Selasa, 27 November 2012
Tujuh Perkara yang Tidak Disukai Manusia Ketika Imam Mahdi Datang
Banyak orang memiliki persepsi yang keliru tentang kemunculan Imam Mahdi dan zaman yang akan dilewati olehnya. Mereka menduga bahwa ketika Imam Mahdi datang, maka dalam sekejab dunia akan berubah menjadi aman, adil, makmur dan penuh kesejahteraan. Mereka menyangka bahwa dengan kemunculan Imam Mahdi maka, dalam waktu singkat musuh
akan ditumbangkan, kedzaliman akan dihilangkan dan ketidakadilan akan lenyap tanpa sisa.
Meski pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, namun implikasi dari keyakinan di atas akan membuat banyak orang banyak mengidam-idamkan kedatangan Al-Mahdi tanpa berfikir sama sekali resiko dari harapannya. Sebab, kemunculan dan masa-masa awal pemerintahan Al-Mahdi justru akan dipenuhi dengan beragam fitnah dan huru-hara yang membuat banyak manusia lari menjauhi dan memusuhi Al-Mahdi.
Beratnya kebanyakan umat Islam untuk meninggalkan ideologi Demokrasi, Nasionalisme, kepartaian dan fanatisme golongan inilah yang membuat kebanyakan mereka berat untuk menerima Al-Mahdi. Sebab, kedatangan Al-Mahdi dan kelompoknya akan membersihkan semua berhala itu dan menggantinya dengan panji-panji Tauhid. Sikap tegas tanpa kompromi dalam menerapkan Syariat Islam inilah yang mengundang seluruh kekuatan kufur dunia bersatu-padu untuk menghadang Imam Mahdi dan kelompoknya.
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa masa-masa pra, era dan pasca pembai’atan Al-Mahdi akan dipenuhi dengan perkara-perkara yang amat tidak disukai oleh manusia. Setidaknya, inilah berbagai kondisi yang akan mengelilingi masa-masa Al-Mahdi. Inilah perkara-perkara tersebut:
(1) Pembantaian dan Pembunuhan Massal Terhadap Umat Islam
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang makan yang memperebutkan hidangannya. Maka, ada seseorang bertanya : “Apakah karena sedikitnya kami pada hari itu?” Beliau menjawab : “Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada musuh kalian dan menimpakan kepada kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya: “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati,” HR. Ahmad : 21891 dan Abu Daud : 4297.
Inilah zaman yang dikatakan oleh Rasulullah saw. sebagai puncak kedzaliman dan kecurangan. Para penegak hukum Allah dituding sebagai teroris yang menjadi biang keladi kerusakan dunia, ideologi mereka dituduh sebagai ideologi Iblis dan nabi mereka difitnah dengan keji.
Kaum muslimin dikepung dari seluruh dunia, mereka yang istiqamah menjalankan syari’at bagai memegang bara; sangat panas dan hampir-hampir tak mampu untuk menggenggamnya. Dunia terasa sempit bagi setiap mukmin, tidak ada tempat berlari atau wilayah aman untuk tegaknya hukum hukum Allah. Al-Mahdi yang dijanjikan akan muncul di saat fitnah benar-benar tidak ada jalan keluar, saat kaum muslimin telah mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga mereka untuk menegakkan seruan-Nya, namun kebengisan musuh dan makar mereka semakin menggila.
Di saat manusia dilanda perselisihan dan pertikaian, Al Mahdi akan datang untuk memerangi kedzaliman, menaklukkan seluruh dunia, hingga benar benar hanya Allah yang disembah. Demi Allah, andaikan umur dunia tinggal satu hari, niscaya Allah akan panjangkan hingga Ia membangkitkan seorang lelaki dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku, nama bapaknya juga sama dengan nama bapakku dan ia menebarkan kedamaian di bumi. (HR. Tirmidzi)
(2) Kehancuran Ideologi Demokrasi Secularism Liberal
Sebagaimana penjelasan yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, bahwa kemunculan Khilafah Rasyidah akan terjadi setelah lewatnya periode mulkan jabbar (raja-raja diktator). Isyarat dalam nubuwat tersebut adalah bahwa ideologi yang muncul menggantikan ideologi diktator justru semakin mendekatkan kita dengan masa kemunculan Al-Mahdi. Dalam hal ini, fenomena tumbangnya rezim diktator di beberapa negara (khususnya negara-negara berpenduduk muslim) merupakan indikasi kuat bahwa Allah benar-benar akan mengangkat periode itu dari umat Islam. Maka, keberadaan ideologi demokrasi yang menggeser rezim diktator (mulkan jabbar) hanyalah fase antara, sebuah jeda yang mengawali kemunculan fase terakhir, yaitu khilafah rasyidah menurut manhaj nubuwah dimana Al-Mahdi sebagai khalifahnya.
Sebenarnya keberadaan ideologi sekuler yang melahirkan demokrasi liberal telah memunculkan kediktatoran gaya baru yang berlindung di balik baju demokrasi. Para diktator itu juga banyak berlindung di balik HAM. Hal ini bisa kisa saksikan ketika sebuah masyarakat (negara) dengan suara mayoritas menghendaki tegaknya hukum Islam, maka para diktator (barat) itu dengan berbagai dalih berupaya untuk menggagalkan yang mereka inginkan.
Sebaliknya, jika dengan demokrasi dan produk turunannya (pemilu) mereka mendapatkan kemenangan (atau sesuai dengan apa yang mereka inginkan), maka dengan mati-matian pula mereka akan membelanya.Keadaan ini boleh jadi akan terus berlangsung hingga akhirnya masyarakat dunia mengetahui bahwa apa yang selama ini berlangsung bukanlah hakikat dari demokrasi yang banyak mereka pahami, melainkan demokrasi liberal yang diinginkan oleh barat.
Demokrasi ini adalah sebuah ideologi yang diproduksi untuk membela dan melindungi kepentingan barat, bukan untuk kepentingan manusia seluruh dunia. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka dengan sendirinya kepercayaan masyarakat dunia hilang hingga akhirnya demokrasi akan ditinggalkan. Dan nampaknya inilah fenomena yang banyak kita saksikan terjadi pada negara-negara yang tengah mempraktikkan demokrasi liberal.
Jika periode zaman diktator telah berakhir dengan kemunculan demokrasi sekuler liberal, lalu ideologi ini juga dengan sendirinya runtuh dengan berbagai sebab yang telah kita bicarakan di atas, maka konsekwensi yang akan muncul adalah kembalinya khilafah rasyidah adalah sebuah kepastian, tidak mungkin tidak. Karena Imam Mahdi adalah seorang pemimpin muslim yang akan mempraktikkan hukum Islam secara total dalam kepemimpinannya, maka dengan sendirinya ideologi sekuler dan praktik demokrasi akan dibersihkan dari wilayah kekuasaannya, dan itu akan terjadi pada seluruh dunia. Dengan demikian, Imam Mahdi pasti akan menghancurkan sistem ini juga sistem-sistem kufur lainnya.
(3) Kehancuran Ekonomi Kapitalis Ribawiyah dan Semua Institusinya
Kondisi lain yang juga mengiringi keluarnya Al-Mahdi adalah dimulainya fase kehancuran ekonomi barat yang bercorak kapitalis, dimana sistem ekonomi ribawiah merupakan salah satu pilar penting bagi tegaknya sistem ekonomi ini.
Indikasi yang paling riil adalah problematika ekonomi, sosial dan politik dalam negeri Amerika yang sedang menuju status sekarat. Hubungannya dengan kemunculan Al-Mahdi adalah bahwa fase kehancuran ekonomi kapitalis ribawiyah ini akan mengawali kehancuran dunia secara umum.
Dapat kita bayangkan jika akhirnya masyarakat seluruh dunia harus kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan pokok karena tidak beroperasinya kembali pabrik-pabrik yang memproduksi seluruh kebutuhan mereka (disebabkan runtuhnya pondasi ekonomi mereka), maka jalan menuju kemiskinan dan kehancuran total telah terbentang di depan mata. Kondisi ini memiliki hubungan erat dengan masa-masa sulit yang akan dihadapi oleh manusia sebelum kemunculan Dajjal.
(4) Musnahnya Sistem Mata Uang Kertas dan Kembalinya Era Dinar Dirham
Semakin menambah runyam dan carut-marutnya kondisi manusia saat itu adalah dimulainya masa kehancuran mata uang kertas dan kembalinya manusia kepada mata uang yang sesungguhnya, yaitu dinar dan dirham (emas dan perak). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nilai dan harga sebuah mata uang tergantung dengan kredibilitas dan kekuasaan yang dimiliki oleh kepemimpinan sebuah negara.
Ketika sebuah rezim ditumbangkan, lalu rezim penggantinya menyatakan tidak diberlakukannya mata uang kertas rezim sebelumnya, maka dengan sendirinya mata uang kertas tersebut tidak berlaku. Demikian pula yang kelak akan terjadi pada Amerika dan negara-negara Eropa pada umumnya.
Ketika itu perekonomian mereka hancur dihantam gelombang tsunami moneter dan krisis kepemimpinan yang membuat satu sama lainnya saling berperang untuk berebut kekuasaan. Faktor lain yang juga mengambil peran cukup besar adalah kehancuran negeri tersebut karena faktor-faktor alam berupa bencana alam dalam skala yang sangat besar.
(5) Kembalinya Manusia ke Zaman Unta
Hal lain yang juga menggambarkan betapa mengerikannya huru-hara dan bencana yang akan menimpa manusia adalah ketika mereka kelak akan kembali ke zaman unta; zaman batu yang jauh dari teknologi modern.
Analisis tentang kembalinya manusia ke zaman unta telah banyak dipaparkan oleh para penulis tentang akhir zaman dengan sudut pandang yang berbeda. Dasar yang menjadi pijakan asumsi di atas adalah hadits Rasulullah saw tentang perang Malhamatul Kubra antara pasukan Al-Mahdi dan asukan Romawi (Amerika dan Eropa) yang sudah tidak lagi menggunakan teknologi modern.
(6) Kehancuran Ekonomi Dunia di Masa 3 Tahun Kekeringan
Dengan hancurnya pusat ekonomi dunia, maka secara otomatis dan sistematis akan berimplikasi pada roda ekonomi seluruh dunia. Salah satu logika sederhana dalam kasus ini adalah beredarnya mata uang kertas (mata uang palsu) yang kemudian tidak lagi berfungsi sebagai alat pembayaran akibat hancurnya negara yang mengeluarkan mata uang tersebut.
Dengan kehancuran dollar, maka implikasinya juga akan merembet kepada mata uang-mata uang negara lainnya. Dengan demikian, setiap orang (di negara manapun) yang saat itu masih memegang mata uang kertas tak ubahnya seperti anak-anak yang bermain dengan mata uang kertas mainan, yang tak laku untuk digunakan sebagai alat pembayaran atas barang atau jasa riil yang diinginkannya.
Dalam kondisi seperti itu, pemenuhan kebutuhan manusia hanya akan terjadi dengan cara jual beli yang paling adil; barter! Atau dengan menggunakan mata uang yang memiliki nilai intristik yang adil; emas dan perak.
Dalam kondisi yang benar-benar membuat setiap orang mengalami depresi berat dan stress yang memuncak, saat itulah masa-masa sulit yang terjadi karena suasana alam yang tidak bersabahat akan dimulai.
Peristiwa kemarau panjang dan kekeringan ekstrim selama tiga tahun yang berimbas pada langkanya bahan pangan akan terjadi pada detik-detik menjelang keluarnya Dajjal, yang berarti merupakan kondisi dimana Al-Mahdi baru muncul dan mendeklarasikan kedaulatannya.
(7) Pembunuhan dan Peperangan Demi Mempertahankan Hidup
Panjangnya masa kehancuran dan kerusakan ekonomi yang merata di setiap negeri, terjadinya instabilitas keamanan, tidak berfungsinya alat-alat negara (para polisi dan aparat) karena mereka sudah tidak lagi mendapatkan gaji dari pemerintah pusat, berhentinya mesin-mesin produksi dan pabrik-pabrik makanan dan minuman, tidak berfungsinya kantor-kantor pemerintahan dan pelayanan masyarakat, rusaknya teknologi tranportasi dan komunikasi dan beragam pemandangan mengerikan lainnya, akan melahirkan satu kengerian baru; berpacunya manusia untuk mempertahankan hidup dengan cara-cara kalap; membunuh dan merampas serta cara-cara brutal lainnya.
Orang-orang yang kuat akan memangsa yang lemah dan hukum rimba akan mewarnai setiap kehidupan. “Sungguh, menjelang terjadinya Kiamat ada masa-masa harj. ” Para sahabat bertanya : “Apakah harj itu ?” Beliau bersabda : “Pembunuhan.” Mereka bertanya : “Apakah lebih banyak jumlahnya dari orang yang kita bunuh? Sesungguhnya kita dalam satu tahun membunuh lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Beliau bersabda : “Bukan pembunuhan orang-orang musyrik oleh kalian itu, tetapi pembunuhan dilakukan oleh sebagian kalian terhadap sesamanya. ” Mereka bertanya: “Apakah pada masa itu kami masih berakal?“
Beliau bersabda, “Akal kebanyakan manusia zaman itu dicabut, kemudian mereka dipimpin oleh orang-orang yang tak berakal, kebanyakan manusia menyangka para pemimpin itu mempunyai pegangan, padahal sama sekali tidak demikian,” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Barangkali saat itulah masa yang dijanjikan Rasulullah saw akan terjadi. Para pemimpin mereka sudah tidak lagi memiliki akal. Perang antar kelompok, aksi saling bunuh dan rampas bukan lagi berdasar pada agama, bahkan akal sehat sekalipun. Apa yang mereka lakukan berangkat dari kondisi mengerikan yang menyebabkan mereka sudah tidak lagi mampu berpikir normal. Tindakan mereka benar-benar kalap, penuh nafsu, tidak rasional, dan akal manusia saat itu sudah benar-benar dicabut saking tidak sanggupnya melihat kondisi yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan. Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: Islampos
Meski pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, namun implikasi dari keyakinan di atas akan membuat banyak orang banyak mengidam-idamkan kedatangan Al-Mahdi tanpa berfikir sama sekali resiko dari harapannya. Sebab, kemunculan dan masa-masa awal pemerintahan Al-Mahdi justru akan dipenuhi dengan beragam fitnah dan huru-hara yang membuat banyak manusia lari menjauhi dan memusuhi Al-Mahdi.
Beratnya kebanyakan umat Islam untuk meninggalkan ideologi Demokrasi, Nasionalisme, kepartaian dan fanatisme golongan inilah yang membuat kebanyakan mereka berat untuk menerima Al-Mahdi. Sebab, kedatangan Al-Mahdi dan kelompoknya akan membersihkan semua berhala itu dan menggantinya dengan panji-panji Tauhid. Sikap tegas tanpa kompromi dalam menerapkan Syariat Islam inilah yang mengundang seluruh kekuatan kufur dunia bersatu-padu untuk menghadang Imam Mahdi dan kelompoknya.
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa masa-masa pra, era dan pasca pembai’atan Al-Mahdi akan dipenuhi dengan perkara-perkara yang amat tidak disukai oleh manusia. Setidaknya, inilah berbagai kondisi yang akan mengelilingi masa-masa Al-Mahdi. Inilah perkara-perkara tersebut:
(1) Pembantaian dan Pembunuhan Massal Terhadap Umat Islam
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang makan yang memperebutkan hidangannya. Maka, ada seseorang bertanya : “Apakah karena sedikitnya kami pada hari itu?” Beliau menjawab : “Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada musuh kalian dan menimpakan kepada kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya: “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati,” HR. Ahmad : 21891 dan Abu Daud : 4297.
Inilah zaman yang dikatakan oleh Rasulullah saw. sebagai puncak kedzaliman dan kecurangan. Para penegak hukum Allah dituding sebagai teroris yang menjadi biang keladi kerusakan dunia, ideologi mereka dituduh sebagai ideologi Iblis dan nabi mereka difitnah dengan keji.
Kaum muslimin dikepung dari seluruh dunia, mereka yang istiqamah menjalankan syari’at bagai memegang bara; sangat panas dan hampir-hampir tak mampu untuk menggenggamnya. Dunia terasa sempit bagi setiap mukmin, tidak ada tempat berlari atau wilayah aman untuk tegaknya hukum hukum Allah. Al-Mahdi yang dijanjikan akan muncul di saat fitnah benar-benar tidak ada jalan keluar, saat kaum muslimin telah mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga mereka untuk menegakkan seruan-Nya, namun kebengisan musuh dan makar mereka semakin menggila.
Di saat manusia dilanda perselisihan dan pertikaian, Al Mahdi akan datang untuk memerangi kedzaliman, menaklukkan seluruh dunia, hingga benar benar hanya Allah yang disembah. Demi Allah, andaikan umur dunia tinggal satu hari, niscaya Allah akan panjangkan hingga Ia membangkitkan seorang lelaki dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku, nama bapaknya juga sama dengan nama bapakku dan ia menebarkan kedamaian di bumi. (HR. Tirmidzi)
(2) Kehancuran Ideologi Demokrasi Secularism Liberal
Sebagaimana penjelasan yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, bahwa kemunculan Khilafah Rasyidah akan terjadi setelah lewatnya periode mulkan jabbar (raja-raja diktator). Isyarat dalam nubuwat tersebut adalah bahwa ideologi yang muncul menggantikan ideologi diktator justru semakin mendekatkan kita dengan masa kemunculan Al-Mahdi. Dalam hal ini, fenomena tumbangnya rezim diktator di beberapa negara (khususnya negara-negara berpenduduk muslim) merupakan indikasi kuat bahwa Allah benar-benar akan mengangkat periode itu dari umat Islam. Maka, keberadaan ideologi demokrasi yang menggeser rezim diktator (mulkan jabbar) hanyalah fase antara, sebuah jeda yang mengawali kemunculan fase terakhir, yaitu khilafah rasyidah menurut manhaj nubuwah dimana Al-Mahdi sebagai khalifahnya.
Sebenarnya keberadaan ideologi sekuler yang melahirkan demokrasi liberal telah memunculkan kediktatoran gaya baru yang berlindung di balik baju demokrasi. Para diktator itu juga banyak berlindung di balik HAM. Hal ini bisa kisa saksikan ketika sebuah masyarakat (negara) dengan suara mayoritas menghendaki tegaknya hukum Islam, maka para diktator (barat) itu dengan berbagai dalih berupaya untuk menggagalkan yang mereka inginkan.
Sebaliknya, jika dengan demokrasi dan produk turunannya (pemilu) mereka mendapatkan kemenangan (atau sesuai dengan apa yang mereka inginkan), maka dengan mati-matian pula mereka akan membelanya.Keadaan ini boleh jadi akan terus berlangsung hingga akhirnya masyarakat dunia mengetahui bahwa apa yang selama ini berlangsung bukanlah hakikat dari demokrasi yang banyak mereka pahami, melainkan demokrasi liberal yang diinginkan oleh barat.
Demokrasi ini adalah sebuah ideologi yang diproduksi untuk membela dan melindungi kepentingan barat, bukan untuk kepentingan manusia seluruh dunia. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka dengan sendirinya kepercayaan masyarakat dunia hilang hingga akhirnya demokrasi akan ditinggalkan. Dan nampaknya inilah fenomena yang banyak kita saksikan terjadi pada negara-negara yang tengah mempraktikkan demokrasi liberal.
Jika periode zaman diktator telah berakhir dengan kemunculan demokrasi sekuler liberal, lalu ideologi ini juga dengan sendirinya runtuh dengan berbagai sebab yang telah kita bicarakan di atas, maka konsekwensi yang akan muncul adalah kembalinya khilafah rasyidah adalah sebuah kepastian, tidak mungkin tidak. Karena Imam Mahdi adalah seorang pemimpin muslim yang akan mempraktikkan hukum Islam secara total dalam kepemimpinannya, maka dengan sendirinya ideologi sekuler dan praktik demokrasi akan dibersihkan dari wilayah kekuasaannya, dan itu akan terjadi pada seluruh dunia. Dengan demikian, Imam Mahdi pasti akan menghancurkan sistem ini juga sistem-sistem kufur lainnya.
(3) Kehancuran Ekonomi Kapitalis Ribawiyah dan Semua Institusinya
Kondisi lain yang juga mengiringi keluarnya Al-Mahdi adalah dimulainya fase kehancuran ekonomi barat yang bercorak kapitalis, dimana sistem ekonomi ribawiah merupakan salah satu pilar penting bagi tegaknya sistem ekonomi ini.
Indikasi yang paling riil adalah problematika ekonomi, sosial dan politik dalam negeri Amerika yang sedang menuju status sekarat. Hubungannya dengan kemunculan Al-Mahdi adalah bahwa fase kehancuran ekonomi kapitalis ribawiyah ini akan mengawali kehancuran dunia secara umum.
Dapat kita bayangkan jika akhirnya masyarakat seluruh dunia harus kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan pokok karena tidak beroperasinya kembali pabrik-pabrik yang memproduksi seluruh kebutuhan mereka (disebabkan runtuhnya pondasi ekonomi mereka), maka jalan menuju kemiskinan dan kehancuran total telah terbentang di depan mata. Kondisi ini memiliki hubungan erat dengan masa-masa sulit yang akan dihadapi oleh manusia sebelum kemunculan Dajjal.
(4) Musnahnya Sistem Mata Uang Kertas dan Kembalinya Era Dinar Dirham
Semakin menambah runyam dan carut-marutnya kondisi manusia saat itu adalah dimulainya masa kehancuran mata uang kertas dan kembalinya manusia kepada mata uang yang sesungguhnya, yaitu dinar dan dirham (emas dan perak). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nilai dan harga sebuah mata uang tergantung dengan kredibilitas dan kekuasaan yang dimiliki oleh kepemimpinan sebuah negara.
Ketika sebuah rezim ditumbangkan, lalu rezim penggantinya menyatakan tidak diberlakukannya mata uang kertas rezim sebelumnya, maka dengan sendirinya mata uang kertas tersebut tidak berlaku. Demikian pula yang kelak akan terjadi pada Amerika dan negara-negara Eropa pada umumnya.
Ketika itu perekonomian mereka hancur dihantam gelombang tsunami moneter dan krisis kepemimpinan yang membuat satu sama lainnya saling berperang untuk berebut kekuasaan. Faktor lain yang juga mengambil peran cukup besar adalah kehancuran negeri tersebut karena faktor-faktor alam berupa bencana alam dalam skala yang sangat besar.
(5) Kembalinya Manusia ke Zaman Unta
Hal lain yang juga menggambarkan betapa mengerikannya huru-hara dan bencana yang akan menimpa manusia adalah ketika mereka kelak akan kembali ke zaman unta; zaman batu yang jauh dari teknologi modern.
Analisis tentang kembalinya manusia ke zaman unta telah banyak dipaparkan oleh para penulis tentang akhir zaman dengan sudut pandang yang berbeda. Dasar yang menjadi pijakan asumsi di atas adalah hadits Rasulullah saw tentang perang Malhamatul Kubra antara pasukan Al-Mahdi dan asukan Romawi (Amerika dan Eropa) yang sudah tidak lagi menggunakan teknologi modern.
(6) Kehancuran Ekonomi Dunia di Masa 3 Tahun Kekeringan
Dengan hancurnya pusat ekonomi dunia, maka secara otomatis dan sistematis akan berimplikasi pada roda ekonomi seluruh dunia. Salah satu logika sederhana dalam kasus ini adalah beredarnya mata uang kertas (mata uang palsu) yang kemudian tidak lagi berfungsi sebagai alat pembayaran akibat hancurnya negara yang mengeluarkan mata uang tersebut.
Dengan kehancuran dollar, maka implikasinya juga akan merembet kepada mata uang-mata uang negara lainnya. Dengan demikian, setiap orang (di negara manapun) yang saat itu masih memegang mata uang kertas tak ubahnya seperti anak-anak yang bermain dengan mata uang kertas mainan, yang tak laku untuk digunakan sebagai alat pembayaran atas barang atau jasa riil yang diinginkannya.
Dalam kondisi seperti itu, pemenuhan kebutuhan manusia hanya akan terjadi dengan cara jual beli yang paling adil; barter! Atau dengan menggunakan mata uang yang memiliki nilai intristik yang adil; emas dan perak.
Dalam kondisi yang benar-benar membuat setiap orang mengalami depresi berat dan stress yang memuncak, saat itulah masa-masa sulit yang terjadi karena suasana alam yang tidak bersabahat akan dimulai.
Peristiwa kemarau panjang dan kekeringan ekstrim selama tiga tahun yang berimbas pada langkanya bahan pangan akan terjadi pada detik-detik menjelang keluarnya Dajjal, yang berarti merupakan kondisi dimana Al-Mahdi baru muncul dan mendeklarasikan kedaulatannya.
(7) Pembunuhan dan Peperangan Demi Mempertahankan Hidup
Panjangnya masa kehancuran dan kerusakan ekonomi yang merata di setiap negeri, terjadinya instabilitas keamanan, tidak berfungsinya alat-alat negara (para polisi dan aparat) karena mereka sudah tidak lagi mendapatkan gaji dari pemerintah pusat, berhentinya mesin-mesin produksi dan pabrik-pabrik makanan dan minuman, tidak berfungsinya kantor-kantor pemerintahan dan pelayanan masyarakat, rusaknya teknologi tranportasi dan komunikasi dan beragam pemandangan mengerikan lainnya, akan melahirkan satu kengerian baru; berpacunya manusia untuk mempertahankan hidup dengan cara-cara kalap; membunuh dan merampas serta cara-cara brutal lainnya.
Orang-orang yang kuat akan memangsa yang lemah dan hukum rimba akan mewarnai setiap kehidupan. “Sungguh, menjelang terjadinya Kiamat ada masa-masa harj. ” Para sahabat bertanya : “Apakah harj itu ?” Beliau bersabda : “Pembunuhan.” Mereka bertanya : “Apakah lebih banyak jumlahnya dari orang yang kita bunuh? Sesungguhnya kita dalam satu tahun membunuh lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Beliau bersabda : “Bukan pembunuhan orang-orang musyrik oleh kalian itu, tetapi pembunuhan dilakukan oleh sebagian kalian terhadap sesamanya. ” Mereka bertanya: “Apakah pada masa itu kami masih berakal?“
Beliau bersabda, “Akal kebanyakan manusia zaman itu dicabut, kemudian mereka dipimpin oleh orang-orang yang tak berakal, kebanyakan manusia menyangka para pemimpin itu mempunyai pegangan, padahal sama sekali tidak demikian,” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Barangkali saat itulah masa yang dijanjikan Rasulullah saw akan terjadi. Para pemimpin mereka sudah tidak lagi memiliki akal. Perang antar kelompok, aksi saling bunuh dan rampas bukan lagi berdasar pada agama, bahkan akal sehat sekalipun. Apa yang mereka lakukan berangkat dari kondisi mengerikan yang menyebabkan mereka sudah tidak lagi mampu berpikir normal. Tindakan mereka benar-benar kalap, penuh nafsu, tidak rasional, dan akal manusia saat itu sudah benar-benar dicabut saking tidak sanggupnya melihat kondisi yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan. Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: Islampos
Bagaimana Cara Media Sekularism Menghancurkan Islam?
Begitu luar biasa gencarnya media Kristen dan Sekuler membuat opini yang sangat destruktif terhadap Islam dan umat Islam. Tujuannya hanya bagaimana membuat phobia dikalangan bangsa Indonesia yang 240 juta penduduknya, dan 85 persen beragama Islam.
Pertama, media Kristen dan Sekuler, secara konsisten dan terus-menerus mengangkat tentang Toleran
Pertama, media Kristen dan Sekuler, secara konsisten dan terus-menerus mengangkat tentang Toleran
si dan Pluralisme.
Media Kristen dan Sekuler secara konsisten dan terus menerus memberikan "covered" terhadap kelompok-kelompok yang diberi label sebagai Moderat. Kelompok Moderat itu, mendapatkan pencitraan sebagai kelompok yang sangat toleran dan berpaham Inklusif.
Di sisi lain, media Kristen dan Sekuler itu, secara konsisten dan terus-menerus menciptakan opini, kelompok-kelompok yang ingin mengupayakan tegaknya nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam, kemudian diberi label sebagai Militan, Fundamentalis, Ekstrim, dan tidak Toleran.
Kemudian, kelompok yang ingin menegakkan nilai-nilai Islam itu, diberi sebagai kelompok yang anti-Toleransi dan Eksklusif, dan umat didorong menjadikan kelompok yang ingin menegakkan nilai-nilai Islam itu, bukan hanya eksklusif, tetapi membahayakan keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sertaBhineka Tunggal Ika.
Langkah berikutnya, melakukan adu-domba antara kelompok Moderat dengan kelompok Fundementalis yang dianggap Ekstrim, secara terbuka.
Adu domba itu, tujuannya hanya satu, menghancurkan dan melemahkan pengaruh kelompok-kelompok yang dituduh Fundamentalis.
Sehingga, terbentuk opini yang bersifat menyeluruh bahwa Islam Fundamentalis dan kelompok Militan itu, sangat tidak Toleran, dan membahayakan persatuan bangsa, serta keutuhan negara.
Media Kristen dan Sekuler menghancurkan kalangan Islam dan kelompok yang dituduh Fudamentalis itu, menggunakan cara yang sangat sistmatis dan terencana secara rapi. Penghancuran itu dilakukan secara gradual (bertahap), tetapi mempunyai dampak jangka panjang yang sangat serius, terutama terkait dengan kepercayaan umat dan bangsa terhadap nilai-nilai Islam sebagai sistem nilai.
Media Kristen dan Sekuler itu, menghancurkan Islam dan umat Islam dengan menggunakan : "pikiran", "mulut", dan "tangan", orang Islam sendiri. Tentu, yang paling terkenal, dan paling hafal mereka itu, menggunakan teori atau tehnik, "war by proxy", perang dengan menggunakan tangan orang Islam sendiri, guna menghancurkan umat Islam.
Seperti dalam menggalang opini yang bertujuan menghancurkan kalangan Fundamentalis itu, media Kristen dan Sekuler itu, menggunakan tokoh-tokoh Islam, tokoh-tokoh ormas Islam, tokoh lembaga pendidikan Islam, yang dipandang memeliki legitimasi yang kuat di mata masyarakat. Sehingga masyarakat percaya dan seakan meyakinkan, bahwa tokoh yang menghantam mereka yang dituduh Fundamentalis itu, mereka tokoh yang benar dan jujur.
Media Kristen dan Sekuler itu, mereka menggunakan tokoh yang berasal dari kampus semacam UIN, yang dahuulunya dikenal dengan IAIN, yang berpikiran Sekuler.
Tetapi, karena di kalangan awam, banyak tidak tahu, bahwa Universitas semacam UIN itu, sejatinya menjadi gudangnya pemikir-pemikir Sekuler, produk pendidikan Barat, tetapi di kalangan umat masih dipandang memiliki kapasitas, dan legitimasi guna berbicara atas nama Islam, atau menganggap pemikir Islam. Padahal, tidak ada sedikitpun yang mereka sampaikan itu, dapat dikatakan mewakili kepentingan Islam dan umat Islam.
Media Kristen dan Sekuler dengan sangat pandainya memainkan kartu "cendekiawan muslim", yang diberi covered begitu hebat, seperti Nurcholish Madjid, Muslim Abdurrahman, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ahmad Syafi'i Maarif, Said Agil Siraj, Bachtiar Effendi, Azyumardi Azra, Johan Effendi, Utomo Dananjaya, Ahmad Wahib, Abdul Mukti, dan sejumlah tokoh lainnya, yang terang-terangan sudah menelanjangi prinsip Islam sebagai "cendekiawan Muslim".
Tokoh-tokoh seperti itu yang banyak pernyataannya dikutip melalui laporan khusus, wawancara, dan berbagai pendapat, yang digunakan sebagai "war by proxy", menggebuki mereka yang dianggap Fundamentalis. Tentu, yang paling terkenal sepanjag sejarah Republik ini, pernyataan Nurcholis Madjid, yaitu "Islam Yes, Partai Islam No". Pemikiran Nurcholis Madjid inilah yang sampai sekarang terus bergema.
Pernyataan Nurcholis itu, tak lain, hanyalah menguatkan posisi rezim Orde Baru, yang dipimpin Suharto di awal pemerintahannya, yang baru tahap konsolidasi. Pernyataan Nurcholis Madjid, yang sangat Sekuler itu, sesungguhnya menjadi bagi media Kristen dan Sekuler, terutama bagi menggebuk para kelompok Islam Politik.
Media Kristen dan Sekuler itu, menghadapi kalangan Fundamentalis, yang sudah masuk dalam "red notice", kelompok-kelompok yang sudah dianggap bagian dari gerakan Radikal, yang menggunakan senjata, alias "Teroris", maka kelompok media Kristen dan Sekuler, mereka menggunakan "tokoh-tokoh" yang alumni dari Pesantren yang dicap sebagai gudangnya teroris.
Tetapi, tokoh-tokoh yang menjadi alumni Pesantren gudangnya Teroris itu, sesungguhnya tokoh sudah kehilangan integritas, sudah murtad, dan karena sejatinya mereka itu, orang upahah aparat keamanan, yang digunakan membentuk opini negatif terhadap kelompok-kelompok yang dituduh Teroris.
Tentu, sangat memprihatinkan sekali, umat Islam di mana saja, seperti di Kota Solol, Poso, Ambon, Maluku, yang sudah menjadi korban tindakan semena-mena aparat, tidak ada satupun kalangan tokoh Islam, yang berani mengangkat dan berbicara tentang masalah penzaliman itu. Seakan kalau sudah diberikan label Teroris itu, sudah sifatnya "given" kalau dibunuh atau ditembak oleh aparat keamanan.
Maka, sekarang ini yang ada hanyalah tokoh-tokoh Islam yang sudah "koplo" alias "dayus", karena otak mereka sudah dicuci habis oleh media Kristen dan Sekuler, sampai tak berani lagi mengatakan, "Isyhadu bi anna muslimun".
Mereka tidak berani menyatakan jati dirinya, tidak berani lagi menyatakan dirinya sebagai pejuang penegak Islam. Mereka telah dihinggapi penyakit wahn, di mana mereka telah mengalami "collective fears" (ketakutan massal). Mereka seperti melihat hantu di siang bolong. Sembari mulutnya komat-kamit membuat mantera bagi legitimasi rezim yang zalim itu.
Umumnya, tokoh-tokoh Islam itu perutnya sudah kenyang, tak berani lagi melawan kemungkaran, dan terlalu banyak menikmati yang haram dan subhat, dan bergelimang dengan kehidupan duniawi. Maka Allah Azza Wa Jalla mencabut dari dada mereka sifat sajaah, dan yang ada hanya sikap yang menjad pembebek. Wallahu'alam.
Sumber: voa-islam.com
Media Kristen dan Sekuler secara konsisten dan terus menerus memberikan "covered" terhadap kelompok-kelompok yang diberi label sebagai Moderat. Kelompok Moderat itu, mendapatkan pencitraan sebagai kelompok yang sangat toleran dan berpaham Inklusif.
Di sisi lain, media Kristen dan Sekuler itu, secara konsisten dan terus-menerus menciptakan opini, kelompok-kelompok yang ingin mengupayakan tegaknya nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam, kemudian diberi label sebagai Militan, Fundamentalis, Ekstrim, dan tidak Toleran.
Kemudian, kelompok yang ingin menegakkan nilai-nilai Islam itu, diberi sebagai kelompok yang anti-Toleransi dan Eksklusif, dan umat didorong menjadikan kelompok yang ingin menegakkan nilai-nilai Islam itu, bukan hanya eksklusif, tetapi membahayakan keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sertaBhineka Tunggal Ika.
Langkah berikutnya, melakukan adu-domba antara kelompok Moderat dengan kelompok Fundementalis yang dianggap Ekstrim, secara terbuka.
Adu domba itu, tujuannya hanya satu, menghancurkan dan melemahkan pengaruh kelompok-kelompok yang dituduh Fundamentalis.
Sehingga, terbentuk opini yang bersifat menyeluruh bahwa Islam Fundamentalis dan kelompok Militan itu, sangat tidak Toleran, dan membahayakan persatuan bangsa, serta keutuhan negara.
Media Kristen dan Sekuler menghancurkan kalangan Islam dan kelompok yang dituduh Fudamentalis itu, menggunakan cara yang sangat sistmatis dan terencana secara rapi. Penghancuran itu dilakukan secara gradual (bertahap), tetapi mempunyai dampak jangka panjang yang sangat serius, terutama terkait dengan kepercayaan umat dan bangsa terhadap nilai-nilai Islam sebagai sistem nilai.
Media Kristen dan Sekuler itu, menghancurkan Islam dan umat Islam dengan menggunakan : "pikiran", "mulut", dan "tangan", orang Islam sendiri. Tentu, yang paling terkenal, dan paling hafal mereka itu, menggunakan teori atau tehnik, "war by proxy", perang dengan menggunakan tangan orang Islam sendiri, guna menghancurkan umat Islam.
Seperti dalam menggalang opini yang bertujuan menghancurkan kalangan Fundamentalis itu, media Kristen dan Sekuler itu, menggunakan tokoh-tokoh Islam, tokoh-tokoh ormas Islam, tokoh lembaga pendidikan Islam, yang dipandang memeliki legitimasi yang kuat di mata masyarakat. Sehingga masyarakat percaya dan seakan meyakinkan, bahwa tokoh yang menghantam mereka yang dituduh Fundamentalis itu, mereka tokoh yang benar dan jujur.
Media Kristen dan Sekuler itu, mereka menggunakan tokoh yang berasal dari kampus semacam UIN, yang dahuulunya dikenal dengan IAIN, yang berpikiran Sekuler.
Tetapi, karena di kalangan awam, banyak tidak tahu, bahwa Universitas semacam UIN itu, sejatinya menjadi gudangnya pemikir-pemikir Sekuler, produk pendidikan Barat, tetapi di kalangan umat masih dipandang memiliki kapasitas, dan legitimasi guna berbicara atas nama Islam, atau menganggap pemikir Islam. Padahal, tidak ada sedikitpun yang mereka sampaikan itu, dapat dikatakan mewakili kepentingan Islam dan umat Islam.
Media Kristen dan Sekuler dengan sangat pandainya memainkan kartu "cendekiawan muslim", yang diberi covered begitu hebat, seperti Nurcholish Madjid, Muslim Abdurrahman, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ahmad Syafi'i Maarif, Said Agil Siraj, Bachtiar Effendi, Azyumardi Azra, Johan Effendi, Utomo Dananjaya, Ahmad Wahib, Abdul Mukti, dan sejumlah tokoh lainnya, yang terang-terangan sudah menelanjangi prinsip Islam sebagai "cendekiawan Muslim".
Tokoh-tokoh seperti itu yang banyak pernyataannya dikutip melalui laporan khusus, wawancara, dan berbagai pendapat, yang digunakan sebagai "war by proxy", menggebuki mereka yang dianggap Fundamentalis. Tentu, yang paling terkenal sepanjag sejarah Republik ini, pernyataan Nurcholis Madjid, yaitu "Islam Yes, Partai Islam No". Pemikiran Nurcholis Madjid inilah yang sampai sekarang terus bergema.
Pernyataan Nurcholis itu, tak lain, hanyalah menguatkan posisi rezim Orde Baru, yang dipimpin Suharto di awal pemerintahannya, yang baru tahap konsolidasi. Pernyataan Nurcholis Madjid, yang sangat Sekuler itu, sesungguhnya menjadi bagi media Kristen dan Sekuler, terutama bagi menggebuk para kelompok Islam Politik.
Media Kristen dan Sekuler itu, menghadapi kalangan Fundamentalis, yang sudah masuk dalam "red notice", kelompok-kelompok yang sudah dianggap bagian dari gerakan Radikal, yang menggunakan senjata, alias "Teroris", maka kelompok media Kristen dan Sekuler, mereka menggunakan "tokoh-tokoh" yang alumni dari Pesantren yang dicap sebagai gudangnya teroris.
Tetapi, tokoh-tokoh yang menjadi alumni Pesantren gudangnya Teroris itu, sesungguhnya tokoh sudah kehilangan integritas, sudah murtad, dan karena sejatinya mereka itu, orang upahah aparat keamanan, yang digunakan membentuk opini negatif terhadap kelompok-kelompok yang dituduh Teroris.
Tentu, sangat memprihatinkan sekali, umat Islam di mana saja, seperti di Kota Solol, Poso, Ambon, Maluku, yang sudah menjadi korban tindakan semena-mena aparat, tidak ada satupun kalangan tokoh Islam, yang berani mengangkat dan berbicara tentang masalah penzaliman itu. Seakan kalau sudah diberikan label Teroris itu, sudah sifatnya "given" kalau dibunuh atau ditembak oleh aparat keamanan.
Maka, sekarang ini yang ada hanyalah tokoh-tokoh Islam yang sudah "koplo" alias "dayus", karena otak mereka sudah dicuci habis oleh media Kristen dan Sekuler, sampai tak berani lagi mengatakan, "Isyhadu bi anna muslimun".
Mereka tidak berani menyatakan jati dirinya, tidak berani lagi menyatakan dirinya sebagai pejuang penegak Islam. Mereka telah dihinggapi penyakit wahn, di mana mereka telah mengalami "collective fears" (ketakutan massal). Mereka seperti melihat hantu di siang bolong. Sembari mulutnya komat-kamit membuat mantera bagi legitimasi rezim yang zalim itu.
Umumnya, tokoh-tokoh Islam itu perutnya sudah kenyang, tak berani lagi melawan kemungkaran, dan terlalu banyak menikmati yang haram dan subhat, dan bergelimang dengan kehidupan duniawi. Maka Allah Azza Wa Jalla mencabut dari dada mereka sifat sajaah, dan yang ada hanya sikap yang menjad pembebek. Wallahu'alam.
Sumber: voa-islam.com
Kebebasan: Muslim atau Liberal?
“Amerika Serikat adalah contoh negara Sekular yang baik dan mempunyai kedudukan yang khusus di dunia dengan menawarkan kesempatan dan harapan bagi umat manusia untuk mengembangkan agama-agama,”
Begitulah pernyataan seorang pegiat paham Kebebasan Beragama di Indonesia dalam pengantar buku berjudul "Membela Kebebasan Beragama: Percakapan tentang Secularisme, Li
beralism
e, dan Pluralisme" (Jakarta: LSAF dan Paramadina, 2010). Lebih jauh, aktivis yang juga pendiri Nurcholish Madjid Society ini, menyebutkan: ”Jadi, contoh di Amerika Serikat, Sekularisme menghasilkan suatu perkembangan agama yang pesat sekali.”
Buku yang mempromosikan kebebasan beragama di Indonesia ini merekam pembicaraan puluhan tokoh tentang paham Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Beberapa di antara mereka – seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), M Dawam Rahardjo, Musdah Mulia – tercatat sebagai penggugat UU No. 1/PNPS/1965 ke Mahkamah Konstitusi. Sejumlah pemikir di sini juga secara terbuka mendukung paham Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme untuk dikembangkan di Indonesia.
Bagi mereka, ketiga paham itu wajib dikembangkan di Indonesia dan menjadi prasyarat mutlak tegaknya Demokrasi di Indonesia. “Demokrasi tidak akan mampu berdiri tegak tanpa disangga dengan Sekularisme, termasuk Pluralisme dan Liberalisme. Bahkan khusus Sekularisme – yaitu pemisahan secara relatif agama dan negara – adalah salah satu faktor terpenting dalam membangun Demokrasi dan Civil Society yang kuat,” tulis si aktivis Liberal tersebut. Katanya lagi, “Liberalismelah yang dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan dan keseimbangan agama, karena berpikir Liberal, rasional dan kritis merupakan sesuatu yang tidak dapat dinafikan bagi cita-cita dan kemajuan.”
Menurut dia, kebebasan beragama itu hanya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik jika ide Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme itu berkembang dengan baik juga di Indonesia. Kalau Sekularismenya itu berjalan dengan buruk, misalnya negara terlalu ikut campur dalam urusan agama dan ikut terlibat dalam menilai suatu agama itu sesat atau menyimpang, dan atau melakukan suatu kasus diskriminasi agama, pada saat itulah sebenarnya negara tidak melindungi kebebasan beragama warga negaranya. “Karena itu negara harusnya netral agama,” seru aktivis Liberal, penulis Ensiklopedi Nurcholis Madjid ini.
Dalam pandangan kaum penganut 'Sipilis', negara netral agama adalah negara yang tidak memihak atau melebihkan satu agama atas agama lain. Negara juga tidak boleh memihak satu aliran agama tertentu. Dalam kamus negara sekular, tidak dikenal istilah Mukmin, Kafir, Sesat, Halal atau Haram, Mayoritas atau Minoritas. Semua warga negara dipandang sama, apapun paham dan aliran agamanya.
Karena ketakjuban dan keimanan yang sangat kuat terhadap trilogi Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme – yang kini populer di kalangan kaum Muslim dengan istilah 'Sipilis' -- maka sang aktivis Liberal ini lalu menyuarakan kebenciannya terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada 2005 menfatwakan paham 'Sipilis' sebagai 'barang haram'. Kata sang aktivis Liberal: “Fatwa MUI ini tampak eksklusif, tidak Pluralis, bahkan cenderung diskriminatif.”
Menurutnya, salah satu yang memicu masalah kebebasan beragama di Indonesia yang kuat belakangan ini adalah adanya fatwa MUI tentang pengharaman Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme. “Sampai hari ini ide Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme telah menjadi suatu ide yang 'menakutkan' bagi sebagian kalangan masyarakat Indonesia – terutama pasca keluarnya fatwa MUI,” kata pegiat paham 'Sipilis' ini.
*****
Alkisah, pada 25 November 2007, Lia Eden, pendiri agama Salamullah, mengirimkan surat kepada Ketua Mahkamah Agung Prof. Bagir Manan. Surat itu berkop: ”God’s Kingdom: Tahta Suci Kerajaan Tuhan, Eden”. Lia murka kepada Mahkamah Agung RI yang menetapkan pengukuhan penahanan terhadap Muhammad Abdul Rahman. Dengan menggunakan nama “Jibril Ruhul Kudus” Lia membubuhkan tanda tangannya: “LE2”. Ia menulis dalam surat yang juga ditembuskan ke sejumlah Ormas Islam: “Atas nama Tuhan Yang Maha Kuat. Aku Malaikat Jibril adalah hakim Allah di Mahkamah Agungnya. Akulah Malaikat Jibril sendiri yang akan mencabut nyawamu. Atas Penunjukan Tuhan, kekuatan Kerajaan Tuhan dan kewenangan Mahkamah Agung Tuhan berada di tanganku.”
Mungkin, hanya di Indonesia saja “Malaikat Jibril” punya tanda tangan dan berprofesi mencabut nyawa manusia. Dalam suratnya tahun 2007 tersebut, Lia sudah secara tegas menyatakan sebagai “Malaikat Jibril”. Tahun 2003, ia masih mengaku ”berkasih-kasihan dengan Melaikat Jibril”. Dalam bukunya, Ruhul Kudus (2003), sub judul "Seks di sorga’’, diceritakan kisah pacaran dan perkawinan antara Jibril dengan Lia Eden: "Lia kini telah mengubah namanya atas seizin Tuhannya, yaitu Lia Eden. Berkah atas namanya yang baru itu. Karena dialah simbol kebahagiaan surga Eden. Berkasih-kasihan dengan Malaikat Jibril secara nyata di hadapan semua orang. Semua orang akan melihat wajahnya yang merona karena rayuanku padanya. Aku membuatkannya lagu cinta dan puisi yang menawan. Surga suami istri pun dinikmatinya.’’
Orang Muslim yang masih normal – tidak mengidap paham 'Sipilis' – tentu akan menyatakan bahwa paham seperti itu Sesat dan tidak baik untuk dikembangkan di tengah masyarakat. Paham ini adalah satu bentuk kemunkaran. Kata Nabi Muhammad saw: ”Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ubah dengan lisan. Jika tidak mampu, dengan hati. Dan itulah selemah-lemah iman.”
Dalam pandangan Islam, kesesatan yang disebarluaskan adalah satu bentuk kemunkaran. Maka, ulama wajib bertindak tegas. Ketika MUI ditanya, apakah aliran seperti Lia Eden ini sesat, maka MUI dengan tegas menyatakan, bahwa ajaran Salamullah yang dibikin Lia Eden adalah ajaran sesat. Tapi, gara-gara menjalankan tugas kenabian, mengeluarkan fatwa sesat terhadap kelompok Lia Eden, Ahmadiyah, dan sejenisnya, MUI dihujani cacian. Ada yang bilang, MUI tolol. Sebuah jurnal keagamaan yang terbit di Semarang menurunkan laporan utama: ”Majelis Ulama Indonesia Bukan Wakil Tuhan.” Ada praktisi hukum angkat bicara di sini, ”MUI bisa dijerat KUHP Provokator.” Sejumlah kelompok juga datang ke Komnas HAM menuntut pembubaran MUI.
Bagi kaum Liberal, tidak ada kamus 'Sesat' atau 'Benar'. Yang penting Kebebasan! Padahal, setiap hari seorang Muslim diwajibkan berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus dan dijauhkan dari jalan orang yang sesat dan dimurkai Allah. Jadi, memang ada jalan yang benar dan ada jalan yang sesat. Tidak mungkin semuanya benar atau semuanya sesat. Juga, tidak mungkin, semuanya pemikiran dan tindakan dibolehkan.
Tahun 2007, seorang tokoh Ahmadiyah di Indonesia menerbitkan buku dengan judul ”Syarif Ahmad Saitama Lubis, dari Ahmadiyah untuk Bangsa” (2007). Dijelaskannya kepercayaan kaum Ahmadi, yaitu: ”Imam Mahdi dan Isa yang Dijanjikan adalah seorang nabi yang merupakan seorang nabi pengikut atau nabi ikutan dengan ketaatannya kepada YM Rasulullah Saw. yang akan datang dan akan merubah masa kegelapan ini menjadi masa yang terang benderang.” Dan apabila Imam Mahdi itu sudah datang, maka diperintahkanlah umat Islam untuk menjumpainya, walaupun harus merangkak di atas gunung salju” (hal. 69).
Pada tahun 1989, Yayasan Wisma Damai – sebuah penerbit buku Ahmadiyah – menerjemahkan buku berjudul "Da’watul Amir: Surat Kepada Kebenaran", karya Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, khalifah Khalifah Masih II/Imam Jemaat Ahmadiyah (1914-1965). Buku ini aslinya dalam bahasa Urdu. Tahun 1961, terbit edisi Inggrisnya dengan judul ”Invitation to Ahmadiyyat”.
Buku ini menegaskan: ”Kami dengan bersungguh-sungguh mengatakan bahwa orang tidak dapat menjumpai Allah Ta’ala di luar Ahmadiyah.” (hal. 377). Umat Islam dipaksa untuk beriman bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dan Masih al-Mau’ud. Lalu, umat Islam diberi ultimatum: ”Jadi, sesudah Masih Mau’ud turun, orang yang tidak beriman kepada beliau akan berada di luar pengayoman Allah Taala. Barangsiapa yang menjadi penghalang di jalan Masih Mau’ud a.s, ia sebenarnya musuh Islam dan ia tidak menginginkan adanya Islam.” (hal. 374).
Sementara itu, bagi umat Islam, posisi kenabian Muhammad saw sebagai Nabi terakhir adalah ajaran final. Sepeninggal beliau saw, sudah tidak ada lagi Nabi, meskipun banyak sekali yang mengaku sebagai nabi. Dalam kaputusan tahun 1937, Majelis Tarjih Muhammadiyah mengutip hadits Rasulullah saw, “Di antara umatku akan ada pendusta-pendusta, semua mengaku dirinya nabi, padahal aku ini penutup sekalian nabi.” (HR Ibn Mardawaihi, dari Tsauban).
Tentu, bagi penganut paham 'Sipilis' tidak ada bedanya antara Mukmin dan Kafir. Tidak ada beda antara Tauhid dan Syirik. Bagi mereka, agama bukan hal penting. Yang penting adalah Kebebasan! Negara diminta bersikap Netral, tidak memihak antara Iman dan Kufur. Umat Islam juga diminta menghormati paham-paham yang menyimpang dari ajaran Islam. Semua dianggap sama, sederajat. Yang penting tidak mengganggu orang lain secara fisik. Bagi mereka, Iman tidak penting, sebab agama apapun dianggap sama saja; sebagai jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan – siapapun dan apapun Tuhannya.
*****
“The idea of God negates our freedom,” pekik seorang filosof terkenal Jean Paul Sartre. Dengan pengalaman sejarahnya yang kelam saat berinteraksi dengan agama (Kristen), peradaban Barat kemudian memutuskan untuk menolak campur tangan agama dalam kehidupan. Agama diletakkan sebagai soal privat semata. Meskipun, sebenarnya, prinsip ini pun juga tidak mutlak. Di Inggris, Raja Inggris tetap menjabat sebagai Kepala Gereja Anglikan. Di Swiss, umat Islam ditolak untuk membangun menara masjid. Wacana pelarangan cadar di sejumlah negara Eropa juga mencuat. Padahal, kata mereka, ini urusan privat, dan tidak boleh dicampuri negara.
Paham 'Kebebasan' (Liberty/Freedom) secara resmi digulirkan oleh kelompok Freemason yang mulai berdiri di Inggris tahun 1717. Kelompok ini kemudian berkembang pesat di AS mulai tahun 1733 dan berhasil menggulirkan revolusi tahun 1776. Patung liberty menjadi simbol kebebasan. Prinsip freedom dijunjung tinggi. Tahun 1789, gerakan kebebasan berhasil menggerakkan Revolusi Perancis juga dengan mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”. Pada awal abad ke-20, gerakan kebebasan ini menyerbu Turki Utsmani.
Karena trauma terhadap dominasi agama dalam kehidupan, orang-orang Barat, meskipun beragama Kristen, enggan menjadikan hukum-hukum agama sebagai pedoman hidup mereka. Para pengagum dan penjiplak konsep kebebasan ala Barat ini, kemudian ingin menerapkan begitu saja konsep itu ke dalam kehidupan kaum Muslim. Padahal, konsep kebebasan antara Barat dan Islam sangatlah berbeda. Islam memiliki konsep ”ikhtiyar” yakni, memilih yang baik. Umat Islam tidak bebas memilih yang jahat. Sebab, tujuan hidup seorang Muslim adalah menjadi orang yang taqwa kepada Allah. (lihat wawancara dengan Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud).
Sedangkan Barat tidak punya batasan yang pasti untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua diserahkan kepada spekulasi akal dan dinamika sosial. Perbedaan yang mendasar ini akan terus menyebabkan terjadinya ”clash of worldview” (benturan pandangan alam) dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dua konsep “kebebasan” yang kontradiktif ini tidak bisa dipertemukan. Sebab, tempat berpijaknya sudah berbeda. Maka seorang harus menentukan, ia memilih konsep yang mana. Ia memilih Islam atau liberal.
Kaum Muslim yang masih memegang teguh aqidahnya, pasti akan marah membaca novel The Satanic Verses-nya Salman Rushdie. Novel ini sungguh biadab; menggambarkan sebuah komplek pelacuran di zaman jahiliyah yang dihuni para pelacur yang diberi nama istri-istri Nabi Muhammad saw. Bagi Islam, ini penghinaan. Bagi kaum Liberal, itu kebebasan berekspresi. Bagi Islam, pemretelan ayat-ayat al-Quran dalam Tadzkirah-nya kaum Ahmadiyah, adalah penghinaan, tapi bagi kaum liberal, itu kebebasan beragama. Berbagai ucapan Mirza Ghulam Ahmad juga bisa dikategorikan sebagai penghinaan dan penodaan terhadap Islam. Sebaliknya, bagi kaum Liberal, Ahmadiyah adalah bagian dari ”kebebasan beragama dan berkeyakinan.” Bagi Islam, beraksi porno dalam dunia seni adalah tercela dan dosa. Bagi kaum Liberal, itu bagian dari seni dan kebebasan berekspresi, yang harus bebas dari campur tangan agama.
Jadi, pilihlah: menjadi Muslim atau Liberal?
Ditulis oleh Adian Husaini
Sumber: http://mustanir.net/ index.php/artikel-bagus/ 68-kebebasan-muslim-atau-li beral
Buku yang mempromosikan kebebasan beragama di Indonesia ini merekam pembicaraan puluhan tokoh tentang paham Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Beberapa di antara mereka – seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), M Dawam Rahardjo, Musdah Mulia – tercatat sebagai penggugat UU No. 1/PNPS/1965 ke Mahkamah Konstitusi. Sejumlah pemikir di sini juga secara terbuka mendukung paham Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme untuk dikembangkan di Indonesia.
Bagi mereka, ketiga paham itu wajib dikembangkan di Indonesia dan menjadi prasyarat mutlak tegaknya Demokrasi di Indonesia. “Demokrasi tidak akan mampu berdiri tegak tanpa disangga dengan Sekularisme, termasuk Pluralisme dan Liberalisme. Bahkan khusus Sekularisme – yaitu pemisahan secara relatif agama dan negara – adalah salah satu faktor terpenting dalam membangun Demokrasi dan Civil Society yang kuat,” tulis si aktivis Liberal tersebut. Katanya lagi, “Liberalismelah yang dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan dan keseimbangan agama, karena berpikir Liberal, rasional dan kritis merupakan sesuatu yang tidak dapat dinafikan bagi cita-cita dan kemajuan.”
Menurut dia, kebebasan beragama itu hanya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik jika ide Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme itu berkembang dengan baik juga di Indonesia. Kalau Sekularismenya itu berjalan dengan buruk, misalnya negara terlalu ikut campur dalam urusan agama dan ikut terlibat dalam menilai suatu agama itu sesat atau menyimpang, dan atau melakukan suatu kasus diskriminasi agama, pada saat itulah sebenarnya negara tidak melindungi kebebasan beragama warga negaranya. “Karena itu negara harusnya netral agama,” seru aktivis Liberal, penulis Ensiklopedi Nurcholis Madjid ini.
Dalam pandangan kaum penganut 'Sipilis', negara netral agama adalah negara yang tidak memihak atau melebihkan satu agama atas agama lain. Negara juga tidak boleh memihak satu aliran agama tertentu. Dalam kamus negara sekular, tidak dikenal istilah Mukmin, Kafir, Sesat, Halal atau Haram, Mayoritas atau Minoritas. Semua warga negara dipandang sama, apapun paham dan aliran agamanya.
Karena ketakjuban dan keimanan yang sangat kuat terhadap trilogi Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme – yang kini populer di kalangan kaum Muslim dengan istilah 'Sipilis' -- maka sang aktivis Liberal ini lalu menyuarakan kebenciannya terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada 2005 menfatwakan paham 'Sipilis' sebagai 'barang haram'. Kata sang aktivis Liberal: “Fatwa MUI ini tampak eksklusif, tidak Pluralis, bahkan cenderung diskriminatif.”
Menurutnya, salah satu yang memicu masalah kebebasan beragama di Indonesia yang kuat belakangan ini adalah adanya fatwa MUI tentang pengharaman Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme. “Sampai hari ini ide Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme telah menjadi suatu ide yang 'menakutkan' bagi sebagian kalangan masyarakat Indonesia – terutama pasca keluarnya fatwa MUI,” kata pegiat paham 'Sipilis' ini.
*****
Alkisah, pada 25 November 2007, Lia Eden, pendiri agama Salamullah, mengirimkan surat kepada Ketua Mahkamah Agung Prof. Bagir Manan. Surat itu berkop: ”God’s Kingdom: Tahta Suci Kerajaan Tuhan, Eden”. Lia murka kepada Mahkamah Agung RI yang menetapkan pengukuhan penahanan terhadap Muhammad Abdul Rahman. Dengan menggunakan nama “Jibril Ruhul Kudus” Lia membubuhkan tanda tangannya: “LE2”. Ia menulis dalam surat yang juga ditembuskan ke sejumlah Ormas Islam: “Atas nama Tuhan Yang Maha Kuat. Aku Malaikat Jibril adalah hakim Allah di Mahkamah Agungnya. Akulah Malaikat Jibril sendiri yang akan mencabut nyawamu. Atas Penunjukan Tuhan, kekuatan Kerajaan Tuhan dan kewenangan Mahkamah Agung Tuhan berada di tanganku.”
Mungkin, hanya di Indonesia saja “Malaikat Jibril” punya tanda tangan dan berprofesi mencabut nyawa manusia. Dalam suratnya tahun 2007 tersebut, Lia sudah secara tegas menyatakan sebagai “Malaikat Jibril”. Tahun 2003, ia masih mengaku ”berkasih-kasihan dengan Melaikat Jibril”. Dalam bukunya, Ruhul Kudus (2003), sub judul "Seks di sorga’’, diceritakan kisah pacaran dan perkawinan antara Jibril dengan Lia Eden: "Lia kini telah mengubah namanya atas seizin Tuhannya, yaitu Lia Eden. Berkah atas namanya yang baru itu. Karena dialah simbol kebahagiaan surga Eden. Berkasih-kasihan dengan Malaikat Jibril secara nyata di hadapan semua orang. Semua orang akan melihat wajahnya yang merona karena rayuanku padanya. Aku membuatkannya lagu cinta dan puisi yang menawan. Surga suami istri pun dinikmatinya.’’
Orang Muslim yang masih normal – tidak mengidap paham 'Sipilis' – tentu akan menyatakan bahwa paham seperti itu Sesat dan tidak baik untuk dikembangkan di tengah masyarakat. Paham ini adalah satu bentuk kemunkaran. Kata Nabi Muhammad saw: ”Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ubah dengan lisan. Jika tidak mampu, dengan hati. Dan itulah selemah-lemah iman.”
Dalam pandangan Islam, kesesatan yang disebarluaskan adalah satu bentuk kemunkaran. Maka, ulama wajib bertindak tegas. Ketika MUI ditanya, apakah aliran seperti Lia Eden ini sesat, maka MUI dengan tegas menyatakan, bahwa ajaran Salamullah yang dibikin Lia Eden adalah ajaran sesat. Tapi, gara-gara menjalankan tugas kenabian, mengeluarkan fatwa sesat terhadap kelompok Lia Eden, Ahmadiyah, dan sejenisnya, MUI dihujani cacian. Ada yang bilang, MUI tolol. Sebuah jurnal keagamaan yang terbit di Semarang menurunkan laporan utama: ”Majelis Ulama Indonesia Bukan Wakil Tuhan.” Ada praktisi hukum angkat bicara di sini, ”MUI bisa dijerat KUHP Provokator.” Sejumlah kelompok juga datang ke Komnas HAM menuntut pembubaran MUI.
Bagi kaum Liberal, tidak ada kamus 'Sesat' atau 'Benar'. Yang penting Kebebasan! Padahal, setiap hari seorang Muslim diwajibkan berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus dan dijauhkan dari jalan orang yang sesat dan dimurkai Allah. Jadi, memang ada jalan yang benar dan ada jalan yang sesat. Tidak mungkin semuanya benar atau semuanya sesat. Juga, tidak mungkin, semuanya pemikiran dan tindakan dibolehkan.
Tahun 2007, seorang tokoh Ahmadiyah di Indonesia menerbitkan buku dengan judul ”Syarif Ahmad Saitama Lubis, dari Ahmadiyah untuk Bangsa” (2007). Dijelaskannya kepercayaan kaum Ahmadi, yaitu: ”Imam Mahdi dan Isa yang Dijanjikan adalah seorang nabi yang merupakan seorang nabi pengikut atau nabi ikutan dengan ketaatannya kepada YM Rasulullah Saw. yang akan datang dan akan merubah masa kegelapan ini menjadi masa yang terang benderang.” Dan apabila Imam Mahdi itu sudah datang, maka diperintahkanlah umat Islam untuk menjumpainya, walaupun harus merangkak di atas gunung salju” (hal. 69).
Pada tahun 1989, Yayasan Wisma Damai – sebuah penerbit buku Ahmadiyah – menerjemahkan buku berjudul "Da’watul Amir: Surat Kepada Kebenaran", karya Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, khalifah Khalifah Masih II/Imam Jemaat Ahmadiyah (1914-1965). Buku ini aslinya dalam bahasa Urdu. Tahun 1961, terbit edisi Inggrisnya dengan judul ”Invitation to Ahmadiyyat”.
Buku ini menegaskan: ”Kami dengan bersungguh-sungguh mengatakan bahwa orang tidak dapat menjumpai Allah Ta’ala di luar Ahmadiyah.” (hal. 377). Umat Islam dipaksa untuk beriman bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dan Masih al-Mau’ud. Lalu, umat Islam diberi ultimatum: ”Jadi, sesudah Masih Mau’ud turun, orang yang tidak beriman kepada beliau akan berada di luar pengayoman Allah Taala. Barangsiapa yang menjadi penghalang di jalan Masih Mau’ud a.s, ia sebenarnya musuh Islam dan ia tidak menginginkan adanya Islam.” (hal. 374).
Sementara itu, bagi umat Islam, posisi kenabian Muhammad saw sebagai Nabi terakhir adalah ajaran final. Sepeninggal beliau saw, sudah tidak ada lagi Nabi, meskipun banyak sekali yang mengaku sebagai nabi. Dalam kaputusan tahun 1937, Majelis Tarjih Muhammadiyah mengutip hadits Rasulullah saw, “Di antara umatku akan ada pendusta-pendusta, semua mengaku dirinya nabi, padahal aku ini penutup sekalian nabi.” (HR Ibn Mardawaihi, dari Tsauban).
Tentu, bagi penganut paham 'Sipilis' tidak ada bedanya antara Mukmin dan Kafir. Tidak ada beda antara Tauhid dan Syirik. Bagi mereka, agama bukan hal penting. Yang penting adalah Kebebasan! Negara diminta bersikap Netral, tidak memihak antara Iman dan Kufur. Umat Islam juga diminta menghormati paham-paham yang menyimpang dari ajaran Islam. Semua dianggap sama, sederajat. Yang penting tidak mengganggu orang lain secara fisik. Bagi mereka, Iman tidak penting, sebab agama apapun dianggap sama saja; sebagai jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan – siapapun dan apapun Tuhannya.
*****
“The idea of God negates our freedom,” pekik seorang filosof terkenal Jean Paul Sartre. Dengan pengalaman sejarahnya yang kelam saat berinteraksi dengan agama (Kristen), peradaban Barat kemudian memutuskan untuk menolak campur tangan agama dalam kehidupan. Agama diletakkan sebagai soal privat semata. Meskipun, sebenarnya, prinsip ini pun juga tidak mutlak. Di Inggris, Raja Inggris tetap menjabat sebagai Kepala Gereja Anglikan. Di Swiss, umat Islam ditolak untuk membangun menara masjid. Wacana pelarangan cadar di sejumlah negara Eropa juga mencuat. Padahal, kata mereka, ini urusan privat, dan tidak boleh dicampuri negara.
Paham 'Kebebasan' (Liberty/Freedom) secara resmi digulirkan oleh kelompok Freemason yang mulai berdiri di Inggris tahun 1717. Kelompok ini kemudian berkembang pesat di AS mulai tahun 1733 dan berhasil menggulirkan revolusi tahun 1776. Patung liberty menjadi simbol kebebasan. Prinsip freedom dijunjung tinggi. Tahun 1789, gerakan kebebasan berhasil menggerakkan Revolusi Perancis juga dengan mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”. Pada awal abad ke-20, gerakan kebebasan ini menyerbu Turki Utsmani.
Karena trauma terhadap dominasi agama dalam kehidupan, orang-orang Barat, meskipun beragama Kristen, enggan menjadikan hukum-hukum agama sebagai pedoman hidup mereka. Para pengagum dan penjiplak konsep kebebasan ala Barat ini, kemudian ingin menerapkan begitu saja konsep itu ke dalam kehidupan kaum Muslim. Padahal, konsep kebebasan antara Barat dan Islam sangatlah berbeda. Islam memiliki konsep ”ikhtiyar” yakni, memilih yang baik. Umat Islam tidak bebas memilih yang jahat. Sebab, tujuan hidup seorang Muslim adalah menjadi orang yang taqwa kepada Allah. (lihat wawancara dengan Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud).
Sedangkan Barat tidak punya batasan yang pasti untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua diserahkan kepada spekulasi akal dan dinamika sosial. Perbedaan yang mendasar ini akan terus menyebabkan terjadinya ”clash of worldview” (benturan pandangan alam) dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dua konsep “kebebasan” yang kontradiktif ini tidak bisa dipertemukan. Sebab, tempat berpijaknya sudah berbeda. Maka seorang harus menentukan, ia memilih konsep yang mana. Ia memilih Islam atau liberal.
Kaum Muslim yang masih memegang teguh aqidahnya, pasti akan marah membaca novel The Satanic Verses-nya Salman Rushdie. Novel ini sungguh biadab; menggambarkan sebuah komplek pelacuran di zaman jahiliyah yang dihuni para pelacur yang diberi nama istri-istri Nabi Muhammad saw. Bagi Islam, ini penghinaan. Bagi kaum Liberal, itu kebebasan berekspresi. Bagi Islam, pemretelan ayat-ayat al-Quran dalam Tadzkirah-nya kaum Ahmadiyah, adalah penghinaan, tapi bagi kaum liberal, itu kebebasan beragama. Berbagai ucapan Mirza Ghulam Ahmad juga bisa dikategorikan sebagai penghinaan dan penodaan terhadap Islam. Sebaliknya, bagi kaum Liberal, Ahmadiyah adalah bagian dari ”kebebasan beragama dan berkeyakinan.” Bagi Islam, beraksi porno dalam dunia seni adalah tercela dan dosa. Bagi kaum Liberal, itu bagian dari seni dan kebebasan berekspresi, yang harus bebas dari campur tangan agama.
Jadi, pilihlah: menjadi Muslim atau Liberal?
Ditulis oleh Adian Husaini
Sumber: http://mustanir.net/
Senin, 26 November 2012
KISAH NYATA KEAJAIBAN-KEAJAIBAN DI JALUR GAZA
Bismillahir-Rahmaanir-Rahi
Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.
Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.
Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.
Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka “mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata kuno.
Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa “peristiwa aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnalis, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Berikut ini adalah rangkuman “kisah-kisah ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.
Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza ...
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya,
“Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?”
Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis.” Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.
Saksi Serdadu Israel ...
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang tentara Israel lainnya mengatakan,
“Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
Apakah pasukan berbaju putih itu adalah MALAIKAT bantuan Allah, sebagaimana Allah telah membantu dalam perang Badar dalam Al-Qur’an?
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". (QS. 8 : 9)
Suara Tak Bersumber ...
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesuatu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh ...
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga tidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa, “Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para mujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing ...
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Seorang mujahid Palestina menuturkan “kisah aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpati itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi “cerita keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu ...
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009).
Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu telah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Karena kekejaman zionis yahudi, semua makhluk Allah melawannya, Maha benar sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya:
Tidak akan terjadi hari kiamat, hingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, "Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak demikian), karena termasuk pohon Yahudi." (HR Muslim dalam Shahih Jami' Ash-shaghir no. 7427)
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.” (QS 8: 17-18)
Selamat Dengan Al-Qur’an ...
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengetahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf Al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al-Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid An-Nur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al-Qur’an tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah,
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,’ (Al-Baqarah [2]: 155-156).”
jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).
Harum Jasad Para Syuhada ...
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo.com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaimana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan,
“Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir ...
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal Al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) Al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000 ...
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza.
“Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.”
- Dari berbagai sumber -
***
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah ...
Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share' dan undang teman-temanmu gabung dengan klik 'Suggest to Friends
Minggu, 25 November 2012
( HIKMAH ) RUMUS RAHASIA KEHIDUPAN, DARI RASULULLAH SAW
Riwayat Sunan Darimi 2613) Dari Sufyan dari ayahnya dari Abu Yala dari Ar Rabi bin Khutsaim dari Abdullah ia berkata; Rasulullah SAW pernah membuatkan kami garis berbentuk persegi empat. Kemudian beliau membuat sebuah garis di tengahnya, lalu membuat beberapa garis di sekitarnya dan membuat sebuah garis yang berada di luar garis tengah itu
. Beliau pun bersabda: Ini adalah manusia, yaitu garis tengah, ini adalah ajal yang mengelilingnya. Ini adalah hal-hal yang akan terjadi (pada manusia, berupa bala, ujian, dan cobaan sewaktu di dunia) pada garis-garis ini. Jika tidak terkena satu garis, maka akan digigit (terkena) garis yang lain (bala dan cobaan itu akan selalu datang silih berganti tanpa henti). Dan ini adalah harapan, yaitu garis yang berada di luar.
(Shahih Bukhari 5938) Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadll telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Said dari Sufyan dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Mundzir dari Rabi bin Khutsaim dari Abdullah radliallahu anhu dia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan menggaris tengah dipersegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut, serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut. Lalu beliau bersabda: Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah mengitarinya atau yang mengelilinginya dan yang di luar ini adalah cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya, jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainya.
Manusia gak ada final kepuasan dalam kehidupannya, yang ada angan-angan akan timbul lagi bila yg lain tercapai. Boleh jadi Abu Bakar Shiddiq, Ustman Bin Affan, Abdurrahman Bin Auf kita terpesona dengan infaq di jalan Allahnya padahal mereka kaya raya (Lihat kisah mereka dibeberapa posting sebelumnya) ternyata kaya hartapun tidak membuat mereka panjang angan-angan. Akhirat tetap diprioritaskan, berkah hidup tetap mengiringi. Hatinya penuh menuju persiapan menghadap Allah kelak.
Banyak manusia tampak senang didunia, padahal jiwanya tidak, harinya yang ada pusing dengan pengejaran dunianya yang tidak ada habisnya akhirnya terbudak, ketakutan akan kebangkrutan, kecemasan dengan kemiskinan, bisnis mengejar target membabi-buta hingga tidak wajar seperti dikejar hutang, sedangkan hati dan ahlak tidak ada perbaikannya. Dan mereka yang tenang yang memahami Allah SWT yang terbaik, prioritasnya adalah Allah, dan tuntunan Nabi serta shahabat agar tidak salah jalan.
(Shahih Bukhari 5938) Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadll telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Said dari Sufyan dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Mundzir dari Rabi bin Khutsaim dari Abdullah radliallahu anhu dia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah membuat suatu garis persegi empat, dan menggaris tengah dipersegi empat tersebut, dan satu garis di luar garis segi empat tersebut, serta membuat beberapa garis kecil pada sisi garis tengah dari tengah garis tersebut. Lalu beliau bersabda: Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya yang telah mengitarinya atau yang mengelilinginya dan yang di luar ini adalah cita-citanya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya, jika ia berbuat salah, maka ia akan terkena garis ini, jika berbuat salah lagi maka garis ini akan mengenainya.
Manusia gak ada final kepuasan dalam kehidupannya, yang ada angan-angan akan timbul lagi bila yg lain tercapai. Boleh jadi Abu Bakar Shiddiq, Ustman Bin Affan, Abdurrahman Bin Auf kita terpesona dengan infaq di jalan Allahnya padahal mereka kaya raya (Lihat kisah mereka dibeberapa posting sebelumnya) ternyata kaya hartapun tidak membuat mereka panjang angan-angan. Akhirat tetap diprioritaskan, berkah hidup tetap mengiringi. Hatinya penuh menuju persiapan menghadap Allah kelak.
Banyak manusia tampak senang didunia, padahal jiwanya tidak, harinya yang ada pusing dengan pengejaran dunianya yang tidak ada habisnya akhirnya terbudak, ketakutan akan kebangkrutan, kecemasan dengan kemiskinan, bisnis mengejar target membabi-buta hingga tidak wajar seperti dikejar hutang, sedangkan hati dan ahlak tidak ada perbaikannya. Dan mereka yang tenang yang memahami Allah SWT yang terbaik, prioritasnya adalah Allah, dan tuntunan Nabi serta shahabat agar tidak salah jalan.
Senin, 19 November 2012
Minggu, 18 November 2012
Nasib Kaum Yahudi Di Akhir Zaman
Nasib Kaum Yahudi Di Akhir Zaman oleh Ust. Ihsan Tandjung
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ
حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah Saw. bersabda:
"Kamu semua akan membunuh orang-orang Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka sehingga batu akan berkata: Wahai kaum Muslim..! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia." (HR Muslim)
belajar dari radio krph
- “Hadits Arba’in ke-12: Meninggalkan Hal-hal Yang Tidak Bermanfaat” (Ust. Sholihun)
- “Manakah yang lebih Utama Puasa Syawal atau Mengganti Puasa Ramadhan” (Ust. Talqis Nurdiyanto, Lc.)
- “Menggapai Surga dengan Ilmu” (Ust. Arif Rif’an, S.HI., M.SI.)
- “Menjaga Ibadah Dikala Safar Bagi Muslimah” (Ustzh. Mimi Rahmasari, Lc.)
- “Tafsir QS. Al Qodr: Menggapai Malam Lailatul Qodr” (Ust. Nashir Harist, Lc.)
- “Iman dan Cabang-cabangnya #2″ (Ust. Sholihun.)
- “Adab Menuntut Ilmu bagi Muslimah” (Ust. Talqis Nurdiyanto, Lc.)
- “Menentang Liberalisasi Pemikiran dalam Islam, Bagaimana Sikap Umat Islam Seharusnya?” (Ust. Arif Rif’an, M.SI.)
- “Bagaimana Ulama-ulama Salaf Menikmati Qiyamul Lail” (Ust. Ulin Nuha, Al Hafidz.)
- “Tafsir QS. An Nisa 149-152: “Memaafkan Kesalahan Orang Lain” (Ustzh. Mimi Rahmasari, Lc.)
- “Tafsir QS. Ali Imron 133-134: “Bersegera Mencari Ampunan Allah” (Ust. Syafi’i Masykur, M.Hum.)
- “Al Aqsha Memanggil: “Shalahuddin Al Ayubi – Sang Penakluk Tanah Palestina” (Ust. Salim A. Fillah)
- “Shiroh Shohabiyah: ‘Latifah Ibunda Imam Syafi’i – Seorang Ahli Ibadah yang Cemerlang Pemikirannya’” (Ustzh. Asri Widiarti, S.Si.)
- “Hikmah Ramadhan untuk 11 Bulan Berikutnya” (Ust. Didik Purwodarsono)
- “Jelajah Hati: Mendiagnosas Ujub, Riya’ dan Sombong di Dalam Diri” (Ust. Syatori Abdurrouf)
- “Ketika Akhwat Ragu dan Takut untuk Menikah” (Uszh. Umi Munawiroh, S.Sos.)
- “Kitab Riyadush Shalihin, Bab: Perintah Menjaga Sunnah dan Adab-adabnya” (Ust. Sholihun)
download KRPH YUK radio
- Sholat Sebagai Barometer Manajemen Waktu (Ust. Basuki Abdurrahman, M.Si.)
- Qoshoshun Nisa’ Fil Qur’anil Karim: “Istri Nabi Ayub yang Setia dan Sabar” (Ust. Talqis Nurdiyanto, Lc.)
- Jelajah Hati: “Marhaban Yaa Ramadhan, Bersiap Menyambut Tamu Allah” (Ust. Syatori Abdurrouf)
- Jihad dan Dakwah: “Menjadi Aktivis Setelah Menikah” (Ust. Salim A. Fillah)
- Shiroh Shohabiyah “Siapakah Mariyah Al-Qibtiyah” (Ustzh. Asri Widiarti, S.Si.)
- Tafsir QS. Al Muzzammil 1-10 (Ust. Nashir Harist, Lc.)
- Ketika Ta’aruf Menjadi Kendala (Ust. Fadli Reza Noor, ST.)
- Agar Tumbuh Kembang Anak Sesuai Syari’at (Ustzh. Nunung Bintari)
- Merajut Ukhuwah untuk Kemenangan Dakwah (Ust. Abdullah Sunono)
- Peran Muslimah di Ranah Publik (Ust. Sholihun)
- Berkenalan dengan NAM (New Age Movement) dan Cabang-cabangnya #2″ (Ust. Syarif Baraja)
- Paham Liberalisme dan Pluralisme Menggurita. Bagaimana dengan RUU Kesetaraan Gender? (Ust. Arif Rif’an, M.SI.)
- Ketika Wanita Meminang Pria (Ustzh. Umi Munawiroh, S.Sos.)
- “Iman dan Cabang-cabangnya #1″ (Ust. Sholihun)
- “Hadits Arba’in Ke-29: Amalan yang Menghantarkan ke Surga” (Ust. Didik Purwodarsono)
- “Terangi Ramadhan dengan Cahaya Al Qur’an” (Ust. Talqis Nurdiyanto, Lc.)
- “Al Aqsha Memanggil: Apa Kabar Palestina” (Ust. Dr. Muqoddam Chalil [Ketua KNRP Pusat])
- “Jangan Resah, Ada Allah” (Ust. Fadli Reza Noor.)
- “Kajian Pemikiran Islam: Kejayaan Islam dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan” (Ust. Arif Rif’an, S.HI., M.SI.)
- “Ketenangan Hati dalam Iman” (Ustzh. Mimi Rahmasari, Lc.)
- “Tafsir QS. Al A’laa, ayat 1-19″ (Ust. Nashir Harist, Lc.)
- “Menggali Hikmah Dari Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW” (Ust. Syafi’i Masykur, M.Hum.)
- “Ulama-ulama Wanita Generasi Tabi’it Tabi’in #2″ (Ust. Sholihun)
- “Agar Tidak Berguguran di Jalan Dakwah” (Ust. Adi Abdillah, S.IP.)
- Parenting: “Menjadi Orang Tua Teladan Anak dan Masyarakat #2″ (Ust. Didik Purwodarsono)
- Shiroh Shohabiyah: “Maimunah binti Al Harits, Wanita yang Menjaga Izzah dan Kemuliaan Islam” (Ustzh. Asri Widiarti, S.Si.)
- Kitab Riyadhush Shalihin (Ust. Sulkhan Zainuri, Lc.)
Langganan:
Postingan (Atom)