Kamis, 15 September 2011

CARA MEMBUAT MEREK JADI MARKET LEADER


PT Dwi Sapta, salah satu agensi periklanan terkemuka di negeri ini, berhasil mengangkat merek-merek seperti Tolak Angin, Fatigon, Top 1, Telon Cap Lang, Vitron, Djarum Coklat, Soffel, Meises Ceres, Ovale, Vegeta, Mixagrip sebagai market leader di Indonesia. Apa gerangan yang dilakukan Dwi Sapta?

Melalui buku berjudul “Advertising That Makes Money” ini, Aloysius Adji Watono, owner dan Presiden Direktur PT Dwi Sapta yang juga sekaligus sebagai penulis buku ini membuka rahasia sukses PT Dwi Sapta. Ia membagikan resep keberhasilan tersebut menjadi 12 bagian.

Kedua belas resep tersebut antara lain: pertama, advertising must create money and profit, kedua, think big, dream big dan action big, ketiga, lose to win, keempat, never ever give up, no metter what obstacles come up, kelima,  never say no. nothing is impossible, keenam, hungry for change.  Never stop adapting, ketujuh, be passionate, focus on the momentum of success, kedelapan, follow your instinc, trust your gut, kesembilan, all out, overcomited to every decision you make, ke sepuluh, farming, not hunting, kesebelas, hard work, create your own luck dan terakhir adalah just do it, take the risk.

Sebuah point tentang passionate misalnya. Adji begitu ia disapa, menuturkan, banyak orang bertanya kunci sukses PT Dwi Sapta atau mengapa Adji begitu passionate. Menurut dia, jawabanya ada dua, yakni karena dia sangat mencintai pekerjaan dan karena punya tujuan yang sangat clear dan challenging.

“Maksudnya apapun yang saya lakukan, ujung-ujungnya cuma bermuara ke satu hal,yaitu membantu klien agar sukses dan menghasilkan uang”. Bagi dia, passion adalah urat nadi kesuksesan seseorang. Passion akan muncul jikalau seseorang mencintai pekerjaan yang dilakukan.

Karena passion adalah sumber kebaikan, passion adalah sumber kedasyatan dan passion adalah sumber keajaiban. Untuk itu, peran leader di setiap level organisasi Dwi Sapta menjadi penting dalam mensubordinasikan love their job. Membuat passionate para pekerja dan akhirnya mereka bisa membuat mesin uang untuk klien.

Di Dwi Sapta, Adji menularkan passionate dirinya kepada setiap lini karyawan dengan suatu role modeling atau melalui sentuhan emosional, seperti memberikan penghargaan.

Melalui passionate juga, Dwi Sapta mempu merejuvenasi merek Djarum Coklat karena Djarum Coklat mau meremajakan mereknya di mata konsumen. Rejuvenasi yang dilakukan boleh dibilang secara menyeluruh, bukan hanya komunikasinya yang diperbaharui, kemasan yang disegarkan, kepribadian merek Djarum Coklat itu sendiri ditafsir ulang.

Hasilnya muncul rumusan bahwa kepribadian yang terkandung dalam Djarum Coklat adalah “akrab, membumi, bersahaja, kretif dan tidak ketinggalan jaman. Kepribadian tersebut ditemukan lewat penggalian intens serta penuh passion antara tim Djarum Coklat dengan Dwi Sapta.

Passion baru merupakan sebuah point dari 12 prinsip. Dwi Sapta juga kerap mendapat kritikan pedas dari para klienya atau kalah dalam pitching. Itu semua dianggapnya sebagai sebuah lose to win. Kalah dalam arti sebenarnya dan kalah untuk mendapatkan sebuah kemenangan lagi dengan berbagai upaya pembenahan.

Banyak pembalajaran dari pengalaman yang sangat mahal dari Dwi Sapta. Pengalaman Adji dalam membangun Dwi Sapta selama 27 tahun hingga saat ini sudah adalah sebuah bukti. Dwi Sapta mampu merangkak dari bawah, bermula dari studio fotografi Studio 27 pada tahun 1981.

Bisnis Adji terus berkembang menjadi agensi periklanan below the line yang melayani pembuatan stiker, spanduk, umbul-umbul hingga billboard pada tahun 1985. Dan pada tahun 1989, menyusul diperkenalkannya televisi swasta di tanah air, era baru pertelevisian nasional membuka peluang bagi Dwi Sapta yang hingga sekarang bergelut dengan garapan iklan di televisi hingga mengangkat 12 merek menjadi market leader di Indonesia.

Simak pengalaman syarat makna dari Adji Watono dalam buku setebal 316 halaman ini, yang setiap bab juga dipadukan dengan berbagai pengalaman membesut iklan televisi 12 merek market leader. Selamat membaca. (Alan Jehunat).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar