Sudah bukan rahasia lagi, sejarah negara Amerika yang mencoba menjadi penguasa dunia dibangun oleh kebohongan dan ketidakjujuran. Untuk melanggengkan kekuasaannya di kancah politik global, pemerintahan kapitalis Amerika melakukan berbagai cara agar kepentingan-kepentingan politiknya tercapai. Salah satunya adalah memanfaatkan media. Di dalam buku Kuasa Media terbitan Pinus Jogjakarta (2005), Noam Chomsky, seorang tokoh yang kerap melancarkan kritiknya mengenai kebijakan pemerintah Amerika menguraikan dengan jelas modus mereka melancarkan propaganda media.
Setidaknya, ada tiga cara pemerintahan Amerika dalam memanfaatkan media untuk kepentingan mereka. Diantaranya,. Pertama dengan industri humas. Industri humas Amerika di desain dan didanai untuk mengontrol opini publik. Jadi, beberapa industri humas tidak independen, tetapi bekerja untuk kepentingan pemerintahan Amerika. Mereka memanfaatan Sumberdaya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi dalam bidang tersebut untuk mematahkan setiap opini yang berseberangan dengan kepentingan Amerika, termasuk menghambat opini-opini yang tidak menyepakati kepentingan-kepentingan mereka.
Kedua, merekayasa opini. Di dalam sejarah Amerika, rakyat pernah dipaksa untuk menyepakati perang. Rakyat yang kebanyakan anti perang berkat rekayasa opini yang dilakukan, kemudian diarahkan untuk menyepakati perang (Kasus perang Dunia II).
Ketiga, memelintir sejarah. Di dalam sebuah kasus perang, usaha yang dilakukan adalah dengan memelintir sejarah. Yaitu merekayasa keadaan hingga ketika pemerintah Amerika melakukan serangan dan menghancurkan satu pihak, seakan-akan sedang melindungi dan mempertahankan diri dari para penyerang atau monster penghancur dan seterusnya.
Ketiga hal tersebut yang bisa saya tangkap dalam buku kecil tersebut. Setidaknya, apa yang telah ditulis Chomsky ini sedikit memberikan pencerahan dan menyadarkan pembacanya bagaimana media cukup efektif dalam rangka merekayasa sebuah opini. Sehingga, ketika kita membaca berita asing (yang juga sering disiarkan media kita) perlu kiranya disikapi dengan kritis dan skeptis agar kita bisa menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Di sisi lain, seolah kita diingatkan untuk mempelajari studi media agar kita bisa cermat dalam memahami kebenaran sebuah berita atau opini yang dilancarkan pihak asing (Barat). Maka, mempelajari metode penelitian media seperti analisis framing, wacana atau semiotika dan beberapa setudi media lainnya itu perlu untuk membantu kita mengungkap bias media sehingga kebenaran sebuah peristiwa bisa kita temukan. (Yons Achmad)
|
KOMENTAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar