Minggu, 07 Oktober 2012

( AHLI SYURGA ) PERLOMBAAN DUNIA DAN PERLOMBAAN AKHIRAT



Kompetisi yang terjadi antara Umar bin Khathab dengan Abu Bakar Radhiallahu 'Anhuma. Saat itu Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyeru para sahabatnya untuk membekali para tentara kaum muslimin yang tak mampu. Umar lalu berkata, saat ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar (dalam bersedekah). Umar kemudian mengeluarkan separuh dari hartanya. I
a tak beranjak dari sisi Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam karena ingin mengetahui apa yang di bawa oleh Abu Bakar. 

Tak lama, Abu Bakar yang hartawan dan dermawan datang dengan membawa semua hartanya. Keadaan tersebut menjadikan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menanyakan perihalnya.

 "Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakar?", tanya Rasul. Abu Bakar menjawab, "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya." Demi melihat apa yang terjadi, Umar lalu terus terang mengakui dan berkata, "Tidaklah aku berkompetisi dalam kebaikan dengan Abu Bakar kecuali dia keluar sebagai pemenangnya. Mulai hari ini aku tak akan menantang-nya lagi untuk berkompetisi."

Dalam persoalan jihad di jalan Allah, sejarah juga mencatat dengan tinta emas kompetisi yang terjadi di antara mereka, Masing-masing ingin mendahului kawannya dalam keluar menuju medan jihad fi sabilillah dan mendapatkan syahadah (mati syahid).

Banyak sekali teladan mulia dan contoh keagungan jiwa mereka dalam berkompetisi menuju medan jihad. Bahkan sampai terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam seorang anak dengan ayahnya harus mengundi siapa yang berhak keluar ke medan jihad karena masing-masing tidak mau mengalah.

Kisah nyata itu terjadi antara Sa'd bin Khaitsamah dengan ayahnya Radhiallahu 'Anhuma, sesaat menjelang keberangkatan kaum muslimin menuju lembah Badar.

Undian ternyata jatuh pada Sa'd, sehingga ia bersuka cita karena akan segera berangkat ke medan jihad. Sang ayah keberatan dengan nasibnya, sehingga ia tetap bersikeras tidak mau tinggal di rumah. Ia lalu meminta anaknya agar mengalah dan mau tinggal dirumah. Tetapi sang putra menolak seraya berkata, "Wahai ayah, seandainya apa yang engkau inginkan itu selain surga, tentu aku akan mentaatimu.

" Akhirnya sang putra tetap pergi ke medan jihad sampai menemui syahidnya dalam peperangan tersebut. Sang ayah tetap mendambakan untuk suatu ketika bisa ikut berjihad di medan perang, hingga tibalah saat yang dinanti-natinya, yaitu perang Uhud. Beberapa saat sebelum perang berkecamuk, Khaitsamah (sang ayah) berkata kepada Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Ya Rasul, tadi malam aku bermimpi melihat putraku dalam keadaannya yang terbaik, ia mendapatkan nikmat di surga. 

Ia berkata kepadaku, wahai ayah, aku telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah kepadaku. 

Karena itu bergegaslah menyusulku untuk menemuiku di surga. Ya Rasul, sungguh aku sudah amat rindu untuk menemani putraku dan menemui Rabbku, karena itu berdo'alah untukku agar Allah memberiku kesyahidan.

" Maka Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallampun mendoa-kannya. Khaitsamah lalu ikut bertempur dalam peperangan Uhud sampai ia menemui syahadah (mati syahid) yang sangat ia dambakan.
Selanjutnya, marilah kita lihat bentuk kompetisi lain. Yakni kompetisi yang diselenggarakan untuk memenuhi keinginan syahwat dan hawa nafsu. Kompetisi yang menumbuhkembangkan perasaan dengki, kemarahan dan kebencian. Kompetisi yang menjadikan jiwa senantiasa hidup dalam perseteruan abadi dan berkutat dari kesengsaraan yang satu kepada kesengsaraan lain.

Kompetisi yang menghantarkan pada kehancuran dan kebinasaan. Kompetisi yang menyebabkan merebaknya berbagai bentuk kejahatan, kezaliman dan bertambahnya pengikut kebatilan. Komptisi yang tak jarang malah menumpahkan darah orang-orang tak berdosa, menteror sana sini, sehingga kehidupan masyarakat selalu dihantui ancaman dan ketakutan, kehidupan menjadi gelap dan kekacauan terjadi di mana-mana.

Bentuk kompetisi seperti inilah yang marak terjadi pada zaman kita sekarang. Ambillah contoh yang paling mudah dan diketahui semua orang; perlombaan antar negara-negara maju di bidang persenjataan dan alat-alat perang modern.

 Negara-negara maju di dunia saat ini 'utamanya negara adi daya' saling berkompetisi untuk mengungguli negara-negara lain dalam perakitan pesawat tempur, peluru, bom nuklir, bom hidrogen, tank dan senjata-senjata berat lainnya. 

Untuk itu mereka tak segan-segan mengalokasikan dana, berapapun besarnya 'meski terkadang harus dibayar dengan kemelaratan penduduknya' sehingga bisa menjadi negara terkuat, memimpin dan mengatur serta mendikte negara-negara lain sesuai dengan kepentingannya.

Demikianlah sebagian contoh kompetisi syaithani. Ia adalah syaithani dalam kerangka berfikir dan prinsipnya, juga syaithani dalam cara, prasarana dan tujuannya.

Zaman sekarang, banyak sekali kompetisi diselenggarakan bahkan hingga tingkat dunia. Ada kompetisi sepak bola, balap mobil, kuda hingga balap unta. Ada adu jago, domba hingga adu kerbau. Di bidang seni ada lomba lagu, drama, mode pakaian hingga kontes kecantikan. Dan masih banyak lagi bentuk lomba-lomba lainnya.

Pertanyaannya adalah, apakah sama antara kompetisi untuk mencari ridha Allah dengan kompetisi untuk mencari selain ridhaNya? Jawabnya tentu tidak. Allah Ta'ala telah berfirman, "Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shaleh dengan orang-orang yang durhaka." (QS. 40: 58) 

Disalin dari FB Page Kyai dan Ustadz (http://www.facebook.com/pages/MAJELIS-TAUSIAH-PARA-KYAI-USTADZ-INDONESIA/203914683789)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar