Tags: Advertising Information Services Nielsen, belanja iklan media, iklan di televisi, iklan media cetak, riset ac-nielsen, survei The Nielsen Indonesia
trackback Senin, 09 Mei 2011, Koran-Sindo — Televisi masih mendominasi pangsa iklan di Indonesia. Kendati begitu, surat kabar tetap menjadi pilihan pemasang iklan untuk memasarkan produk mereka, membidik konsumen yang sedang naik kelas. Belanja iklan di Indonesia pada kuartal I/2011 meningkat tumbuh 20% menjadi Rp15,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp13,0 triliun.
Setidaknya itulah yang diungkapkan hasil survei The Nielsen Indonesia, Advertising Information Services Nielsen, awal Mei lalu. Sepanjang tahun lalu, total belanja iklan senilai Rp59,844 triliun. Data yang dilansir Nielsen itu merupakan angka dross rate card tanpa memperhitungkan diskon, promo, paket bundling, atau lainnya.
Pertumbuhan ini tentunya memberikan angin segar bagi media massa Indonesia. Masih seperti tahun lalu, dari sejumlah media, televisi menjadi media utama yang menjaring iklan terbanyak pada kuartal I/2011. Kotak ajaib bergambar dan bersuara ini mendominasi pangsa iklan dengan meraup 62% dari total belanja iklan, atau sekitar Rp9,672triliun. Artinya, belanja iklan di televisi mengalami peningkatan sebesar 21% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya, surat kabar menjadi media kedua yang disasar industri untuk membelanjakan anggaran iklan mereka. Surat kabar meraih 35% pangsa iklan atau sekitar Rp5,45 triliun dari total belanja iklan kuartal I/2011. Terjadi pertumbuhan sebesar 20% untuk belanja iklan dalam surat kabar dibandingkan yang sama tahun lalu. Sementara itu,majalah dan tabloid menjadi media yang meraih 3% pangsa pasar iklan atau sekitar Rp0,468 triliun.
Belanja iklan pada kedua media ini tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Kontribusi terbesar untuk belanja iklan disumbang sektor telekomunikasi yang menempati peringkat pertama Top 10 Pengiklan Terbesar Kuartal I/2011 dengan nominal mencapai Rp1,211 triliun. Nilai belanja iklan sektor telekomunikasi jauh meninggalkan sektor-sektor lain, seperti perusahaan dan jasa sosial yang menghabiskan belanja iklan sebesar Rp595 miliar.
Lalu, sektor automotif (sepeda motor) yang mencapai Rp580 miliar, perawatan rambut (Rp576 miliar), pemerintah dan politik (Rp525 miliar), industri rokok (Rp516 miliar), susu pertumbuhan (Rp497 miliar), produk perawatan wajah (Rp478 miliar), mobil (Rp387 miliar, dan makanan ringan (Rp374 miliar). Kendati telekomunikasi menempati urutan teratas pengiklan terbesar, sebenarnya angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai Rp1,303 miliar atau terjadi penurunan 7%.
Yang cukup menarik, justru diperlihatkan produk susu pertumbuhan yang mengalami pertumbuhan terbesar mencapai 98% dari Rp251 miliar pada kuartal pertama tahun lalu menjadi Rp497 miliar pada kuartal I/2011. Dijelaskan Senior Manager of Media Client Services Nielsen Tri Susanti Simangunsong, ada beberapa hal menarik dari hasil temuan survei yang dikumpulkan dari data Advertising Information Services ini.
Dalam pelaksanaan pengumpulan data ini,Nielsen memonitor aktivitas periklanan Indonesia melalui 24 stasiun televisi, 95 surat kabar, serta 163 majalah dan tabloid. Salah satu penemuan menarik adalah mulai beralihnya fokus belanja iklan bidang telekomunikasi pada surat kabar. Hal ini terlihat dari peningkatan sebesar 10% (Rp483 miliar) yang diraih surat kabar. Padahal, dalam media lain sektor ini mengurangi belanja iklannya.
Di televisi, belanja iklan telekomunikasi turun 15%, sedangkan di majalah dan tabloid turun 19%. Di surat kabar, dari Top 10 Pengiklan Terbesar, semuanya melakukan peningkatan belanja iklan. Sementara dari Top 10 Produk Pengiklan Terbesar, sembilan di antaranya meningkatkan belanja iklan mereka di televisi. Iklan produk perawatan rambut naik 48%, perawatan wajah (63%), rokok (31%), makanan ringan (2%), sabun pencuci pakaian (51%), sabun (31%), bumbu masak (51%), kopi dan teh (15%).
Di majalah dan tabloid, media dan rumah produksi masih menjadi pengiklan terbesar dengan nilai belanja iklan sebesar Rp48,7 miliar, naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp41,9 miliar. Di majalah dan tabloid, lima merek telekomunikasi berada di antara 10 pembelanja iklan teratas. Temuan menarik lain juga terlihat pada mobil dan motor yang mendominasi daftar pembelanja iklan teratas di surat kabar dengan menempati empat dari 10 merek teratas.
Dua merek yaitu Honda dan Daihatsu menempati dua teratas dengan belanja iklan Rp74 miliar dan Rp43 miliar. Menurut Tri Susanti, hal ini disebabkan keberhasilan pencapaian pendapatan per kapita Indonesia yang berada di level USD3.000. Pencapaian ini merupakan era baru yang berdampak pada tumbuhnya kelas menengah di Indonesia. Hal ini berdampak pada agresifnya keinginan kepemilikan kendaraan bermotor pribadi.
“Data iklan Nielsen menunjukkan bahwa kedua kategori tersebut juga merupakan berbelanja iklan yang tinggi untuk mendorong kesadaran dan niat pembelian konsumen, ” ujar Tri. Hal menarik lain yang tidak dapat dikesampingkan adalah fenomena sinetron yang mampu menjaring iklan besar. Pada kuartal I/2011 ini, konsumsi program serial di televisi bertambah.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pemirsa menghabiskan lebih banyak waktu menonton program serial atau sinetron dari total 42 jam menjadi 64 jam (sekitar 27% dari total jam menonton). Sebaliknya, mereka mengurangi jam menonton program hiburan,seperti komedi,kuis, games talkshow, musik, dari sekitar 50 jam menjadi 41 jam (sekitar 18% dari total jam menonton) seiring dengan berkurangnya pasokan program hiburan.
Menurut data lembaga yang melaksanakan pengukuran kepemirsaan televisi untuk 10 kota besar, selain bertambahnya jam menonton sinetron, rata-rata jumlah penontonnya pun naik 51%. Selama kuartal I/2011 ini, program sinetron terutama efektif menjangkau penonton anak, meski penonton umum dari program ini adalah perempuan usia 30 tahun ke atas dari kelas menengah-bawah.
Pada segmen ini, sinetron yang paling banyak ditonton adalah Putri Yang Ditukar, dengan rata-rata jumlah penonton mencapai lebih dari satu juta orang, diikuti Dia Jantung Hatiku (774.000) dan Anugerah(692.000). [islahuddin/pasti liberti]
sumber: www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/397493/44/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar