEBAK MANUSIA


Setan menggunakan strategi gradual (bertingkat) baik isi maupun metode  dakwahnya.  Ibnu Qoyyim  Al-Jauziyah  menyebutkan ada enam tahapan yang dilalui perjalanan dakwah setan.
Tahap pertama
Pengkafiran atau pemusyirikan manusia. Jika yang didakwahi itu dari kalangan muslimin,  maka setan akan melangkah ketahapan dakwah berikutnya.
Tahap kedua
Pembid’ahan.  Yaitu  menjadikan  menusia  sebagai  Ahlul  bid’ah Seandainya  yang  diajak  dari  kalangan  Ahli  Sunnah,  maka dimulailah tahap ketiga.
Tahap ketiga
Pemerangkapan  manusia  dengan  dosa-dosa besar.  Jika  manusia dilindungi oleh Allah dari melakukan dosa-dosa besar, setan tidak putus asa, untuk terus menggoda.
Tahap keempat
Pemerangkapan  manusia  dengan  dosa-dosa  kecil.Jika  manusia selamat dari dosa-dosa kecil setan melangkah ketahap yang lain.
Tahap kelima
Penyibukan manusia dalam masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga  orang  itu  menghabiskan  waktunya  untuk  hal  yang mubah, tidak sibuk dalam hal yang berpahala, yang kita semua diperintahkan untuk mengamalkannya.
Tahap keenam
Penyibukan  manusia  dalam  urusan-urusan  sepele  sehingga  ia tinggalkan persoalan-persoalan yang lebih penting dan yang lebih baik.  Misalnya,  sibuk  dengan  amalan  sunnah,  meninggalkan amalan wajib .
JERAT-JERAT  SETAN  ITU  TIDAK  TERHITUNG  JUMLAHNYA.
Diantaranya:
A. mengadu domba sesama muslim dan buruk sangka
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Rasulullah bersabda : ” Sesungguhnya iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholeh, tetapi ia berusaha mengadu domba di antara mereka.”
Yakni  setan  menyebarkan  permusuhan,  kebencian dan  fitnah  di antara mereka.
Buruk  sangka  itu  biasanya  datangnya  dari  setan,  sebagaimana hadist Shafiyyah binti Huyay [istri Rasulullah] bekata : “Ketika Rasulullah  sedang  beri’tikaf  di  masjid,  saya  mendatanginya  di suatu malam dan bercerita. Kemudia saya pulang diantar beliau. Ada  dua  orang  anshor  berjalan  dan  ketika  keduanya  melihat Rasulullah  mereka  mempercepat  jalannya,  rasululah  berkata: “Pelan-pelanlah.  Dia  itu  Safiyah  binti  Huyay”.  Mereka  berkata: Maha suci Allah , Rasulullah!” Rasulullah bersabda . “Sesungguhnya setan  berjalan  di  tubuh  anak  adam  pada  peredaran  darah,  aku khawatir setan itu melontarkan kejahatan di hati kamu berdua, sehingga timbul prasangka yang buruk.” (Bukhori 4:240,Muslim 2174-2175)
Setan itu suka mengadu domba antar sesama kita sebagaimana dijelaskan oleh  hadist  yang  diriwayatkan  Sulaiman  bin  Sird,  Ia berkata: “Saya pernah duduk bersama Rasulullah di sana ada dua orang  yang  sedang  saling  mencaci.  Salah  satu  dari  keduanya wajahnya merah dan ototnya mengeras karena marah.”Rasulullah besabda  :  “  Akan  aku  ajarkan  satu  kalimat  yang  dapat menghilangkan  marah  ketika  diucapkan.  Seandainya  dia mengucapkan:  “Aku  berlindung  kepada  Allah  dari  setan  yang terkutuk”, maka hilanglah marahnya.” (Bukhori 10:431)
B. Menghiasi Bid’ah bagi manusia
Setan mendatangi manusia dengan mengatakan bahwa bid’ah itu sesuatu  yang  indah  seraya  mengatakan:  “Sesungguhnya manusia di zaman ini sudah meninggalkan ibadah dan sulit dikembalikan.  Mengapa  kita  tidak  mengerjakan  sebagian peribadahan  lalu  kita  bagus-baguskan  dengan  tambahan dari kita agar manusia mau kembali beribadah?”.  Kadang-kadang  setan  mendatangi  dengan  cara  penambahan  terhadap ibadah  yang  ada  dalam  sunnah  rasulullah.  Lau  berkata, “tambahan kebaikan tentu merupakan kebaikan juga. Maka tambahlah dalam sunnah tersebut suatu bentuk ibadah yang mirip  dengan  sunnah  ,  atau  sandarkan  ibadah  baru  pada sunnah tersebut.”  Sebagian  manusia  lain  didatangi  dengan  bujukan,
“Sesungguhnya manusia sudah jauh dari Dien ini, mengapa tidak  kita  buat  hadist-hadist  yang  dapat  menakut-nakuti mereka  ?”…Maka  orang-orang  mengarang  hadist  palsu  yangndisandarkan  pada  Rasulullah  sambil  berdalih,  “kami  memang berdusta , namun kami bukan berdusta menentang Rasulullah saw melainkan berdusta dalam rangka membela beliau?!”
Mereka  berdusta  membela  Rasulullah  ???!!  Dikaranglah  oleh mereka  hadist  untuk  menakut-nakuti  manusia  dari  neraka, memberikan manusia gambaran dengan cara-cara aneh. Demikian pula mereka menggambarkan surga dengan cara aneh pula!
Kita  menegetahui  bahwa  ibadah  itu  adalah  taufiqiyah,  yaitu mengambilnya dari Rasulullah sebagaimana petunjuk Allah yang datang kepada beliau, tidak  boleh kita tambahi atau kita kurangi.  Kelakuan  yang  mereka  lakukan  itu adalah bid’ah dari karangan setan.
C. Membesar-besarkan satu aspek atas aspek lainnya
Kadang seseorang terjatuh pada banyak dossa-dosa dan maksiat, namun dia tetap sholat sebagai alasan penutup kekurangannya itu. Dia berdalih bahwa shalat itu adalah ‘imaadud-dien (tiang agama), yang  pertama  kali  di  Hisab di  Hari  Perhitungan  (Akhirat),  maka  tidak mengapa dirinya jatuh dalam sebagian maksiat. Dia menjadikan sesuatu yang paling agung, untuk menghalalkan kekurangannya  dalam  ibadah-ibadah  lain.  Dibesar-besarkanya urusan shalat atas lainnya.!
Benar  bahwa  shalat  adalah  ‘imadud-dien,  namun  bukan keseluruhan kandungan Dien ini! Setanlah yang mendatangi orang ini untuk menghalalkan kekuragan dirinya!
Kadang  setangpun  mendatangi  seorang  manusia  lain  untuk mengatakan, “Dien ini adalah muamalah (pergaulan/akhlak yang baik)…. Yang paling penting kamu baik terhadap manusia jangan mendustai  atau  menipu  mereka  walaupun  kamu  tidak  shalat, bukankah Rasulullah bersabda : “Bahwa Dien ini adalah muamlaah ‘?”
Kadang didatanginya seorang lain dengan bujukan , “yang paling penting adalah berniat baik!Asal aku lalui waktu malamku tanpa menyimpan dengki dan kebencian pada manusia, cukuplah sudah .’Akhirnya  orang  tersebut  meninggalkan  banyak  amalan-amalan shaleh, mencukupkan diri dengan niat baik saja! Demikian  pula  dalam  tataran  kelompok  ketika  kamu  lihat segolongan orang berkata: “Hal terpenting adalah kita harus mengenal keadaan riil kaum muslimin  dan  keadaan  musuh-musuh  mereka.  Dengan  demikian hal paling penting adalah masalah-masalah politis. Kita hidup di  zaman  orang-orang  berdasi  dan  berdiplomasi  bukan  di zamannya arab padang pasir”
Demikianlah  pendukung  kelompok  ini  mengetahui  segala  hal tentang Komunisme,  Free  masonry,  bahaiah,  Qadiyaniah,dll.Kemudian  kamu  Tanya  tentang  islam  mereka  tidak paham sedikitpun!
Sebaliknya dari  kelompok  tadi,  ada  kelompok  yang  membesar-besarkan  masalah  peribadatan.  Mereka  berpendapat,  “Hal terpenting adalah hubunganmu kepada Allah, yaitu shalat. Kamupun  harus  zuhud  dan  bertaqwa,  lemparkan  urusan-urusan lain, selain aspek-aspek keruhanianmu!”
Datang pula kelompok lain , yang benar-benar ada dalam medan dakwah islam sekarang , dengan pendapat, “Hal paling penting adalah  menyatukan  barisan  kaum  muslimin.  Allah  Azza wajalla  berfirman  yang  artinya;  “Dan  berpeganglah  kepada  tali (agama)  Allah,  secara  bersama-sama,  dan  janganlah  kalianbercerai-berai.”(Q.S. Ali ‘Imran:103).
Mereka menjadikan persatuan hal paling penting walaupun dibandingkan  masalah  aqidah!  Mereka  berbicara  kepada manusia yang beraqidah meyelisihi aqidah kita, mengklaim bahwa kita  harus  bersatu,  karena  kita  sekarang  berada  di  zaman berkuasanya musuh-musuh atas kita! Memang benar kita harus bersatu, namun persatuan di atas asas-asas, bersatu di atas Dien. Bukan bersatu dalam kekacauan an perbedaan aqidah.
D. Menunda-nunda dan tergesa-gesa
Imam ibnul jauzi dalam buku “Talbis iblis” berkata, “betapa banyak orang  yang bertekad teguh,  dibuat  menanti-nanti”,  yaitu  dibuat berkata “nanti saja” oleh setan. Ibnul Jauzi melanjutkan, “betapa banyak pula yang berusaha untuk berbuat baik dipengaruhi setan untuk menunda-nundanya.”
E. Kesempurnaan semu
Setan  mendatangi  manusia  untuk  menjadikannya  merasa sempurna, dengan berkata “kamu lebih baik dari orang lain. Kamu melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang tidak shalat.” Kamu diarahkan setan agar memperhatikan orang-orang yang ada di  bawahmu  dalam  beramal  shaleh,  untuk  mencegahmu  dari beramal  lebih  baik.  Karena  kamu  sudah  melihat dirimu  sebagai manusia paling utama! Padahal  yang  dituntut  dari  kita  adalah  sebaliknya,  yaitu  kamu perhatikan orang yang puasa sunat Senin dan Kamis ketika kamu tidak  melakukannya,  atau  perhatikan  Fulan  yang  melakukan amalan-amalan sunat  ketika  kamu  belum  melakukannya.  Inilah yang dituntut darimu, yaitu melihat orang yang lebih darimu dalam amal shaleh.
F. Tidak menilai diri dan kemampuannya secara tepat
Setan membuat seseorang tergelincir dalam menilai dirinya dengan dua jalan:
1. Pandangan ujub dan menipu diri
Setan  berkata  “Kamu  sudah  mengerjakan  ini  dan  itu,  lihatlah kamu, beramal dan beramal…”. Maka berubahlah orang itu menjadi takabur dan tertipu oleh dirinya, akibatnya dia merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Dia akan menolak pula untuk rujuk dari kesalahnya. Dia akan menolak pula untuk duduk di majelis ilmu untuk belajar dari orang lain.
2. Tawadhu dan memandang diri hina dan rendah:
Di sini setan berkata, “Kamu harus tawadhu. Siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan di tinggikan-Nya. Kamu tidak sepadan untuk perkara ini! Urusan ini hanya untuk orang berilmu tinggi saja! “, padahal setan bermaksud untuk menjauhkan dirimu dari tugas dakwahmu. Ini dari bab tawadhu, kamu akhirnya merendahkan dirmu samppai derajad dimana kamu merasa tak berguna pada kemampuanmu yang seharusnya kamu tampilkan, karena kita akan ditanya atassegala  kemampuan  dan  kekuatan  kita.  Kamu  harus mengungkapkan  kemampuanmu  tiu  karena  kalau  tidak  kamu gunakan kemampuanmu itu, niscaya kamu akan dihisab atasnya. Ini pada hakekatnya bukan tawadhu, tapi lari dari tanggung jawab, lari  adri  menunaikan  kewajiban.  Akan  tetap  seta  berkata kepadanya, “Tinggalkanlah bidang tiu untuk orang lain yanglebih baik darimu! Dakwah adalah amal yang mulia, amal bagi orang yang jenius yang amat langkadan yang mendalam ilmunya.” Kadang-kadang  setanpun  mendorong  manusia  merendahkan dirinya,dengan  mengacaukan  akalnya  untuk  terus-menerus berpikir,  “Apa  artinya  diri  saya  disbanding  syaikh  ini? Apalah artinya diriku dibandingkan dengan orang alim ini?” Dimandulkan akalnya sehingga tidak berfikir kecuali dengan fikiran Syaikhnya, dan  hanya  menerapkan  perkataan  Syekhnya  semata.  Jadilah Syaikhnya yang paling benar, dan yang lain salah. Mulailah dia mengagungkan manusia dan mengkultuskannya. Padahal  yang  pokok  bagi  kita  mengembalikan  semua  perkara kepada  syari’at  Allah,dan  orang  yang  didepanmu  itu  masih keliru.Karenanya  semua  perkataan  manusia  harus  ditimbang dengan Kalamullah dan sabda RasulNya
7. Tasyik(Menimbulkan keragu-raguan).
Diantara pintu masuk setan adalah membuat ragu dalam masalah niat,  dia  berkata  kepada  manusia,  “Kamu  riya’,  kamu  munafiq, kamu  beramal  karena  manusia”,  supaya  orang  ini meninggalkan amal.  Contohnya,  seseorang  ingin  bersedekah  kemudian dilihat  orang lain, dia berkata dalam hatinya, “Kalau aku bershadaqah terlihat olehnya,  dia  akan  menyangka  kau  riaya’.  Lebih  baik  aku  tidak memberikan shadaqah ini.”
Sesungguhnya memperbaiki niat itu diperintahkan, namun jangan sampai  kita  meninggalkan  amal.  Perbaikan  niat  justru  harus menjadikanmu beramal dan meningkatkannya. Al-Haristsbin Qays . ” Jika setan mendatangimu dalam shalat dan  membisikan  kepada  kamu  bahwa  kamu  riya’, perpanjanglah shalatmu.”
G. Takhwif (Menakut-nakuti)
Setan mempunyai dua metode dalam menakut-nakuti manusia:
1. Menakut-nakuti dari wali-wali setan
Disini setan menakut-nakuti manusia dari tentara dan wali-walinya, yaitu  para  pelaku  maksiat  dan  kejahatan.  Setan  berkata, waspadalah terhadap mereka, mereka punya kekuatan luar biasa.” Dengan ditakut-takuti, orang ini jadi meninggalkan amal.
Padahal  Allah  telah  berfirman  ;  ”Sesungguhnya  itu  tidak  lain hanyalah  setan  yang  menakut-nakuti  dengan  kawan-kawannya,karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetap takulah kepada KU, jika kamu benar-benar orang-orang beriman.” (QS. Ali ‘imran:175).
2. Menakut-nakuti dari kefaqiran
Allah  Ta’ala  berfirman  yang  artinya:  “  Setan  menjanjikan (menakut-nakuti)  kamu  dengan  kefaqiran  dan  menyuruh  kamu berbuat kejahatan..”(QS. Al-Baqarah:268) Setan berkata kepada manusia: ” kalau kamu tinggalkan pekerjaan ini, dimana kamu kan mendapatkan pekerjaan yang lainnya? Kamu akan  menjadi  sangat  faqir.”  Maka  dia  menjadikan  takut  akan kefaqiran. Akhirnya orang itu mengerjakan perbuatan yang haram. Contohnya seorang muslim yang berdagang khamar ditertawakan oleh  setan  karena  sudah  berhasil  menipunya  melalui  pintu  ini. Padahal Allah telah berfirman ; ” dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah , niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan  memberikannya  rezki  dari  arah  yang  tidak  disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:2-3)
Kita  dapati  para  pemakan  riba’  takut  akan  kefaqiran,  berkata: “Bagaimana aku hidup? Orang-orang sudah pada kaya, aku masih faqir”!!
Kadang-kadang setan pun menghiasi kebatilan pada juru dakwah, sehingga  menghalalkan  yang  haram,  dengan  alasan  untuk kemaslahatan dakwah kamu perlu berdusta! Setan  menghiasi  kebatilan  sebagai  kebenaran  dengan  argumen bahwa perkara ini diperlukan untuk kemaslahatan dakwah.
HAL-HAL YANG MEANCARKAN TUGAS SETAN
    • Kebodohan
Seorang yang berilmu lebih sulit di goda oleh setan daripada seribu ahli badah
    • Hawa nafsu, lemah keihlasan, dan lemah keyakinan
Allah  Ta’ala  berfirman  yang  artinya:  “  Iblis  berkata,  Demi keagunganMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka” (QS. Shaad:82- 83).
OBATNYA
1        Iman kepada Allah
Kita  harus  benar-benar  beriman  kepada  Allah  dan  bertawakal kepadanya, sebagaimana firmanNya: “sesungguhnya setan itu tidak  ada  kekuasaannya  atas  orang-orang  beriman  dan orang-orang yang bertawakal hanya kepada Rabb mereka saja.” (QS. An-Nahl:99)
    • Mencari ilmu syar’I dari sumber-sumbernya yang shahih
Dengan  ilmu  tentang  Al-Qur’an dan  As-Sunnah  seorang hamba akan  dapat  mengenal  batasan-batasan  Allah sehingga  dia  tidak akan tertipu oleh bisikan setan.
3.   Ikhas di jalan Dien ini
Allah  ta’ala  berfirman  yang  artinya:”  Iblis  berkata,  Demi keagunganMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka” (QS. Shaad:82-83). Dzikir  (ingat)  kepada  Allah  Ta’ala  dan  berlindung  dari godaan setan terkutuk Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Jika kamu ditimpa sesuatu godaan  setan,  maka  berlindunglah  kepada  Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.” (Al-A’raaf:200)
Demikian pula pembacaan Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) dijelaskan dalam hadist keutaman keduanya untuk melindungi kita dan mencegah dari gangguan setan. Begitu pula pembacaan ayat kursyi, karena ayat ini dapat menjaga dari setan.
Wallahu a’lam
Sumber tulisan: Pengkaburan Setan, Maktabah Ummu Salma al-Atsari
Setan menggunakan strategi gradual (bertingkat) baik isi maupun metode  dakwahnya.  Ibnu Qoyyim  Al-Jauziyah  menyebutkan ada enam tahapan yang dilalui perjalanan dakwah setan.
Tahap pertama
Pengkafiran atau pemusyirikan manusia. Jika yang didakwahi itu dari kalangan muslimin,  maka setan akan melangkah ketahapan dakwah berikutnya.
Tahap kedua
Pembid’ahan.  Yaitu  menjadikan  menusia  sebagai  Ahlul  bid’ah Seandainya  yang  diajak  dari  kalangan  Ahli  Sunnah,  maka dimulailah tahap ketiga.
Tahap ketiga
Pemerangkapan  manusia  dengan  dosa-dosa besar.  Jika  manusia dilindungi oleh Allah dari melakukan dosa-dosa besar, setan tidak putus asa, untuk terus menggoda.
Tahap keempat
Pemerangkapan  manusia  dengan  dosa-dosa  kecil.Jika  manusia selamat dari dosa-dosa kecil setan melangkah ketahap yang lain.
Tahap kelima
Penyibukan manusia dalam masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga  orang  itu  menghabiskan  waktunya  untuk  hal  yang mubah, tidak sibuk dalam hal yang berpahala, yang kita semua diperintahkan untuk mengamalkannya.
Tahap keenam
Penyibukan  manusia  dalam  urusan-urusan  sepele  sehingga  ia tinggalkan persoalan-persoalan yang lebih penting dan yang lebih baik.  Misalnya,  sibuk  dengan  amalan  sunnah,  meninggalkan amalan wajib .
JERAT-JERAT  SETAN  ITU  TIDAK  TERHITUNG  JUMLAHNYA.
Diantaranya:
A. mengadu domba sesama muslim dan buruk sangka
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Rasulullah bersabda : ” Sesungguhnya iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholeh, tetapi ia berusaha mengadu domba di antara mereka.”
Yakni  setan  menyebarkan  permusuhan,  kebencian dan  fitnah  di antara mereka.
Buruk  sangka  itu  biasanya  datangnya  dari  setan,  sebagaimana hadist Shafiyyah binti Huyay [istri Rasulullah] bekata : “Ketika Rasulullah  sedang  beri’tikaf  di  masjid,  saya  mendatanginya  di suatu malam dan bercerita. Kemudia saya pulang diantar beliau. Ada  dua  orang  anshor  berjalan  dan  ketika  keduanya  melihat Rasulullah  mereka  mempercepat  jalannya,  rasululah  berkata: “Pelan-pelanlah.  Dia  itu  Safiyah  binti  Huyay”.  Mereka  berkata: Maha suci Allah , Rasulullah!” Rasulullah bersabda . “Sesungguhnya setan  berjalan  di  tubuh  anak  adam  pada  peredaran  darah,  aku khawatir setan itu melontarkan kejahatan di hati kamu berdua, sehingga timbul prasangka yang buruk.” (Bukhori 4:240,Muslim 2174-2175)
Setan itu suka mengadu domba antar sesama kita sebagaimana dijelaskan oleh  hadist  yang  diriwayatkan  Sulaiman  bin  Sird,  Ia berkata: “Saya pernah duduk bersama Rasulullah di sana ada dua orang  yang  sedang  saling  mencaci.  Salah  satu  dari  keduanya wajahnya merah dan ototnya mengeras karena marah.”Rasulullah besabda  :  “  Akan  aku  ajarkan  satu  kalimat  yang  dapat menghilangkan  marah  ketika  diucapkan.  Seandainya  dia mengucapkan:  “Aku  berlindung  kepada  Allah  dari  setan  yang terkutuk”, maka hilanglah marahnya.” (Bukhori 10:431)
B. Menghiasi Bid’ah bagi manusia
Setan mendatangi manusia dengan mengatakan bahwa bid’ah itu sesuatu  yang  indah  seraya  mengatakan:  “Sesungguhnya manusia di zaman ini sudah meninggalkan ibadah dan sulit dikembalikan.  Mengapa  kita  tidak  mengerjakan  sebagian peribadahan  lalu  kita  bagus-baguskan  dengan  tambahan dari kita agar manusia mau kembali beribadah?”.  Kadang-kadang  setan  mendatangi  dengan  cara  penambahan  terhadap ibadah  yang  ada  dalam  sunnah  rasulullah.  Lau  berkata, “tambahan kebaikan tentu merupakan kebaikan juga. Maka tambahlah dalam sunnah tersebut suatu bentuk ibadah yang mirip  dengan  sunnah  ,  atau  sandarkan  ibadah  baru  pada sunnah tersebut.”  Sebagian  manusia  lain  didatangi  dengan  bujukan,
“Sesungguhnya manusia sudah jauh dari Dien ini, mengapa tidak  kita  buat  hadist-hadist  yang  dapat  menakut-nakuti mereka  ?”…Maka  orang-orang  mengarang  hadist  palsu  yangndisandarkan  pada  Rasulullah  sambil  berdalih,  “kami  memang berdusta , namun kami bukan berdusta menentang Rasulullah saw melainkan berdusta dalam rangka membela beliau?!”
Mereka  berdusta  membela  Rasulullah  ???!!  Dikaranglah  oleh mereka  hadist  untuk  menakut-nakuti  manusia  dari  neraka, memberikan manusia gambaran dengan cara-cara aneh. Demikian pula mereka menggambarkan surga dengan cara aneh pula!
Kita  menegetahui  bahwa  ibadah  itu  adalah  taufiqiyah,  yaitu mengambilnya dari Rasulullah sebagaimana petunjuk Allah yang datang kepada beliau, tidak  boleh kita tambahi atau kita kurangi.  Kelakuan  yang  mereka  lakukan  itu adalah bid’ah dari karangan setan.
C. Membesar-besarkan satu aspek atas aspek lainnya
Kadang seseorang terjatuh pada banyak dossa-dosa dan maksiat, namun dia tetap sholat sebagai alasan penutup kekurangannya itu. Dia berdalih bahwa shalat itu adalah ‘imaadud-dien (tiang agama), yang  pertama  kali  di  Hisab di  Hari  Perhitungan  (Akhirat),  maka  tidak mengapa dirinya jatuh dalam sebagian maksiat. Dia menjadikan sesuatu yang paling agung, untuk menghalalkan kekurangannya  dalam  ibadah-ibadah  lain.  Dibesar-besarkanya urusan shalat atas lainnya.!
Benar  bahwa  shalat  adalah  ‘imadud-dien,  namun  bukan keseluruhan kandungan Dien ini! Setanlah yang mendatangi orang ini untuk menghalalkan kekuragan dirinya!
Kadang  setangpun  mendatangi  seorang  manusia  lain  untuk mengatakan, “Dien ini adalah muamalah (pergaulan/akhlak yang baik)…. Yang paling penting kamu baik terhadap manusia jangan mendustai  atau  menipu  mereka  walaupun  kamu  tidak  shalat, bukankah Rasulullah bersabda : “Bahwa Dien ini adalah muamlaah ‘?”
Kadang didatanginya seorang lain dengan bujukan , “yang paling penting adalah berniat baik!Asal aku lalui waktu malamku tanpa menyimpan dengki dan kebencian pada manusia, cukuplah sudah .’Akhirnya  orang  tersebut  meninggalkan  banyak  amalan-amalan shaleh, mencukupkan diri dengan niat baik saja! Demikian  pula  dalam  tataran  kelompok  ketika  kamu  lihat segolongan orang berkata: “Hal terpenting adalah kita harus mengenal keadaan riil kaum muslimin  dan  keadaan  musuh-musuh  mereka.  Dengan  demikian hal paling penting adalah masalah-masalah politis. Kita hidup di  zaman  orang-orang  berdasi  dan  berdiplomasi  bukan  di zamannya arab padang pasir”
Demikianlah  pendukung  kelompok  ini  mengetahui  segala  hal tentang Komunisme,  Free  masonry,  bahaiah,  Qadiyaniah,dll.Kemudian  kamu  Tanya  tentang  islam  mereka  tidak paham sedikitpun!
Sebaliknya dari  kelompok  tadi,  ada  kelompok  yang  membesar-besarkan  masalah  peribadatan.  Mereka  berpendapat,  “Hal terpenting adalah hubunganmu kepada Allah, yaitu shalat. Kamupun  harus  zuhud  dan  bertaqwa,  lemparkan  urusan-urusan lain, selain aspek-aspek keruhanianmu!”
Datang pula kelompok lain , yang benar-benar ada dalam medan dakwah islam sekarang , dengan pendapat, “Hal paling penting adalah  menyatukan  barisan  kaum  muslimin.  Allah  Azza wajalla  berfirman  yang  artinya;  “Dan  berpeganglah  kepada  tali (agama)  Allah,  secara  bersama-sama,  dan  janganlah  kalianbercerai-berai.”(Q.S. Ali ‘Imran:103).
Mereka menjadikan persatuan hal paling penting walaupun dibandingkan  masalah  aqidah!  Mereka  berbicara  kepada manusia yang beraqidah meyelisihi aqidah kita, mengklaim bahwa kita  harus  bersatu,  karena  kita  sekarang  berada  di  zaman berkuasanya musuh-musuh atas kita! Memang benar kita harus bersatu, namun persatuan di atas asas-asas, bersatu di atas Dien. Bukan bersatu dalam kekacauan an perbedaan aqidah.
D. Menunda-nunda dan tergesa-gesa
Imam ibnul jauzi dalam buku “Talbis iblis” berkata, “betapa banyak orang  yang bertekad teguh,  dibuat  menanti-nanti”,  yaitu  dibuat berkata “nanti saja” oleh setan. Ibnul Jauzi melanjutkan, “betapa banyak pula yang berusaha untuk berbuat baik dipengaruhi setan untuk menunda-nundanya.”
E. Kesempurnaan semu
Setan  mendatangi  manusia  untuk  menjadikannya  merasa sempurna, dengan berkata “kamu lebih baik dari orang lain. Kamu melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang tidak shalat.” Kamu diarahkan setan agar memperhatikan orang-orang yang ada di  bawahmu  dalam  beramal  shaleh,  untuk  mencegahmu  dari beramal  lebih  baik.  Karena  kamu  sudah  melihat dirimu  sebagai manusia paling utama! Padahal  yang  dituntut  dari  kita  adalah  sebaliknya,  yaitu  kamu perhatikan orang yang puasa sunat Senin dan Kamis ketika kamu tidak  melakukannya,  atau  perhatikan  Fulan  yang  melakukan amalan-amalan sunat  ketika  kamu  belum  melakukannya.  Inilah yang dituntut darimu, yaitu melihat orang yang lebih darimu dalam amal shaleh.
F. Tidak menilai diri dan kemampuannya secara tepat
Setan membuat seseorang tergelincir dalam menilai dirinya dengan dua jalan:
1. Pandangan ujub dan menipu diri
Setan  berkata  “Kamu  sudah  mengerjakan  ini  dan  itu,  lihatlah kamu, beramal dan beramal…”. Maka berubahlah orang itu menjadi takabur dan tertipu oleh dirinya, akibatnya dia merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Dia akan menolak pula untuk rujuk dari kesalahnya. Dia akan menolak pula untuk duduk di majelis ilmu untuk belajar dari orang lain.
2. Tawadhu dan memandang diri hina dan rendah:
Di sini setan berkata, “Kamu harus tawadhu. Siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan di tinggikan-Nya. Kamu tidak sepadan untuk perkara ini! Urusan ini hanya untuk orang berilmu tinggi saja! “, padahal setan bermaksud untuk menjauhkan dirimu dari tugas dakwahmu. Ini dari bab tawadhu, kamu akhirnya merendahkan dirmu samppai derajad dimana kamu merasa tak berguna pada kemampuanmu yang seharusnya kamu tampilkan, karena kita akan ditanya atassegala  kemampuan  dan  kekuatan  kita.  Kamu  harus mengungkapkan  kemampuanmu  tiu  karena  kalau  tidak  kamu gunakan kemampuanmu itu, niscaya kamu akan dihisab atasnya. Ini pada hakekatnya bukan tawadhu, tapi lari dari tanggung jawab, lari  adri  menunaikan  kewajiban.  Akan  tetap  seta  berkata kepadanya, “Tinggalkanlah bidang tiu untuk orang lain yanglebih baik darimu! Dakwah adalah amal yang mulia, amal bagi orang yang jenius yang amat langkadan yang mendalam ilmunya.” Kadang-kadang  setanpun  mendorong  manusia  merendahkan dirinya,dengan  mengacaukan  akalnya  untuk  terus-menerus berpikir,  “Apa  artinya  diri  saya  disbanding  syaikh  ini? Apalah artinya diriku dibandingkan dengan orang alim ini?” Dimandulkan akalnya sehingga tidak berfikir kecuali dengan fikiran Syaikhnya, dan  hanya  menerapkan  perkataan  Syekhnya  semata.  Jadilah Syaikhnya yang paling benar, dan yang lain salah. Mulailah dia mengagungkan manusia dan mengkultuskannya. Padahal  yang  pokok  bagi  kita  mengembalikan  semua  perkara kepada  syari’at  Allah,dan  orang  yang  didepanmu  itu  masih keliru.Karenanya  semua  perkataan  manusia  harus  ditimbang dengan Kalamullah dan sabda RasulNya
7. Tasyik(Menimbulkan keragu-raguan).
Diantara pintu masuk setan adalah membuat ragu dalam masalah niat,  dia  berkata  kepada  manusia,  “Kamu  riya’,  kamu  munafiq, kamu  beramal  karena  manusia”,  supaya  orang  ini meninggalkan amal.  Contohnya,  seseorang  ingin  bersedekah  kemudian dilihat  orang lain, dia berkata dalam hatinya, “Kalau aku bershadaqah terlihat olehnya,  dia  akan  menyangka  kau  riaya’.  Lebih  baik  aku  tidak memberikan shadaqah ini.”
Sesungguhnya memperbaiki niat itu diperintahkan, namun jangan sampai  kita  meninggalkan  amal.  Perbaikan  niat  justru  harus menjadikanmu beramal dan meningkatkannya. Al-Haristsbin Qays . ” Jika setan mendatangimu dalam shalat dan  membisikan  kepada  kamu  bahwa  kamu  riya’, perpanjanglah shalatmu.”
G. Takhwif (Menakut-nakuti)
Setan mempunyai dua metode dalam menakut-nakuti manusia:
1. Menakut-nakuti dari wali-wali setan
Disini setan menakut-nakuti manusia dari tentara dan wali-walinya, yaitu  para  pelaku  maksiat  dan  kejahatan.  Setan  berkata, waspadalah terhadap mereka, mereka punya kekuatan luar biasa.” Dengan ditakut-takuti, orang ini jadi meninggalkan amal.
Padahal  Allah  telah  berfirman  ;  ”Sesungguhnya  itu  tidak  lain hanyalah  setan  yang  menakut-nakuti  dengan  kawan-kawannya,karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetap takulah kepada KU, jika kamu benar-benar orang-orang beriman.” (QS. Ali ‘imran:175).
2. Menakut-nakuti dari kefaqiran
Allah  Ta’ala  berfirman  yang  artinya:  “  Setan  menjanjikan (menakut-nakuti)  kamu  dengan  kefaqiran  dan  menyuruh  kamu berbuat kejahatan..”(QS. Al-Baqarah:268) Setan berkata kepada manusia: ” kalau kamu tinggalkan pekerjaan ini, dimana kamu kan mendapatkan pekerjaan yang lainnya? Kamu akan  menjadi  sangat  faqir.”  Maka  dia  menjadikan  takut  akan kefaqiran. Akhirnya orang itu mengerjakan perbuatan yang haram. Contohnya seorang muslim yang berdagang khamar ditertawakan oleh  setan  karena  sudah  berhasil  menipunya  melalui  pintu  ini. Padahal Allah telah berfirman ; ” dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah , niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan  memberikannya  rezki  dari  arah  yang  tidak  disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:2-3)
Kita  dapati  para  pemakan  riba’  takut  akan  kefaqiran,  berkata: “Bagaimana aku hidup? Orang-orang sudah pada kaya, aku masih faqir”!!
Kadang-kadang setan pun menghiasi kebatilan pada juru dakwah, sehingga  menghalalkan  yang  haram,  dengan  alasan  untuk kemaslahatan dakwah kamu perlu berdusta! Setan  menghiasi  kebatilan  sebagai  kebenaran  dengan  argumen bahwa perkara ini diperlukan untuk kemaslahatan dakwah.
HAL-HAL YANG MELANCARKAN TUGAS SETAN
    • Kebodohan
Seorang yang berilmu lebih sulit di goda oleh setan daripada seribu ahli badah
    • Hawa nafsu, lemah keihlasan, dan lemah keyakinan
Allah  Ta’ala  berfirman  yang  artinya:  “  Iblis  berkata,  Demi keagunganMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka” (QS. Shaad:82- 83).
OBATNYA
1        Iman kepada Allah
Kita  harus  benar-benar  beriman  kepada  Allah  dan  bertawakal kepadanya, sebagaimana firmanNya: “sesungguhnya setan itu tidak  ada  kekuasaannya  atas  orang-orang  beriman  dan orang-orang yang bertawakal hanya kepada Rabb mereka saja.” (QS. An-Nahl:99)
    • Mencari ilmu syar’I dari sumber-sumbernya yang shahih
Dengan  ilmu  tentang  Al-Qur’an dan  As-Sunnah  seorang hamba akan  dapat  mengenal  batasan-batasan  Allah sehingga  dia  tidak akan tertipu oleh bisikan setan.
3.   Ikhas di jalan Dien ini
Allah  ta’ala  berfirman  yang  artinya:”  Iblis  berkata,  Demi keagunganMu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka” (QS. Shaad:82-83). Dzikir  (ingat)  kepada  Allah  Ta’ala  dan  berlindung  dari godaan setan terkutuk Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Jika kamu ditimpa sesuatu godaan  setan,  maka  berlindunglah  kepada  Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.” (Al-A’raaf:200)
Demikian pula pembacaan Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) dijelaskan dalam hadist keutaman keduanya untuk melindungi kita dan mencegah dari gangguan setan. Begitu pula pembacaan ayat kursyi, karena ayat ini dapat menjaga dari setan.
Wallahu a’lam
Sumber tulisan: Pengkaburan Setan, Maktabah Ummu Salma al-Atsari
file asli bisa di download disini >>> http://mujadied.wordpress.com/2009/12/30/strategi-setan/
(lihat dibagian bawah tulisan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar