Jumat, 23 September 2011

Nasihat Prof. Pablo bagi Para Wirausahawan



oleh : Edison Lestari


Professor Pablo de HOLAN adalah Chairman of the Entrepreneurial Management at IE (Instituto de Empresa) Business School in Madrid, Spanyol. Dia telah berpengalaman mengajar dalam 3 bahasa di 17 negara.
Dengan undangan dari International Overseas Alumni (IOA) dan program MBA di IE, Professor Pablo de Holan mengunjungi Jakarta pada tanggal 26 April 2011 untuk memberikan seminar dengan topik Becoming a Winning Entrepreneur.
Edison Lestari mewawancarai Professor Pablo Martin de Holan untuk Majalah SWA.

Apa yang menjadi kesalahan yang paling umum dalam dunia entrepreneuship dan bagaimana kita bisa menghindarinya?

Wirausaha biasanya melakukan banyak kesalahan dalam perjalanannya, tetapi yang paling sering terjadi dan yang paling berbahaya adalah kehabisan cash flow. Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan kehabisan cash flow ini, tetapi saya dapat menyatakan kalau penyebab utamanya adalah karena para pengusaha sering overestimate akan pendapatan yang bakal diterima dan underestimate akan pengeluaran untuk menjalankan sebuah bisnis. Kalau sampai hal ini terjadi, bangkrut hanyalah masalah waktu saja.

Apa yang membuat seorang wirausahawan berhasil?

Banyak sekali faktor yang membuat seorang pengusaha sukses. Yang terpenting adalah kemampuan untuk memadukan ketahanan, dalam arti kemampuan untuk mengejar sebuah impian sekalipun berada dalam tantangan berat, serta fleksibilitas, dalam arti kemampuan untuk beradaptasi terhadap even-even yang tidak diperkirakan. Adaptasi merupakan hal yang paling krusial dalam enterpreneurship karena kita bergerak dalam lingkungan yang tidak pasti dan, oleh karena itu, kita tidak dapat merencanakannya dengan tepat sebelumnya. Itulah mengapa pengusaha harus bersikap pruden, memiliki komitmen yang fleksibel, serta meredam pengeluaran sebisa mungkin.

Kalau kita harus belajar dari seorang pengusaha, dan seorang saja, siapakah dia dan mengapa?

Para pengusaha muda di balik LinkedIn, Foursquare, dan Facebook sudah jelas sangat menarik sekali. Walaupun demikian, saya lebih menyukai belajar dari para pengusaga yang memulai bisnis dengan pertumbuhan yang baik walaupun tidak seterkenal facebook. Ok, karena anda meminta satu nama saja, saya akan katakan Mark Zuckerberg. Kita dapat belajar dari dia akan pentingnya melihat sebuah kesempatan yang bagus, mengembangkan ide secara fleksibel serta bekerja keras dalam eksekusinya. Ingat kalau biografinya disebut sebagai The Accidental Billionaires.

Anda adalah seorang Ph.D dalam manajemen strategi, seberapa pentingkah strategi dalam kaitannya dengan entrepreneurship?
Krusial sekali karena bagian utama dalam sebuah start-up adalah eksekusi ide yang dirancang untuk memenuhi sebuah kesempatan. Tanpa pemahaman akan pasar di mana kita bersaing serta posisi kita secara relatif dalam pasar tersebut, kemungkinan gagal kita akan semakin besar. Beruntungnya, tidak sulit untuk memahami dan mengaplikasikan konsep dasar strategi sehingga saya sangat mendorong para pengusaha untuk mempelajari manajemen strategi.

Seberapa pentingkah business plan dalam memulai sebuah perusahaan start-up?
Sangat penting sekali. Business plan melatih disiplin kita untuk memikirkan hal yang mungkin terlewatkan serta memastikan kita memberikan perhatian terhadap bagian dari ide bisnis kita yang penting. Tanpa business plan, kemungkinan besar anda akan “tersesat” dan menyia-yiakan energi serta uang anda.

Bukankah Mark Zuckerberg tidak memiliki business plan pada saat dia memulai Facebook?
Sebenarnya dia memiliki business plan, tetapi kenyataan dan business plan dia sangat berbeda sekali. Perbedaan dalam kasus Facebook ini adalah kesempatan yang dia miliki jauh lebih besar dari yang dia perkirakan, ide dia jauh lebih baik daripada yang dia pikirkan, dan dia mampu mengeksekusi idenya dengan brilian, mengubah apa yang harus diubah dan mengadaptasikan business plan aslinya terhadap perubahan kenyataan. Hal ini merupakan pengecualian. Biasanya, hal yang terjadi adalah sebaliknya: kesempatan yang ada tidak sebesar yang diperkirakan, ide yang kita pikirkan ternyata lemah dan eksekusinya jauh lebih sulit dari perkiraan awal.

Andaikan semuanya sama dalam kemampuan dan sumber daya yang kita miliki, apa yang harus kita mulai: membangun bisnis tradisional atau bisnis online?
Itu semua tergantung pada siapa anda, di mana anda tinggal, dan yang terutama, apa yang ingin anda lakukan dan apa keahlian yang anda miliki. Entrepreneurship dapat diibaratkan seperti celana: ukurannya beragam, tetapi pastikan anda memilih yang sesuai dengan anda.

Apa rahasia agar sukses pitching di depan investor?
Pikirkan sisi mereka. Anda mengerti mengapa anda membutuhkan uang mereka, tetapi anda juga harus ingat bahwa mereka harus mengerti mengapa mereka dapat mempercayakan uang mereka kepada anda. Pastikan anda menjawab semua masalah mereka. Bila hubungannya bersifat tidak simetris, dalam artian mereka memiliki apa yang anda inginkan tetapi anda tidak memiliki apa yang mereka inginkan, pitching anda tidak akan menarik bagi mereka.

Berbeda dari negara maju lainnya, venture capital dan private equity tidak terlalu aktif di Indonesia. Dengan demikian, apa tipsnya untuk mendapatkan dana?
Sama seperti para pengusaha dari belahan dunia lainnya, yaitu dengan mendapatkannya dari apa yang disebut dengan 3F: friend, family and fools, terutama di tahapan awal. Modal dari perusahaan venture capital memang sangat menarik sekali, tetapi mereka hanya dapat mendanai sejumlah kecil perusahaan saja. Bila anda yakin anda akan mendirikan perusahaan yang layak didanai VC, anda mungkin harus terbang ke kota atau negara yang banyak memiliki VC, baik di Asia maupun di Amerika.

Apakah anda menemukan korelasi antara entrepreneurship dengan pertumbuhan ekonomi dari sebuah negara?
Ya, akan tetapi itu jauh lebih kompleks dari yang kita perkirakan. Ekonomi maju memiliki lebih banyak entrepreneurship berbasiskan kesempatan dan itu hal yang wajar karena mereka memang memiliki lebih banyak kesempatan. Dengan demikian, perusahaan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi ini melalui proses yang disebut sebagai creative destruction.

Dengan perkataan lain, bagi negara maju, entrepreneurship merupakan penyebab sekaligus konsekuensi dari pertumbuhan sekaligus kontributor utama terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan.Dalam konteks ekonomi berkembang, kebanyakan entrepreneur-nya didorong oleh kebutuhan, yaitu karena dia harus mendapatkan nafkah untuk keluarganya.

Tipe pengusaha seperti ini akan membantu ekonomi tetapi tidak akan semaksimal tipe creative destruction. Jelas negara berkembang membutuhkan entrepreneurship dan mereka harus mendorong entrepreneurship berbasiskan kesempatan karena tipe inilah yang akan menjadi bahan bakar untuk transformasi yang dibutuhkan oleh negara berkembang.

Dengan pengalaman mengajar di 17 negara, negara mana yang menurut anda memiliki semangat kewirausahaan dan apa yang dapat kita pelajari dari mereka?
Saya menyaksikan kalau semangat kewirausahaan di seluruh belahan dunia, sehingga kita tidak dapat mengklaim kalau negara atau etnis tertentu memiliki semangat kewirausahaan yang lebih dalam. Walaupun demikian, saya melihat kalau semangat tersebut tidak dibina di beberapa tempat sehingga mereka tidak dapat berbuat banyak.

Perumpamaannya adalah seseorang yang memiliki bakat dalam olahraga tetapi tidak mendapatkan fasilitas latihan; jelas dia tidak akan dapat mengembangkan talentanya semaksimal mungkin. Sangat penting untuk membiarkan para entrepreneur mengembangkan semangat mereka, memfasilitasi bisnis mereka, membiarkan mereka mengambil resiko dan mendapatkan imbalan dari usaha mereka.

Dengan demikian, apa yang harus Indonesia perbuat untuk mendorong kewirausahaan?
Hal yang yang sangat berguna untuk mendukung semangat entrepreneurship dalam negara berkembang adalah menghilangkan hambatan yang memperlambatnya.

Proses yang birokratis merupakan contoh yang paling gampang: beberapa tempat membutuhkan 2 bulan untuk mendirikan sebuah perusahaan. Secara umum, entrepreneur membutuhkan pihak yang memungkinkan mereka dapat bergerak dengan cepat, termasuk pemerintah, bank dan layanan publik. Mereka juga harus dilindungi dari apa yang disebut dengan “well-intentioned failure“.

Kalau anda gagal, dan konsekuensinya melekat seumur hidup dengan anda, jelas anda akan takut memulai bisnis. Kalau saya harus menyarankan satu hal, saya akan menyarankan agar hambatan yang menghalangi entrepreneur dihilangkan segera dan kemudian fokus pada isu lainnya seperti kredit dan pendidikan kewirausahaan. Mengajari masyarakat untuk mengerti apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang entrepreneur dan bagaimana melakukannya adalah cara yang manjur untuk membangkitkan semangat kewirausahaan yang banyak dimiliki oleh masyarakat, tetapi mereka tidak tahu bagaimana melakukannya. ***

sumber : http://swa.co.id/2011/09/nasihat-prof-pablo-bagi-para-wirausahawan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar