Sabtu, 22 September 2012

TETAP SEMANGAT



Doa jangan bosenan, minta sama Allah kok bosen yang punya sgalanya pemilik dunia dan akhirat, doa sama Allah pasti didenger dah...cuma Allah yang maha tahu yang paling baik bagi kita, hikmahnya teramat luaaas bagi mereka yg beriman, gak dikabulpun ada pasti ada kebaikan asal kita ikhlas, jadi pahala juga so pasti bro..khidupan dan segala isinya juga dikasih buat kita agar kita ibadah dan amanah ngejalanin hidup sesuai aturan-Nya, perhatiin agama Islam ngaturin tuh semuanya jgn ampe kita malah pake aturan dari buatan2 orang sbg bukti kt sbg hamba Allah, bukan hamba orang, dan hamba pemikiran orang jg pemikiran sendiri, maha suci Allah dari kesalahan dan alfa, Islam naungin semua umat, bukan malah alesan gak pake Islam karena semua berbeda2, emgnya Allah gak tau ciptaannya juga beda? Jaman Nabi pake Syariat Islam didalemnya jg banyak agama laen, ngebesarin Allah beri dampak untuk semua, jadi gimana hubungannya Ust
adz ? terusin doanya bertubi-tubi jadiin Allah harapan terbesar setelah kita ngebesarin Allah, kage rugi ngarep sama Allah..

Ada suatu riwayat seorang hamba Allah menerima pahala segunung, itu hamba bengong, sambil mikir dan nanya ini amal saya yang mana ya ? kemudian dia diberi tahu bahwa itulah hasil doanya selama didunia, mantep tho ? di akhirat selamat karena doa ? karena disanaalah keselamatan, keabadiaan,kenikmatan tertinggi yg gak ada bandingannya sama kenikmatan apapun didunia..Subhanallooh...Tetep semangat, siap2 ashar, yg sempet tulisin takbir tasbih di koment yaa sebanyak2nya biar jadi rahmat bagi kita, dibukain hati kita saudara kita agar kebuka bener2 dengan kebesaran Allah SWT...Subhanallaah, walhamdulillaah, walaaa ilaaha ilallaah, Allaahuakbar

50.000 TAHUN DI AKHIRAT



Dari Nu`man Bin Basyir ra: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya seringan-ringan siksaan penghuni Neraka pada hari Qiamat ialah seseorang yang diletakkan di bawah dua telapak kakinya dua bara api neraka sehingga mendidih otak yang ada di kepalanya.(dari sebab panasnya kedua bara api neraka tersebut) Dia mengira bahawa tidak ada orang lain yang lebih dashy
at siksaan daripadanya, padahal dialah orang yang paling ringan siksaannya”. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim). Jangan anggap ringan. Sebab meski disiksa sehari di neraka, kita harus paham bahwa 1 hari di akhirat itu kadarnya sama dengan 50.000 tahun di bumi, dalam Al Qur'an disebutkan,“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” [Al Ma'aarij 4]

Hadist Nabi SAW: Barangsiapa yang memiliki tabungan ( harta yang berlimpah ) lalu tidak mengeluarkan kewajibanya maka Allah akan menjadikannya pa
da hari kiamat dibakar di neraka jahanam lalu disetrika punggungnya, pinggirnya, depannya sampai menghukum semua hamba-hambaNya yang bila dihitung satu harinya di akhirat sama dengan hitungan kalian di dunia 50.000 tahun… (HR Abu Daud, Ahmad, AtTirmidzi, Annasai ) Divonis penjara 20 tahun saja orang banyak yang pingsan, bagaimana jika disiksa dengan api neraka selama 50.000 tahun di dunia?

Orang-orang yang beriman senantiasa takut dengan siksa Allah.

Rasulullah saw sendiri pernah bersabda kepada para sahabatnya, bila kamu melihat apa yang aku lihat niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Karena kefahaman mereka akan ngerinya siksa neraka para sahabat yang mendengarpun kontan menangis di depan Rasulullah saw.

Abu Bakar ash Shiddiq seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah saw sendiri pernah berharap menjadi seekor burung, sehingga tidak perlu bertanggung-jawab atas perbuatannya di dunia. Padahal beliau termasuk orang yang banyak beramal shaleh. Bersedekah seluruh hartanya tanpa sisa, setiap shalatnya nyaris dengan tangis dimatanya, hingga para sahabat pernah keberatan saat ia menjadi Imam shalat, karena bacaannya tertutupi dengan tangisnya.

Takut kepada Allah dengan sebenarnya. Karena orang yang takut kepada Allah itulah yang mendapat ampunan dan pahala yang besar: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” [Al Mulk 12]
Bagaimanakah dengan rasa takut kita hari ini ?

Jumat, 21 September 2012

Jama’ah... Oo... Jama’ah...




Judul di atas bukannya ikut-ikutan gayanya salah seorang ustadz di televisi lho ya. Ini memang topik artikel kita edisi ini. Yupz...kita memang akan menggali sedikit dari keutamaan sholat berjama’ah.

Kamu rajin sholat berjama’ah kan? Harus itu. Soalnya rugi banget nih sahabat, kalau kita sampai melewatkan sholat berjama’ah. Nih sabda Rasulullah saw :
“Barangsiapa berangkat ke masjid, maka satu langkah menghapus satu keburukan, dan satu langkah ditulis satu kebaikan, di saat pergi dan pulang.” 
(HR. Ahmad, no: 6599, 10/103, dari Abdulloh bin Amr bin Al-Ash, dishohihkan syaikh Ahmad Syakir)

Tuh, mantep banget kan. Jadi kalau ingin dosa kita diampuni, pahala (kebaikan) ditambah, plus dinaikkan derajat, maka rajin-rajin deh sholat jama’ah. Atau mungkin ada yang ingin booking tempat di surga? Ini sabda Rasulullah saw lagi :
“Barangsiapa pergi di waktu pagi ke masjid, dan pergi di waktu sore, Alloh menyiapkan baginya tempat tinggalnya di sorga setiap dia pergi di waktu pagi dan di waktu sore.“
(HR. Bukhori, no: 662, dari Abu Huroiroh)

Hayo, jadi pengen kan?
Selain itu, sholat berjama’ah juga lebih baik 27 kali lipat daripada sholat sendirian. Jauh banget kan perbandingannya. Bahkan pahala yang diobral ini pun tidak sekedar untuk sholatnya saja, tapi juga untuk jalan ke masjid, duduk menunggu waktu sholat, dan juga mengisi shaf pertama. Rasulullah saw bersabda :
“Seandainya manusia mengetahui (keutamaan) yang ada pada adzan dan shof awal, lalu mereka tidak akan mendapatkannya kecuali mereka melakukan undian padanya, pastilah mereka melakukan undian. Dan  seandainya mereka mengetahui (keutamaan) bersegera (ke masjid), sungguh mereka pasti berlomba padanya. Dan  seandainya mereka mengetahui (keutamaan) yang ada pada (sholat) ‘atamah (isya’) dan shubuh, sungguh mereka pasti mendatangi keduanya, walaupun merangkak.”
(HR. Bukhori, no: 615, dari Abu Huroiroh)

So...jangan sampai ketinggalan sholat jama’ah ya... Rugi deh!!
------------------------------------------ ########## ------------------------------------------
Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan berwudhu’ untuk shalat lima waktu (secara berjama’ah di masjid), maka pahalanya seperti pahala orang berhaji yang memakai kain ihram.
(HR. Abu Dawud no. 554, dan di hasankan oleh Asy Syaikh Al Albani)
------------------------------------------ ########## ------------------------------------------
Jadwal kajian masjid Nurul Islam :
Selasa ba’da ‘Isya à kajian Fikih bersama Ust. Busyroni Majid
Sabtu ba’da Shubuh à kajian Tafsir Al-Qur’an bersama Ust. Syatori AR.
Ahad ba’da ‘Ashar à Tematik bersama Ust. Awan Abdullah & Ust. Adi Abdillah
Pastikan dirimu ikut ya... ^_^

Oya, kalau sahabat semua ingin meng-copy file-file kajian Islam (audio & video) dari berbagai ustadz dan berbagai tema, atau file-file murattal, FPM Nuris punya filenya lho. Silakan siapkan flashdisk atauharddisk eksternalmu, lalu hubungi (mas Adib) di Perpustakaan Masjid Nurul Islam. It’s free...

Yuk...Benahi Diri dengan Shalat Tepat Waktu..



Suatu hari, seorang Bapak berbincang dengan penjaga keamanan.
Penanya : “Kerja di sini digaji pak?”
Satpam : “Iya dong pak.”
Penanya : “Alhamdulillah ya, masih bisa kerja dan digaji. Sementara ada orang lain yang nggak punya pekerjaan apalagi digaji”
Satpam : “Iya sih, pak. Tapi, Saya bosan Pak, sudah 7 tahun begini terus … jadi satpam aja. Gaji pun naik ala kadarnya.”
Penanya : “Ooo...begitu ya Pak. Oh iya, sudah sholat Pak?”
Satpam : “Belum. Nanti aja, tanggung. Jam 5-an aja deh.”
Penanya : “Wah, sekarang jam 3-an, waktunya Ashar.
Kalau Bapak sholat jam 5 berarti menunda sholat 2 jam.
Kalau satu hari ada 5 waktu sholat, rata-rata Bapak menunda 5 x 2 jam = 10 jam.
Artinya Satu minggu Bapak menunda 7 x 10 jam = 70 jam.
Satu bulan 4 x 70 jam = 280 jam.
Satu tahun Bapak menunda 12 x 280 jam = 3360 jam.
Dan akhirnya selama 7 tahun Bapak telah menunda sholat selama 7 x 3360 jam = 23.520 jam atau sama dengan 3 tahun.
Nah, jadi dari 7 tahun yang Bapak merasa bosan itu, Bapak telah kehilangan 3 tahun menunda sholat.”
Satpam : “Wah, iya-ya Pak. Banyak banget ya.”
Penanya : “Iya Pak. Wajar kalau rezeki Bapak tertunda juga.”
Satpam: (Merenung)
Penanya : “Sholat tepat waktu yuk Pak. Kalau sudah bisa, sholatlah berjama’ah. Kalau sudah bisa, tambahkan dengan yang sunnah. Kalau sudah bisa, lengkapi dengan sholat Dhuha dan Tahajud. Lalu sempurnakan dengan sedekah.”
Satpam : “Iya Pak, astaghfirullah. Jadi selama ini saya sendiri yang menjadi penyebab tertundanya rezeki Allah turun.”


Masih sering nunda shalat ya, Sahabat?
Waduh, jangan deh. Karena sholat adalah perkara yang amat-teramat-sangat penting sekali. Shalat merupakan persoalan pertama yang akan ditanyakan oleh Allah di pengadilan akhirat kelak nanti, karena itu mestinya shalat menjadi sumber motivasi utama bagi seorang muslim untuk jalani kehidupan. Bahkan shalat juga bisa menjadi indikasi kualitas diri seseorang lho. Kalau shalat seseorang itu benar (tepat waktu, rukun terpenuhi, khusyu), insya Allah semua aktivitas orang itu benar juga. Tapi kalau shalatnya aja udah bermasalah (bolong-bolong, ga tepat waktu, wudhu asal-asalan, pakaian terkena najis, nggak sampai satu menit udah salam), bisa jadi aktivitasnya di luar itu juga banyak masalahnya.
Memang ada banyak faktor yang membuat kita suka menunda-nunda shalat, mulai dari faktor internal semacam rasa malas, merasa nanggung, lagi laper, ketiduran, dan badmood, sampai faktor eksternal seperti terjebak macet, masih rapat, jaga dagangan, film lagi seru-serunya, deadline kerja, asyik ngobrol, dllsb.
Coba Sahabat perhatiin deh, kalau kita niat tepat waktu... apapun pasti bisa terlaksana kan? Nonton bola tengah malam aja bisa kebangun tepat waktu kalau emang niat. Masa’ untuk sholat gak bisa sih?
Nah, melalui rubrik ini FPM Nurul Islam pengen ngajak Sahabat semua untuk sama-sama kita benahi sholat kita. Supaya kelak amalan kita bisa jadi lebih baik, lebih berkualitas, dan bisa menolong kita kelak di Hari Perhitungan. Tungguin artikel selanjutnya yaa... ^_^

------------------------------------------ ########## ------------------------------------------
Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
------------------------------------------ ########## ------------------------------------------
Manusia memang aneh...
Ia menuntut do'a agar cepat dikabulkan, tapi saat Allah memanggilnya melalui adzan ia tak kunjung datang.
Inginnya masuk surga duluan, tapi kalau shalat sukanya di shaf paling belakang.

Sabtu, 08 September 2012

menundukan pandangan


Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Di antara fitnah yang sering dihadapai oleh seorang pria dalam kehidupan ini adalah fitnah memandang kepada wanita (yang bukan mahromnya) dan fitnah ini ditemuinya di pasar, di jalan-jalan, di tempat-tempat umum, di majalah dan koran-koran serta tempat-tempat lainnya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim  di dalam kitab shahihnya dari Usamah bin Zaid RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Aku tidak meninggalkan suatu fitnah sepeninggalku yang lebih bahaya terhadap lelaki dari fitnah wanita”. [1]

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al-Khudri bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Sesungguhnya dunia ini sangat manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai pemimpin di dalamnya, maka takutlah kepada dunia ini, dan takutlah kepada wanita sebab fitnah pertama yang terjadi pada kaum Bani Isra’il adalah fitnah wanita”.[2]

Di antara perkara yang bisa membantu seseorang agar terhindar dari fitnah wanita adalah:

Pertama: Mempelajari nash-nash Al-Qur’an yang memerintahkan seorang mu’min untuk selalu menjaga pandangan dan mengharamkan pandangan yang bebas. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. Al-Nur: 30)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Telah ditetapkan bagiannya bagi Anak Adam dari zina, dia pasti akan mendapatkannya, zina mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memegang, zina kaki adalah melangkah sementara hati ingin dan berangan-angan lalu hal tersebut  dibenarkan oleh hati atau didustakannya”.[3]

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jarir bin Abdullah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tentang pandangan yang terjadi secara tiba-tiba maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku”.[4]

Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Ibnu Buraidah dari bapaknya berkata: Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti suatu pandangan dengan pandangan yang lain, sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan bagimu padangan yang selanjutnya”.[5]

Kedua: Seorang hamba menghadirkan di dalam dirinya bahwa Allah melihatnya, dan Allah mengetahuinya agar dia malu kepada -Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. (QS. Qaf: 16)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS. Ghafir: 19)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isro’: 36).

Disebutkan di dalam sebuah hadits pilihan dari Sa’id bin Zaid bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: Berikanlah kepadaku suatu wasiat!. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku berwasiat kepadamu agar engkau malu terhadap Allah sebagaimana dirimu malu terhadap seorang yang shaleh di tengah-tengah kaummu”.[6]

Ketiga: Hendaklah seorang hamba mengingat akan kesaksian matanya terhadap keburukan dirinya pada hari kiamat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Fushshilat: 20)

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas RA berkata: Kami berada di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau tertawa dan bersabda, “Apakah kalian mengetahui kenapa saya tertawa?. Anas berkata: Kami menjawab: Allah dan Rasul -Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tertawa karena komunikasi seorang hamba dengan Tuhanya, dia berkata: Ya Allah Tuhanku, tidakkah engkau telah menjagaku dari kezaliman?. Rasulullah bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Benar”. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku tidak membolehkan terhadap diriku kecuali saksi dari diriku. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Cukuplah pada hari ini bahwa dirimu sebagai saksi dan malaikat penulis sebagai saksi, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Maka mulutnya pun ditutup, lalu dikatakan  bagi anggota tubuhnya: Berbicaralah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka anggota badannya pun berbicara membuka tentang semua amal yang pernah dilakukannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Lalu dia dibiarkan antara dirinya dan kesaksian tersebut. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Maka lelaki tersebut berkata: Menjauhlah kalian dan pergilah, apakah tentang kalian aku berbantah-bantahan”.[7]

Keempat: Seorang hamba harus menghadirkan manfaat dan buah dari menundukkan pandangan. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata tentang manfaat menundukkan pandangan: Di antara manfaat manundukkan pandangan adalah:

Menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah. Di mana padanyalah puncak kebahagian seorang hamba di dalam hidupnya di dunia dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al-Ahzab: 71)

Menundukan pandangan akan menghalangi sampainya sasaran panah beracun yang menembus hatinya dan bisa jadi dengan hal itu dia binasa. Seorang penyair pernah berkata:
Banyak pandangan yang menghancurkan hati pemiliknya

Seperti membunuhnya panah, padahal dia tanpa busur dan tali

Menundukkan pandangan akan melahirkan kesenangan di dalam hati, kelapangan dada dan kelezatan yang melebihi kesenangan yang muncul akibat memandang, hal itu terwujud dengan meunndukkan musuhnya dengan cara menentang kehendak hawa nafsu.[8] Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Abi Qotadah dan Abi Dahma bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagimu dengan sesuatu yang lebih baik darinya”.[9]
Menundukkan pandangan akan mendatangkan cahaya bagi hati, sebagaimana melepaskan pandangan akan menyebabkan kegelapan bagi hati, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan ayat tentang cahaya setelah perintah untuk menundukkan pandangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. (QS. Al-Nur: 35)

Maksudnya adalah perumpamaan cahaya Allah di dalam hati hamba -Nya yang menejalankan perintah -Nya dan menjauhi larangan -Nya, lalu apabila hati telah terang benderang maka kebaikan akan datang kepadanya dari segala penjuru sebgaimana saat hati itu menghitam maka kabut bencana dan keburukan akan menghampirinya dari segala arah”.[10]

Kelima: Menikah adalah obat yang paling manjur dan bermanfaat dalam menanggulangi masalah ini. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu maka hendaklah dia menikah, sebab hal itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan”.[11]

Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh pandangan yang membawa kepada keburukan. Diriwyatkan oleh Al-Bukahri di dalam kitab Al-Adabul Mufrod dari hadits Syakl bin Humaid RA bahwa dia berkata: Aku berkata wahai Rasulullah ajarkanlah kepada diriku sebuah do’a yang bisa bermanfaat bagiku. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Katakanlah:

))اللهم عافني من شر سمعي وبصري ولساني وقلبي وشر مني((

Ya Allah lindungilah diriku dari kejahatan pendengaranku, pengelihatanku, lisanku, hatiku dan keburukan maniku”.[12]

Sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam: “Dan pengelihatanku”. Agar aku tidak memandang kepada yang haram. Di dalam hadits ini dijelaskan tentang disyari’atkannya berlindung kepada Allah Ta’ala agar kita dijauhkan dari kejahatan pendengaran, pengelihatan, lisan dan hati serta mani, sebab semua indra ini diciptakan oleh Allah dalam rangka ketaatan.[13]

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Oleh: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

[1] Al-Bukhari: 5096 dan Muslim: no: 2740

[2] HR. Muslim: no: 2742

[3] HR. Muslim: no: 2657 dan Al-bukhari:  no: 6243

[4] HR. Muslim: no: 2459

[5] Sunan Abu Dawud no: 2149

[6] Al-Ahadits Al-Mukhatarah: 3/299 no: 1099 dan dishahihkan oleh Albani di dalam kitab shahihul jami’us shagir: 1/498 no: 2541

[7] HR. Muslim di dalam kitab shahihnya: no: 2969

[8] Al-Jawabul kafi liman sa’ala anil dawa’is syafi. Halaman: 158

[9] Musnad Imam Ahmad: 5/363

[10] Al-Jawabul kafi liman sa’ala anil dawa’is syafi. Halaman: 158

[11] HR. Muslim:  no: 1400 dan Al-Bukhari: no: 5066

[12] Al-Bukhari: 663 dan ABU Dawud no: 1551 dan dishahihkan oleh Albani di dalam kitab shahih ababul mufrod

[13] As-Syarhul mumti’: 4/22

Jumat, 07 September 2012

Mutiara hikmah dari panggung sejarah Islam #3: Mereka yang selalu merindukan masjid


(Arrahmah.com) - Orang-orang shalih sejak zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa salam, sahabat radhiyallahu 'anhum, tabi'in, tabi'it tabi'in dan generasi setelah mereka sampai akhir zaman nanti dikenaI sebagai orang-orang yang hatinya "bergantung" dengan masjid. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid dan menjaga pelaksanaan shalat wajib berjama'ah di masjid di awal waktu.
Inilah kisah ketauladanan seorang penghulu ulama tabi'in, ulama senior Madinah dan menantu sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang bernama imam Sa'id bin Musayyib bin Hazn Al-Makhzumi Al-Qurasyi Abu Abdillah. Kedalaman ilmunya dan keshalihan amalnya membuatnya dijuluki sebagai sayyidut tabi'in (pemimpin generasi tabi'in), faqihul fuqaha' (pemimpin seluruh ulama fiqih) dan 'alimul 'ulama' (gurunya seluruh ulama).
Imam Sa'id bin Musayib begitu antusias dalam menjaga shalat berjama'ah di masjid di awal waktu, sampai-sampai selama empat puluh tahun penuh ia telah memasuki masjid sebelum muadzin mengumandangkan adzan. Bard maula Sa'id bin Musayib berkata, "Tidaklah dikumandangkan panggilan untuk shalat selama empat puluh tahun, kecuali Sa'id bin Musayyib telah berada di masjid."
Abu Harmalah meriwayatkan dari Said bin Musayib bahwa ia berkata, "Aku tidak pernah ketinggalan shalat berjama'ah selama empat puluh tahun."
Utsman bin Hakim meriwayatkan dari Said bin Musayib bahwa ia berkata, "Tidaklah seorang muadzin mengumandangkan adzan selama tiga puluh tahun, melainkan aku telah berada di dalam masjid." (Siyar A'lam An-Nubala', 4/221)
Inilah kisah ketauladanan dari seorang ulama tabi'in dan ahli ibadah dari Damaskus yang gugur di medan jihad di Afrika, imam Rabi'ah bin Yazid Abu Syu'aib Al-Iyadi Ad-Dimasyqi yang terkenal dengan julukan Al-Qashir. Abdurrahman bin Amir berkata: "Aku telah mendengar Rabi'ah bin Yazid berkata: "Tidaklah muadzin mengumandangkan adzan shalat Zhuhur sejak empat puluh tahun yang lalu, melainkan aku sudah berada dalam masjid, kecuali saat aku sakit atau bepergian jauh." (Siyar A'lam An-Nubala', 5/240)
Tidak heran apabila Allah Azza wa Jalla memuliakan sang imam semasa hidup maupun sesudah meninggalnya. Imam yang shalih ini gugur dalam jihad di Afrika, saat pasukan Islam yang dikomandani oleh Kultsum bin Iyadh berperang melawan kaum musyrik Barbar pada tahun 123 H.
Inilah kisah ketauladanan seorang ulama besar hadits dan pakar ilmu al-jarh wat ta'dil yang kesohor, imam Yahya bin Sa'id Al-Qathan Abu Sa'id At-Tamimi Al-Bashri. Ia seorang ulama besar hadits pada abad dua hijriyah, yang digelari oleh para sejarawan dan ulama hadits sebagai al-imam al-kabir (ulama besar) dan amirul mu'minin fil hadits (khalifah kaum muslimin di bidang hadits).
Yahya bin Sa'id Al-Qathan dikenal sebagai ulama yang ahli ibadah. Seorang muridnya yang juga ulama hadits, Bundar bercerita: "Saya telah belajar kepada Sa'id bin Yahya selama lebih dari dua puluh tahun. Selama itu, aku tidak pernah melihatnya berbuat maksiat walau hanya sekali."
Ulama besar di bidang hadits yang juga pakar di bidang jarh wat ta'dil, imam Yahya bin Ma'in berkata: "Selama dua puluh tahun, Yahya bin Sa'id selalu mengkhatamkan Al-Qur'an setiap malam."
Adapun kesungguhannya dalam menjaga shalat berjama'ah di masjid, imam Yahya bin Ma'in menuturkan, "Sesungguhnya Yahya bin Ma'in tidak pernah luput dari tergelincirnya matahari (shalat Zhuhur berjama'ah) di masjid selama empat puluh tahun." (Siyar A'lam An-Nubala', 9/181)
Subhanallah. Seorang ulama yang begitu menjaga shalat berjama'ah di masjid selama hidupnya. Dan tahukah Anda, bagaimana kisah meninggalnya sang imam? Sungguh Allah Azza wa Jalla telah memuliakannya saat ia hidup dan ia meninggal.
Inilah saksi hidup peristiwa mulia tersebut, Ali bin Abdullah yang menuturkannya sendiri. Katanya, "Kami sedang bersama dengan Yahya bin Sa'id Al-Qathan di dalam masjid. Ketika ia keluar dari masjid, kami pun ikut keluar bersamanya. Ketika telah sampai di pintu rumahnya, Yahya bin Sa'id berhenti. Kami pun ikut berhenti. Tiba-tiba ada seorang pengemis datang kepadanya. Melihat kehadiran pengemis itu, Yahya berkata kepada kami, "Masuklah kalian ke dalam rumah!"
"Kami pun masuk ke dalam rumahnya. Kepada pengemis itu, Yahya berkata: 'Bacalah!" Maka pengemis itu mulai membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Aku lihat wajah Yahya berubah khusyu' oleh bacaan si pengemis. Tatkala bacaan pengemis itu sampai pada ayat:
{إِنَّ يَوْمَ الفَصْلِ مِيْقَاتُهُم أَجْمَعِيْنَ}
"Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) adalah hari yang dijanjikan bagi mereka semua." (QS. Ad-Dukhan [44]: 40)
Yahya menjerit keras, terjatuh dan tak sadarkan diri. Saat itu Yahya terjatuh ke dekat pintu. Tiba-tiba pintu yang rapuh itu ikuut terjatuh dan menimpa punggung Yahya hingga berdarah. Kaum wanita dalam rumahnya menjerit melihat hal itu. Kami pun segera keluar rumah dan mendapati keadaan Yahya yang pingsan dengan punggung berdarah.
Setelah disadarkan beberapa saat lamanya, Yahya akhirnya siuman. Ia segera diangkat ke atas ranjang. Kami kembali masuk ke dalam rumah untuk menengoknya. Dalam keadaan tertidur di atas ranjang, mulutnya masih mengulang-ulang ayat:
{إِنَّ يَوْمَ الفَصْلِ مِيْقَاتُهُم أَجْمَعِيْنَ}
"Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) adalah hari yang dijanjikan bagi mereka semua." (QS. Ad-Dukhan [44]: 40)
Ia terus mengulang-ulang ayat itu sampai menghembuskan nafas yang terakhir. Semoga Allah merahmatinya."
Kesungguhan orang-orang shalih untuk menghadiri shalat jama'ah di masjid tidak terbatas saat mereka dalam kondisi sehat dan lapang semata. Mereka bahkan tetap memaksakan diri untuk menghadiri shalat jama'ah di masjid meskipun mereka mengalami sakit keras.
Inilah kisah ketauladanan dari seorang ulama tabi'in yang ahli ibadah, imam Amir bin Abdullah bin Zubair bin Awwam Al-Asadi. Beliau adalah seorang ulama rabbani dan ahli ibadah di kota Madinah. Bapaknya adalah Abdullah bin Zubair radhiyallahu 'anhu, seorang khalifah dan ulama dari kalangan sahabat junior. Kakeknya adalah Zubair bin Awwam radhiyallahu 'anhu, paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dari jalur ibu dan sekaligus seorang sahabat  yang dijamin masuk surge.
Ulama rabbani yang lahir dari keturunan sahabat yang mulia ini sangat tekun menjaga shalat berjama'ah di masjid. Pada saat ia sakit keras yang menyebabkannya meninggal, ia masih sempat mendengar kumandang adzan Magrib dari masjid nabawi. Ia pun memerintahkan kepada keluarganya untuk memapahnya ke masjid.
"Bawalah aku ke masjid!"
"Engkau sedang sakit keras." jawab keluarganya.
"Bagaimana aku mendengar panggilan Allah lalu aku tidak mendatanginya?" tukas Amir bin Abdullah.
Dengan terpaksa keluarganya memapahnya ke masjid. Ia memaksakan berdiri di tengah shaf bersama jama'ah lainnya. Ia masih mampu mengikuti bacaan dan gerakan imam sampai raka'at pertama. Tatkala imam dan seluruh ma'mum lainnya bangkit untuk raka'at kedua, Amir bin Abdullah tidak mampu bangkit lagi. Allah telah memanggil ruhnya untuk selamanya. Ia meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah di tengah shaf, di masjid nabawi yang diberkahi. Subhanallah! (Siyar A'lam An-Nubala', 5/220)
Dan inilah kisah ketauladanan dari seorang ulama tabi'in senior, Rabi' bin Khutsaim bi bin A'idz Abu Yazid Ats-Tsauri. Ia seorang ulama dan ahli ibadah di kota Kufah. Keshalihan, ketekunan ibadah dan kedalaman ilmunya diakui oleh ulama senior sahabat. Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata kepadanya, "Wahai Abu Yazid, sekiranya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam melihatmu, pasti beliau akan mencintaimu. Tidaklah aku melihatmu, melainkan aku teringat akan orang-orang yang tekun beribadah."
Pada masa tuanya, Rabi' bin Khutsaim mengalami lumpuh separoh badannya. Meski demikian ia tetap memaksakan diri untuk menghadiri shalat berjama'ah di masjid. Ia meminta keluarganya untuk memapah dirinya ke masjid.
Orang-orang berkata, "Wahai Abu Yazid, shalatlah di rumah saja! Anda telah mendapatkan keringanan untuk shalat di rumah."
"Benar, aku memang mendapatkan keringanan untuk shalat di rumah. Tapi aku masih bisa mendengar seruan muadzin hayya 'alash shalah..hayya 'alal falah (marilah menuju shalat…marilah menuju keberuntungan). Jika kalian masih bisa mendatangi seruan hayya 'alash shalah..hayya 'alal falah, maka datangilah meski dengan merangkak!"  (Siyar A'lam An-Nubala', 4/260)
Saudaraku seislam dan seiman…
Orang-orang shalih terdahulu telah memberikan ketauladanan nyata kepada kita bagaimana mengamalkan firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang pasti termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk(QS. At-Taubah [9]: 18)
Mereka juga telah memberikan ketauladanan nyata kepada kita bagaimana menjadi orang-orang yang hatinya selalu bergantung dengan masjid, merindukan masjid dan shalat jama'ah serta amal-amal kebaikan yang memakmurkan masjid.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: ...وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي المَسَاجِدِ،
"Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya: "…dan orang yang hatinya selalu bergantung dengan masjid." (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)
 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟» قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ»
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, "Maukah aku tunjukkan kepada kalian perbuatan yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan meninggikan derajat-derajat?" Para sahabat menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau menjawab, "Yaitu menyempurnakan wudhu atas bagian-bagian yang tidak disukai jika terkena air (karena air yang sangat dingin atau anggota badan yang sakit), banyak berjalan ke masjid, dan menunggu dari satu shalat ke shalat berikutnya di masjid. Itulah ribath (berjaga-jaga), itulah ribath (berjaga-jaga)." (HR. Muslim no. 251, Ibnu Majah no. 427 dan Ahmad no. 8021)
Saudaraku seislam dan seiman….
Mari kita jadikan bulan suci Ramadhan ini sebagai titik start perbaikan diri kita dalam menjaga shalat lima waktu secara berjama'ah di masjid. Wallahu a'lam bish-shawab.
(muhib almajdi/arrahmah.com)

Rabu, 05 September 2012

IMAM AL-BUKHARI (Imam Umat Seluruh Dunia dan Guru Para Guru)



Mata al-Bukhari tidak bisa melihat sejak kecil. Suatu malam ibunya mimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Kemudian Nabi Ibrahim berkata, "Wahai Ibu, kini Allah telah mengembalikan penglihatan anak lelakimu dengan sebab seringnya ibu menangis dan berdoa."

Benar, pada pagi harinya kami mendapati mata al-Bukhari tidak buta lagi.

Al-Bukhari mengisahkan dirinya sebagai berikut, "Ketika aku di usia menghafal al-Qur'an, aku sudah mulai pula menghafal hadits. Saat itu, ada yang bertanya kepadaku, 'Ketika itu berapa umurmu?'

Aku menjawab, '10 tahun atau kurang sedikit.'

Aku sudah menyelesaikan hafalan al-Qur'an pada usia 10 tahun. Suatu hari ada seorang Syaikh meriwayatkan sebuah hadits, katanya, 'Dari Sufyan, dari Abu Zubair dari Ibrahim.'

Maka seketika itu aku katakan, 'Sesungguhnya Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan hadits dari Ibrahim.' Maka dia mencelaku, lalu aku katakan padanya, 'Coba lihat ulang catatan aslinya.' Kemudian beliau masuk ruangan untuk mengecek ulang catatannya. Setelah keluar dari ruangan tersebut beliau bertanya kepadaku, 'Bagaimana yang benar wahai anakku?' Aku jawab, 'Dari az-Zubair bin Adi dari Ibrahim.' Lalu Syaikh tersebut mengambil pena dan menulis periwayatan hadits dariku serta mengoreksi tulisannya. Syaikh tersebut berkata, 'Kamu benar.'

Ada yang bertanya kepada al-Bukhari, 'Berapa usiamu ketika membantah Syaikh tersebut?' Aku jawab, '11 tahun.' Dan menjelang usia 16 tahun aku telah hafal buku-buku karya Ibnul Mubarak dan Waki’. Aku juga menguasai pendapat Ahlu Ra'yi.

Hingga suatu ketika, aku, Ibuku dan adikku yang bernama Ahmad pergi ke Makkah. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Ibu dan adikku pulang ke negeriku sementara aku tinggal di Makkah untuk belajar hadits."

Sumber : Tahdzibul Kamal, 1169; as-Siyar, 12/393.
Dinukil oleh : Abu Thalhah Andri Abdul Halim

dari : http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatkisah&id=206

Read more at http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/11/imam-al-bukhari-imam-umat-seluruh-dunia.html#cqLsTFetCPZIPqkg.99

700 juta



by Enda on 06/09/2002 in UNCATEGORIZED

Dewi Lestari (Dee) dibayar 700 juta rupiah buat bikin Supernova 2, sekuel dari Supernova-nya yang pertama. (Via detik.com dan kompas.com)
Keren-keren, ke depannya orang bisa dong idup dari nulis buku di Indonesia.  . Tapi berani juga ya yang bayar (PT Bumi Antariksa Kreatos (BARK) Communication), gue ga yakin kembali modal tuh hehe..

Target penjualan sekuel ini 120.000 eksemplar, kalo harga satu buku Rp 20.000, berarti uang masuk ada Rp 2.4 Milyar. Masukin komponen, produksi (kertas, cetak, desain), marketing, distribusi, untung penerbit dan lain-lain, sisanya berapa?

Biasanya sih pengarang pemula dapet royalti 10% dari harga buku, mungkin kalo udah dibayar di depan gini, Dee ga dapet royalti lagi. Tapi kalo itungan biasa pake royalti, berarti cuma Rp 240 juta kan? Kalo udah ngetop ok-lah 20% kan juga Rp 480 juta, baru setengah dari Rp. 700 juta?

Ditambah lagi ama kemungkinan bukunya *mungkin* ga laku. Yang namanya *sekuel* biasanya lebih jelek dari originalnya hehe.. Yang pertama aja gue ga baca, keburu banyak baca *review negatif* dan ternyata semuaaa orang pada baca, gue jadi males baca (sombong luh!! ^_^) hehehe…

Jadi kemungkinannya adalah. (1). Harga bukunya jadi lebih mahal (tapi ntar yg beli dikit). (2). Dan ada rencana-rencana lain, mungkin mau dijadiin film, sinetron, album lagu, atau dijual ke pasar luar negri dalam Dollar ($). 

Nah kalo gitu itungannya beda lagi.
Yah smoga sukses aja deh gue sih. Makin banyak yang bisa idup karena nulis makin bagus!
UPDATES: Ternyata diterbitinnya dengan rencana berseri. 

Jadi Supernova 2 ini, terdiri dari 5 buku, yang bakal terbit 2 bulan sekali. Hmmm good strategy, bisa lebih mahal lagi harga totalnya, dan ga kerasa ama yang beli, karena belinya nyicil satu-satu

Sabtu, 01 September 2012

SHALAT TIANG AGAMA PENYANGGA KEHIDUPAN LAHIR & BATHIN -



Shalat untuk mengingat Allah artinya mengingatkan agar hati kita didalam kehidupan fana ini bisa berlabuh, menyandarkan diri sepenuhnya kepada firman-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Shalat berfungsi untuk menguatkan hati, Shalat sebagai tiang jiwa agar sanggup menegakkan Agama Allah didalam aktifitas kehidupan kita, baik pribadi dan lingkungan. 

Kehidupan ini adalah sebuah Amanah yang teramat besar dari Allah SWT agar kita jalani sesuai Al Islam.

Mereka yang bertaqwa, adalah mereka yang berada dalam keredhoan Allah, sesungguhnya teramat berat mencapai ketaqwaan itu, standarisasinya adalah para Nabi dan Shahabatnya Rodhiyallahu anhu. Mereka yang terjamin, bukan manusia generasi selainnya. 

Mustahil bertaqwa secara benar, ber-Islam secara benar dengan berbeda jalan dengan generasi yang dijamin Allah.

Allah SWT Berfirman artinya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir- sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (QS. At-Taubah: 100)

Dimana Allah meredhoi mereka, dan mereka redho kepada Allah. Ketaqwaan adalah nilai tertinggi seseorang hamba, bila kita salah merujuk, salah mengambil keteladanan, salah menilai siapa sesungguhnya manusia bertaqwa itu maka resiko kesalahan teramat besar, apalagi sampai membuat definisi taqwa dengan kesimpulan sendiri.

Ketaatan kepada Allah, hasil dari mengkaji dan memahami Isi Kitabullah dan Hadist, dimana seluruh aspek kehidupan diatur dalam Islam sebagai perintah mutlak dalam sebuah pengabdian. Memegang teguh Agama, konsisten mendidik keluarga, meningkatkan ketaatan, bagian dari Ibadah. Bila ia bekerja, maka tempatnya mencari nafkah sesuai dengan tuntunan Islam, bila ia mendidik anak juga sesuai tuntunan Islam, bila ia memimpin juga sesuai dengan tuntunan Islam, dia tidak akan berlaku diluar tuntunan Islam. Bila ia memilih pasangan hidup juga sesuai dengan tuntunan Islam demikian juga dengan makan dan minum, semua adalah bagian dalam Agama Islam.

Ekonomi, politik, budayanya juga sesuai tuntunan Islam, pergaulannya juga sesuai Syariat Islam, dsb karena tidak ada satu bidangpun didunia ini yang tidak ada aturannya didalam Islam.

Islam yang ditegakkan oleh jiwa-jiwa yang shalatnya benar, maka tidak akan melenceng. 

Takbirnya, Allah maha besarnya akan nyata dalam kehidupannya. 

Tasbihnya dalam ruku dan sujud, mensakralkan perintah Allah berada diatas hatinya diatas perintah siappapun. Itulah pengabdian penyembahan yang hak kepada Allah SWT

Menjalankan Agama, Shalat sebagai pengingat agar kita kuat menanggung beban dalam ujian menegakkan Agama Allah dalam diri dan lingkungan. Menuju kesempurnaan dalam Taqwa, melewati ujian dan hambatan selalu menyandarkan dirinya kepada Allah SWT.

Dari sahabat Ibnu Abbas ia berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi SAW, maka beliau bersabda kepadaku: 

Wahai nak, sesungguhnya aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah syariat Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah perintah (syariat) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yg telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dgn suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat takdir) telah diangkat, dan lembaran2 telah kering.(HR Ahmad, dan At Tirmizy)

Sesungguhnya menjaga Syariat Allah tidak akan lepas dari ujian-ujian. Syurga tidaklah gratis, ada harga yang teramat mahal sebagai ganjaran mereka yang membuktikan imannya.

Allah SWT Berfirman artinya : Apakah kalian menyangka masuk surga, padahal kalian belum� merasakan� musibah� yang telah menimpa� orang-orang� sebelum� kalian, mereka telah ditimpa malapeteka dan kesengsaraan dan digoncangkan sampai rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya� menyatakan, Kapan�pertolongan� Allah�tiba? Katakanlah,�Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat QS: Al Baqarah 214)

Allah SWT Berfirman artinya : Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka bila� ditimpa kebaikan ia merasa tenang, dan jika ditimpa� fitnah ia� membalikkan wajahnya (murtad) ia merugi di dunia dan� akirat, itulah kerugian yang nyata. (QS. Al Hajj: 11).



Yusuf Mansur Network
 ·