Sedekah diam-diam, boleh. Sedekah terang-terangan, juga boleh. Jangan sampai, diam-diam nggak sedekah! (Ippho Santosa, pakar otak kanan).
Dari Abu Hurairah R.A, ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah SAW bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba”
Sedekah berasal dari kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata.
Nah, soal pengertian sedekah mungkin sobeX telah banyak mempelajarinya di sekolah, akan tetapi bagaimana dengan pengamalannya? Mmm ini akan jadi pertanyaan yang menarik kan sobeX. Sekarang Xpresi ingin bertanya, kapan terakhir kalisobeX bersedekah?
“Kalau nggak salah hari Jumat, sebelum liburan sekolah. Itu karena sedekah wajib di sekolah tiap hari Jumat,” ujar Anugrah dari SMPN 2 Padang.
Pun dengan Ringga dari SMAN 7 Padang. Cowok bertubuh jangkung ini mengatakan terakhir kali dia bersedekah adalah saat sebelum libur sekolah. “Ya itu sedekah untuk di sekolah sobeX.”
Jadi, kepada Ringga dan Anugrah dan remaja lainnya yang membaca tulisan ini, kami ingin bertanya. Jika di luar sekolah, apakah kalian tidak bersedekah? Apakah kalian bersedekah di hari Jumat saja di sekolah? Eits, tak perlu teriakkah jawabannya kepada kami. Cukup jawab dalam hati dan mari bersama-sama memperbaiki diri kita ini.
Padahal kita sama-sama tahu, bahwa pahala sedekah itu bisa mencapai hingga 10 kali lipat. Jika sobeX bersedekah uang sebanyak 10.000 rupiah, dan Allah membalasnya 10 kali lipat, tentu saja sobeX bisa mendapatkan 100.000 rupiah. “Memang, Allah tidak pernah menyatakan kapan rezeki kali lipat dari sedekah itu akan diberikannya, tapi yakinlah pasti akan diberikan pada saat yang tepat dan kita butuhkan. Allah punya segala macam cara dan jalan untuk memberikannya kepada kita sobeX, tutur Ibnu dari UNP.
“Jikapun Allah tidak memberikan balasannya dalam bentuk uang, mungkin dalam bentuk lain sobeX. Bisa saja dalam bentuk kesehatan kita dan orangtua, kebahagiaan, rekan kerja atau teman yang bisa dipercaya dan bisa saja dalam bentuk jodoh yang baik. Itu mungkin-mungkan saja sobeX. Kita tak perlu ragu itu,” tambah Ibnu.
Bahkan sobeX, Ibnu yang membangun sebuah wirausaha bersama beberapa orang teman-temannya juga menuturkan bahwa di dalam membangun bisnis, kami juga mewajibkan untuk membuat program sosial. Yaitu program memberi sedekah berdasarkan keuntungan yang kami dapat dari bisnis. Dengan begitu, keuntungannya selalu berlipat-lipat.
Kurang Diamalkan Remaja
Sayangnya, kebiasaan berbagi atau bersedekah kurang dipahami bahkan kurang diamalkan oleh para remaja. Ini bukan sekadar isapan jempol sobeX. Sebelum sobeX melanjutkan membaca naskah kedua ini, sobeX ingat-ingat dulu. Saat di sekolah, pada hari Jumat, masing-masing sobeX diminta untuk memberikan uang infak alakadarnya. Uang infak ini nantinya akan digunakan untuk dana sosial, seperti jika ada orangtua teman sobeX yang meninggal, untuk biaya operasional masjid atau mushalla sekolah dan kegiatan sosial lainnya.
Nah, pertanyaannya, berapakah jumlah uang infak yang sobeX berikan? Xpresi berani mengatakan bahwa rata-rata remaja saat ini hanya memberi uang infak 1000 rupiah saja. Padahal, masing-masing sobeX mungkin mendapat uang saku (hanya uang saku, tidak termasuk ongkos) yang jumlahnya rata-rata 5000 rupiah. Padahal sobeX tahu setiap infak maupun sedekah itu mendapat kali lipat yang besar dari Allah. Lalu, kenapa memberi infak yang kecil, kalau sobeX bisa memberi yang besar dan mendapat kali lipat yang lebih besar lagi?
“Karena aku mau jajan sobeX. Kalau dikasih 2000, ntar uang jajanku malah berkurang,” alasan Akbar dari SMPN 13 Padang. Cowok yang sehari-hari dipanggil Abel ini mengatakan dia jajan karena jarang sarapan di sekolah dan terkadang suka ngemil saat jam pelajara berlangsung. “Uang saku itu habisnya selain pada jam istirahat, juga saat membeli cemilan pada jam pelajaran. Karena aku sering suntuk kalau belajar terus-menerus.”
Selain itu, di sekolah-sekolah pun kurang ada pendidikan dan penanaman nilai-nilai mengenai pentingnya sedekah dan infak bagi para remaja. “Memang ada mata pelajaran Agama Islam, yaitu mengenai akhlak seorang muslim, tuntunan ibadah shalat wajib dan shalat sunat dan membaca dan menulis Al Quran. Mengenai sedekah dan infak juga ada dijabarkan ayat dan sunnah-nya, tapi penjelasan secara riil di dunia nyata nggak ada sobeX,” tutur Eji yang berasal dari salah satu SMA negeri di Padang ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar