Senin, 24 Juni 2013
Menyembunyikan Ayat – DR.Amir Hamzah, MT
Islam adalah agama rahmat untuk ummat manusia. Islam bukan agama kekerasan sebagaimana dituduhkan dan difitnahkan oleh Barat. Benar Islam tidak menafikan kekerasan dalam penyebaran agama dan penegakan hukum-hukumnya, tetapi Islam meletakkan kekerasan pada konteks keadilan Islam.
Ummat islam sering tertipu dengan jargon musuh islam yang menyatakan:” kan islam agama damai, gak suka kekerasan…, jadi ya jangan protes pakai kekerasan jika nabinya di hina, qurannya di hina” protes ya protes saja.
Propaganda tersebut kemudian diamini oleh kelompok Islam yang tidak mau dituduh “mendukung kekerasan” atau “mendukung fundamentalisme”, jadilah tragedi ketika nabi dihina, dengan film, karikatur atau novel,… mereka menyeru ummatnya untuk bersabar dengan alasan mencontoh nabi. Mereka lupa bahwa nabi tidak selamanya tidak menggunakan kekerasan. nabi menghukum Bani QUraizah yang telah berkhianat menggunakan kekerasan dengan membunuh setiap laki-laki dari bani quraizah. Banyak kisah nabi yang tegas dan terkait dengan penghinaan yang hukumannya adalah mati, atau nabi mengizinkan sahabtanya membunuh untuk tegaknya keadilan.
Ada juga propaganda bahwa jihad itu tidak harus perang, sekarang ini yang penting adalah jihad melawan hawa nafsu. Mereka kemudian menganggap “ekstrim” kaum musimin yang bermaksud membahas makna jihad dalam arti syar’i :”berperang di jalan Allah untuk meninggikan kalimah Allah”, mereka kemudian berkutat kepada makna jihad dalam arti bahasa “sunguh-sungguh”, jadilah keluar jargon-jargon “jihad melawan korupsi”, “Jihad melawan kemiskinan”, “jihad melawan kebodohan”, sementara makan jihad sebenarnya menjadi tersembunyi.
Makna jihad seperti dalam QS At Taubah 29:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah[638]dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”
menjadi tersembunyi dan tidak pernah di bahas … apalagi diamalkan…
Kewajiban jihad seperti dalam QS Al baqarah 216 :
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
menjadi tabu untuk dibicarakan dengan alasan … “dakwah harus lembut … dan santun…“
“jangan ngomong kekerasan dalam masjid atau majlis taklim…“
JADILAH AYAT-AYAT tersebut menjadi ayat-ayat misteri, ayat-ayat TERSEMBUNYI, ayat-ayat yang harus dihindari…
AL Baqaarah 183 : Ya Ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumusysyiyam …. dibahas panjang lebar…
AL Baqarah 178 : Ya Ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumul Qishash … TERSEMBUNYI atau disembunyikan…
AL Baqarah 216 : Kutiba ‘alaikuml qital wahuwa kurhullakum…. TERSEMBUNYI… atau disembunyikan…
dan jadilah ummat ini selalu disodori yang lembut-lembut…yang santun-santun… karena tidak ingin menyampaikan kekerasan …
Ini dia QS AL ANfal 60 , dituduhkan sebagai ayat pemicu terorisme dalam islam… begitu kata Geeert Wilders sutradara Film FITNA….:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)
PADAHAL,
ISLAM ADALAH AGAMA UNTUK SELURUH MANUSIA…
MANUSIA SEJAK SEBELUM DICIPTAKAN SUDAH DIAKUI MALAIKAT ..MAKHLUK YANG SUKA MENUMPAHKAN DARAH..
Jadi marilah kita jeli terhadap propaganda musuh islam, untuk melemahkan dan menghancurkan islam
dengan cara:
- Menjauhkan ummat islam dari pemahaman islam yang utuh dan benar
- Menjauhkan Ummat islam dari penerapan Islam yang lengkap …karena disitu kekuatan Islam
- Marilah kita renungkan firman Allah Swt AL baqarah 159…
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati..
- Al Baqarah 174:
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api[109], dan Allah tidak akan berbicara[110] kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih…
Ajakan untuk para dai dan maubaligh agar kita terhindar dari laknat Allah…
Minggu, 23 Juni 2013
Indonesia Bertadabbur Al Qur'an 5 - Tausyiah Ust. Yusuf Mansyur
Kegiatan ini diselenggarakan di Masjid Istiqlal pada hari Ahad, 02 Juni 2013.
Kewajiban Tadabbur Quran
Oleh: Syeikh Nashir bin Sulaiman al-‘Umar
Ketua Lembaga Tadabbur Qur'an International *
Allah Subhanahu Ta’ala mengajak hamba-hamba-Nya untuk merenungkan (tadabbur) terhadap ayat-ayat-Nya. Maksud tadabbur adalah untuk mendapatkan hikmah, keberkahan dan pelajaran dari firman-firman-Nya.
Allah menyebutkan di dalam Al-Quran :
كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَيۡكَ مُبَـٰرَكٌ۬ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran.” (QS Shaad [38] : 29).
Namun banyak manusia yang lalai terhadap tadabbur Al-Quran, lupa memperhatikan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat :
أَفَلَمۡ يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?” (QS Al-Mu’minun [23] : 68).
Pada ayat lain Allah mewajibkan tadabbur Al-Quran berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24.
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدثوْا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah,tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS An-Nisa [4] : 82).
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلىَ قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad [47] : 24).
Uraian di atas menunjukan betapa pentingnya tadabbur Al-Quran, mengetahui kandungan isi Al-Quran. Demikian juga akal juga menunjukan hal tersebut.
Ini merupakan konsekwensi dari dijadikannya manusia sebagai khalifah di atas permukaan bumi ini. Sebagaimana tercantum di dalam firman-Nya :
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ
Artinya : “dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan sorang khalifah di muka bumi.” (QS Al-Baqarah [2] : 30).
Sebagai konsekwensinya, Allah pun menjelaskan kepada manusia jalan (manhaj) yang jelas sebagai pedoman dalam menunaikan tugas kekhalifahan tersebut dengan benar sesuai kehendak Allah. Hal ini terlaksana dengan diturunkannya wahyu kepada para nabi-Nya sepanjang zaman.
Ketika tugas kekhalifahan beralih kepada umat terakhir ini dan menurunkan kitab terakhir yang tidak ada lagi kitab setelahnya, yakni Al-Quran. Maka secara otomatis kitab tersebut mencakup pedoman dalam merealisasikan kekhalifahan itu.
Agar umat mengenali rincian-rincian manhaj tersebut, maka ayat-ayat dalam kitab Al-Quran itu harus ditadabburi. Tadabbur dalam arti merenungkan makna-maknanya, merealisasikan pemikiran, prinsip-prinsip dan berbagai konsekwensi yang muncul. Sehingga dapat mengamalkan Al-Quran dengan ittiba’ (mengikuti) sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kaum muslimin harus memperhatikan tadabbur Al-Quran ini. Hal ini dapt dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat baik pria maupun wanita, anak-anak maupun orang tua, dengan membaca (tilawah) dang menghafal (hifdz) Al-Quran.
Maka, lembaga-lembaga penghafal Al-Qur’an (tahfidz) tersebar di seluruh penjuru negeri. Masjid-masjid penuh halaqah-halaqah (kelompok) yang membaca dan menghafal al-Qur’an (halaqah tilawah dan tahfidz).
Demikian pula dengan adanya daurah-daurah tahfidz (training menghafal al-Qur’an) yang diselenggarakan setiap tahunnya, yang menghasilkan puluhan sampai ratusan penghafal al-Qur’an (huffadz). Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa abad ini merupakan abad keemasan menghafal al-Qur’an.
Semua ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Sebab, ini menunjukan semangat umat Islam terhadap Kitabullah dan antusiasme mereka untuk memperoleh pahala yang besar dijanjikan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang membaca dan menghafal al-Qur’an.
Akan tetapi sangat disayangkan, semangat dan antusiasme dalam membaca dan menghafal al-Qur’an ini, tidak disertai dengan semangat yang sama atau mendekati, dalam hal mentadabburi dan memahami Al-Qur’an. Sehingga kita bisa menyaksikan ada di antara mereka yang menyempurnakan hafalan Al-Qur’an, tapi tidak mengetahui makna dari awal surat yang biasa dihafal oleh yang baru belajar.
Salah seorang penanggung jawab halaqah tahfidz mencatat beberapa fenomena dalam persoalan ini. Antara lain, beliau mengatakan bahwa tampaknya kebanyakan pelajar tidak mentadabburi al-Qur’an. Hal itu terlihat ketika mereka tidak memperhatikan waqf (berhenti) dan ibtida’ (mengawali) saat membaca.
Ini banyak ditemui saat menyimak bacaan mereka di halaqah dan mendengar mereka di ujian dan perlombaan. Ada yang berhenti (waqf) dengan cara yang mengherankan dan memulai bacaan (ibtida’) dengan cara aneh. Hal ini menunjukan mereka tidak mentadabbur dan memperhatikan bacaan dengan baik.
Realita ini bertentangan dengan perintah Allah untuk membaca al-Qur’an dengan tartil. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً
Artinya : “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (QS Al-Muzzamil [73] : 4).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, membaca dengan perlahan-lahan dan tenang lebih membantu untuk memahami dan mentadabburi al-Qur’an.
Imam Asy-Syaukani pun menjelaskan membaca Al-Quran dengan pelan agar disertai dengan tadabbur.
Sangat dikhawatirkan orang yang membaca dan menghafal Al-Quran tanpa mentadabburinya akan terjatuh pada kondisi seperti umat-umat terdahulu yang dicela oleh Allah.
Sebagaimana dalam firman-Nya :
وَمِنۡہُمۡ أُمِّيُّونَ لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ إِلَّآ أَمَانِىَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
Artinya : “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS Al-Baqarah [2] : 78).
Ibnu ‘Asyur menjelaskan tafsir ayat tersebut, “al-amaniya” maksudnya adalah mereka tidak mengetahui Al-Kitab, melainkan sekadar kata-kata yang mereka hafal dan pelajari tanpa memahami maknanya. Ini seperti kebiasaan umat-umat yang sesat, mereka hanya membaca tanpa memahami.
Adapun sebatas tilawah tanpa amal, yang merupakan konsekwensi tadabbur, maka ini adalah musibah besar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat perumpamaan orang yang mengemban ilmu tapi tidak mengambil manfaat dari ilmunya dengan perumpaman yang paling buruk.
Allah mengingatkan di dalam surat Al-Jumu’ah ayat 5 :
مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَٮٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ بِئۡسَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS Al-Jumu’ah [62] : 5).
Juga peringatan-Nya di dalam surat Al-A’raf ayat 175-176 :
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيۡنَـٰهُ ءَايَـٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ (١٧٥) وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنَـٰهُ بِہَا وَلَـٰكِنَّهُ ۥۤ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُۚ فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ ٱلۡڪَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُڪۡهُ يَلۡهَثۚ ذَّٲلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَاۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ (١٧٦)
Artinya : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al A’raaf [7] : 175-176).
Itulah maka, orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tanpa mentadabburinya, dikhawatirkan akan mengalami musibah seperti yang menimpa umat terdahulu.
Manfaat Tadabbur Al-Quran
Orang yang mentadabburi Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, maka ia akan memperoleh manfaat dan kebaikan (maslahat) dunia dan akhirat, yang hanya Allah saja yang mengetahui besarnya.
Betapa agungnya tadabbur Al-Quran itu, hingga oleh As-Sa’diy dikatakan, Di antara manfaat tadabbur Al-Qur’an adalah dengan tadabbur tersebut seseorang akan sampai pada derajat semakin yakin dan memahami bahwa Al-Qur’an benar-benar firman Allah. Karena ia menjumpai ayat-ayat Al-Qur’an itu saling membenarkan satu sama lain.
Aneh bila manusia tidak mampu atau lebih tepatnya tidak mau mentadabburi Al-Quran. Sedangkan bangsa jin saja mendengar bacaan Al-Qur’an mereka mengatakan:
قُلۡ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسۡتَمَعَ نَفَرٌ۬ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَقَالُوٓاْ إِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡءَانًا عَجَبً۬ا (١) يَہۡدِىٓ إِلَى ٱلرُّشۡدِ فَـَٔامَنَّا بِهِۦۖ وَلَن نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدً۬ا (٢)
Artinya : “Katakanlah [hai Muhammad]: "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan [Al Qur’an], lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan, (1) [yang] memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami”. (2) (QS Al-Jinn [72] :1-2).
Bahkan di antara mereka bangsa jin itu ada yang menyimak Al-Qur’an :
وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرً۬ا مِّنَ ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْۖ فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ
Artinya : “Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS Al-Ahqaf [28] : 29).
Hal ini dikarenakan mereka bangsa jin sangat tersentuh dengan bacaan Al-Qur’an sebagai buah dari tadabbur dan tafakkur.
Ibnul Qayyim mengungkapkan sebuah ungkapan yang patut dicatat dengan tinta emas, “Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat serta mendekatkan seseorang pada keselamatannya, selain tadabbur Al-Qur’an, merenungkannya secara seksama dan memikirkan makna ayat-ayatnya”.
Apa yang beliau ucapkan memang benar karena tadabur Al-Qur’an merupakan pintu segala kebaikan, penutup segala keburukan.
Syekh As-Sa’di mengatakan, “Tadabbur Al-Qur’an merupakan kunci ilmu pengetahuan. Dengan tadabbur, segala kebaikan dan ilmu diperoleh. Dengannya iman bertambah dan tertanam di dalam hati. Dengan mentadaburi Al-Qur’an seseorang dapat mengenali Rabb (Tuhan) yang disembah, sifat-sifat-Nya yang sempurna, menyucikan-Nya dari sifat tidak layak untuk-Nya dan jalan yang mengantarkan kepada-Nya. Dengan tadabbur pula seseorang dapat mengenali musuh yang sebenarnya, jalan yang menjerumuskan kepada adzab, sifat-sifat mereka dan sebab-sebab yang mendatangkan adzab-Nya. Semakin meningkat intensitas tadabbur seseorang, maka bertambah pula ilmu, amal, dan bashirahnya.
Semoga Allah menjadikan kita dan seluruh kaum muslimin termasuk orang-orang yang membaca Al Qur’an dengan sebenar-benarnya, hingga melanjutkan tilawah dengan tadabbur dan amal. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wallahu a'lam bish shawab. (T/P013/R1).
Materi disampaikan pada Tabligh Akbar Indonesia Tadabbur Al-Quran di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad, 23 Rajab 1434 H./2 Juni 2013 M. yang diliput wartawan Kantor berita Islam MINA (Mi'raj News Agency).
Mi’raj News Agency (MINA)
Kewajiban Tadabbur Quran
Oleh: Syeikh Nashir bin Sulaiman al-‘Umar
Ketua Lembaga Tadabbur Qur'an International *
Allah Subhanahu Ta’ala mengajak hamba-hamba-Nya untuk merenungkan (tadabbur) terhadap ayat-ayat-Nya. Maksud tadabbur adalah untuk mendapatkan hikmah, keberkahan dan pelajaran dari firman-firman-Nya.
Allah menyebutkan di dalam Al-Quran :
كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَيۡكَ مُبَـٰرَكٌ۬ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran.” (QS Shaad [38] : 29).
Namun banyak manusia yang lalai terhadap tadabbur Al-Quran, lupa memperhatikan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat :
أَفَلَمۡ يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?” (QS Al-Mu’minun [23] : 68).
Pada ayat lain Allah mewajibkan tadabbur Al-Quran berdasarkan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24.
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدثوْا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah,tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS An-Nisa [4] : 82).
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلىَ قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad [47] : 24).
Uraian di atas menunjukan betapa pentingnya tadabbur Al-Quran, mengetahui kandungan isi Al-Quran. Demikian juga akal juga menunjukan hal tersebut.
Ini merupakan konsekwensi dari dijadikannya manusia sebagai khalifah di atas permukaan bumi ini. Sebagaimana tercantum di dalam firman-Nya :
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬ۖ
Artinya : “dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan sorang khalifah di muka bumi.” (QS Al-Baqarah [2] : 30).
Sebagai konsekwensinya, Allah pun menjelaskan kepada manusia jalan (manhaj) yang jelas sebagai pedoman dalam menunaikan tugas kekhalifahan tersebut dengan benar sesuai kehendak Allah. Hal ini terlaksana dengan diturunkannya wahyu kepada para nabi-Nya sepanjang zaman.
Ketika tugas kekhalifahan beralih kepada umat terakhir ini dan menurunkan kitab terakhir yang tidak ada lagi kitab setelahnya, yakni Al-Quran. Maka secara otomatis kitab tersebut mencakup pedoman dalam merealisasikan kekhalifahan itu.
Agar umat mengenali rincian-rincian manhaj tersebut, maka ayat-ayat dalam kitab Al-Quran itu harus ditadabburi. Tadabbur dalam arti merenungkan makna-maknanya, merealisasikan pemikiran, prinsip-prinsip dan berbagai konsekwensi yang muncul. Sehingga dapat mengamalkan Al-Quran dengan ittiba’ (mengikuti) sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kaum muslimin harus memperhatikan tadabbur Al-Quran ini. Hal ini dapt dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat baik pria maupun wanita, anak-anak maupun orang tua, dengan membaca (tilawah) dang menghafal (hifdz) Al-Quran.
Maka, lembaga-lembaga penghafal Al-Qur’an (tahfidz) tersebar di seluruh penjuru negeri. Masjid-masjid penuh halaqah-halaqah (kelompok) yang membaca dan menghafal al-Qur’an (halaqah tilawah dan tahfidz).
Demikian pula dengan adanya daurah-daurah tahfidz (training menghafal al-Qur’an) yang diselenggarakan setiap tahunnya, yang menghasilkan puluhan sampai ratusan penghafal al-Qur’an (huffadz). Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa abad ini merupakan abad keemasan menghafal al-Qur’an.
Semua ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Sebab, ini menunjukan semangat umat Islam terhadap Kitabullah dan antusiasme mereka untuk memperoleh pahala yang besar dijanjikan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang membaca dan menghafal al-Qur’an.
Akan tetapi sangat disayangkan, semangat dan antusiasme dalam membaca dan menghafal al-Qur’an ini, tidak disertai dengan semangat yang sama atau mendekati, dalam hal mentadabburi dan memahami Al-Qur’an. Sehingga kita bisa menyaksikan ada di antara mereka yang menyempurnakan hafalan Al-Qur’an, tapi tidak mengetahui makna dari awal surat yang biasa dihafal oleh yang baru belajar.
Salah seorang penanggung jawab halaqah tahfidz mencatat beberapa fenomena dalam persoalan ini. Antara lain, beliau mengatakan bahwa tampaknya kebanyakan pelajar tidak mentadabburi al-Qur’an. Hal itu terlihat ketika mereka tidak memperhatikan waqf (berhenti) dan ibtida’ (mengawali) saat membaca.
Ini banyak ditemui saat menyimak bacaan mereka di halaqah dan mendengar mereka di ujian dan perlombaan. Ada yang berhenti (waqf) dengan cara yang mengherankan dan memulai bacaan (ibtida’) dengan cara aneh. Hal ini menunjukan mereka tidak mentadabbur dan memperhatikan bacaan dengan baik.
Realita ini bertentangan dengan perintah Allah untuk membaca al-Qur’an dengan tartil. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً
Artinya : “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (QS Al-Muzzamil [73] : 4).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, membaca dengan perlahan-lahan dan tenang lebih membantu untuk memahami dan mentadabburi al-Qur’an.
Imam Asy-Syaukani pun menjelaskan membaca Al-Quran dengan pelan agar disertai dengan tadabbur.
Sangat dikhawatirkan orang yang membaca dan menghafal Al-Quran tanpa mentadabburinya akan terjatuh pada kondisi seperti umat-umat terdahulu yang dicela oleh Allah.
Sebagaimana dalam firman-Nya :
وَمِنۡہُمۡ أُمِّيُّونَ لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ إِلَّآ أَمَانِىَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
Artinya : “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS Al-Baqarah [2] : 78).
Ibnu ‘Asyur menjelaskan tafsir ayat tersebut, “al-amaniya” maksudnya adalah mereka tidak mengetahui Al-Kitab, melainkan sekadar kata-kata yang mereka hafal dan pelajari tanpa memahami maknanya. Ini seperti kebiasaan umat-umat yang sesat, mereka hanya membaca tanpa memahami.
Adapun sebatas tilawah tanpa amal, yang merupakan konsekwensi tadabbur, maka ini adalah musibah besar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat perumpamaan orang yang mengemban ilmu tapi tidak mengambil manfaat dari ilmunya dengan perumpaman yang paling buruk.
Allah mengingatkan di dalam surat Al-Jumu’ah ayat 5 :
مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَٮٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ بِئۡسَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS Al-Jumu’ah [62] : 5).
Juga peringatan-Nya di dalam surat Al-A’raf ayat 175-176 :
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيۡنَـٰهُ ءَايَـٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ (١٧٥) وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنَـٰهُ بِہَا وَلَـٰكِنَّهُ ۥۤ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُۚ فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ ٱلۡڪَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُڪۡهُ يَلۡهَثۚ ذَّٲلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَاۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ (١٧٦)
Artinya : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al A’raaf [7] : 175-176).
Itulah maka, orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tanpa mentadabburinya, dikhawatirkan akan mengalami musibah seperti yang menimpa umat terdahulu.
Manfaat Tadabbur Al-Quran
Orang yang mentadabburi Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, maka ia akan memperoleh manfaat dan kebaikan (maslahat) dunia dan akhirat, yang hanya Allah saja yang mengetahui besarnya.
Betapa agungnya tadabbur Al-Quran itu, hingga oleh As-Sa’diy dikatakan, Di antara manfaat tadabbur Al-Qur’an adalah dengan tadabbur tersebut seseorang akan sampai pada derajat semakin yakin dan memahami bahwa Al-Qur’an benar-benar firman Allah. Karena ia menjumpai ayat-ayat Al-Qur’an itu saling membenarkan satu sama lain.
Aneh bila manusia tidak mampu atau lebih tepatnya tidak mau mentadabburi Al-Quran. Sedangkan bangsa jin saja mendengar bacaan Al-Qur’an mereka mengatakan:
قُلۡ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسۡتَمَعَ نَفَرٌ۬ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَقَالُوٓاْ إِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡءَانًا عَجَبً۬ا (١) يَہۡدِىٓ إِلَى ٱلرُّشۡدِ فَـَٔامَنَّا بِهِۦۖ وَلَن نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدً۬ا (٢)
Artinya : “Katakanlah [hai Muhammad]: "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan [Al Qur’an], lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan, (1) [yang] memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami”. (2) (QS Al-Jinn [72] :1-2).
Bahkan di antara mereka bangsa jin itu ada yang menyimak Al-Qur’an :
وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرً۬ا مِّنَ ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْۖ فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ
Artinya : “Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS Al-Ahqaf [28] : 29).
Hal ini dikarenakan mereka bangsa jin sangat tersentuh dengan bacaan Al-Qur’an sebagai buah dari tadabbur dan tafakkur.
Ibnul Qayyim mengungkapkan sebuah ungkapan yang patut dicatat dengan tinta emas, “Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat serta mendekatkan seseorang pada keselamatannya, selain tadabbur Al-Qur’an, merenungkannya secara seksama dan memikirkan makna ayat-ayatnya”.
Apa yang beliau ucapkan memang benar karena tadabur Al-Qur’an merupakan pintu segala kebaikan, penutup segala keburukan.
Syekh As-Sa’di mengatakan, “Tadabbur Al-Qur’an merupakan kunci ilmu pengetahuan. Dengan tadabbur, segala kebaikan dan ilmu diperoleh. Dengannya iman bertambah dan tertanam di dalam hati. Dengan mentadaburi Al-Qur’an seseorang dapat mengenali Rabb (Tuhan) yang disembah, sifat-sifat-Nya yang sempurna, menyucikan-Nya dari sifat tidak layak untuk-Nya dan jalan yang mengantarkan kepada-Nya. Dengan tadabbur pula seseorang dapat mengenali musuh yang sebenarnya, jalan yang menjerumuskan kepada adzab, sifat-sifat mereka dan sebab-sebab yang mendatangkan adzab-Nya. Semakin meningkat intensitas tadabbur seseorang, maka bertambah pula ilmu, amal, dan bashirahnya.
Semoga Allah menjadikan kita dan seluruh kaum muslimin termasuk orang-orang yang membaca Al Qur’an dengan sebenar-benarnya, hingga melanjutkan tilawah dengan tadabbur dan amal. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wallahu a'lam bish shawab. (T/P013/R1).
Materi disampaikan pada Tabligh Akbar Indonesia Tadabbur Al-Quran di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad, 23 Rajab 1434 H./2 Juni 2013 M. yang diliput wartawan Kantor berita Islam MINA (Mi'raj News Agency).
Mi’raj News Agency (MINA)
Kamis, 20 Juni 2013
wanita berjilbab
setelah membaca Hadits ini..
Saya sungguh khawatir kepada para wanita berjilbab yang mengikuti tren jilbab saat ini.
Karena banyak yang berjilbab, tapi ada bagian tonjolan di atasnya seperti punuk unta.
berikut haditsnya:
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda”
( صنفان من أهل النار لم أرهما قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس ونساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لايدخلن الجنة ولا يجدن ريحها وان ريحها لتوجد من مسيرة كذاوكذا )
رواه أحمد ومسلم في الصحيح .
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim],
2. dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.
(HR. Muslim dan yang lain).
Rabu, 19 Juni 2013
KEJADIAN MENGERIKAN DIMANA INI?
KEJADIAN MENGERIKAN DIMANA INI? Bukan dimana-mana, bukan di luar negeri, apalagi di Hongkong, ini terjadi di bumi pertiwi (baca: Indonesia). Inilah tambang #Grasberg, di Tembagapura (Irian). Tambang ini adalah tambang emas TERBESAR di dunia, dan merupakan tambang tembaga KETIGA terbesar di dunia.
Berapa luas dan kedalaman lubang tambang ini? Luas eksplorasi tambang #Grasberg (blok A & blok B) sekitar 212,343 hektar. Luas kedalaman lubangnya MELEBIHI 230 kilometer persegi. Bayangkan saja, lubangnya hingga bisa dilihat dari LUAR ANGKASA.
Emang berapa cadangannya? Tambang #Grasberg memiliki cadangan 2,5 Milyar Ton Metrik. Berdasarkan produksi tahun 2008, tambang #Grasberg dapat memproduksi EMAS 14,58 Ton per-hari, PERAK 55,00 Ton per-hari, dan TEMBAGA 14297,75 Ton per-hari.
Kepemilikan siapa tambang bercadangan luar biasa ini? Tambang emas terbesar di dunia ini milik pemerintah RI 1%, kepemilikan PT Indocopper Investama (swasta) 9% dan kepemilikan PT FREEPORT MCMORAN (Amerika) 90,64%. Mengapa negara cuma dapat 1%? Kalau lebih dari 1% itu ada UDANG DI BALIK BATU.
Tetapi belum selesai hanya sampai disitu (lah, emang ada lagi?). Untuk memenuhi ketamakan dan kerakusan manusia, jauh dibawah permukaan #Grasberg, hingga kedalaman 1.785 meter, terdapat pertambangan bawah tanah TERBESAR di dunia. Dengan jalur TEROWONGAN sepanjang 90 kilometer, dan pekerja sekitar 9.127 orang karyawan.
Dan secara tertulis, ini prosedur rencana pengembangan #Grasberg :
1. Gunung Bijih Timur (GBT) — Mine life 1980-1994, Production capacity of 28,000 Ton per-hari » SUDAH HABIS
2. Intermediate Ore Zone (IOZ) — Mine life 1994-2003, dengan production capacity of 10,000 s/d 26,000 Ton per-hari » SUDAH HABIS
3. Deep Ore Zone (DOZ) — Mine life 2000-2018, dengan production capacity of 25,000 s/d 80,000 Ton per-hari » SEDANG PRODUKSI (dikerat hingga keratan terakhir)
4. Ertsberg Stockwork Zone (ESZ) — Mine life 2008-2012, dengan production capacity of 35,000 s/d 80,000 Ton per-hari » SEDANG PRODUKSI (dikerat hingga keratan terakhir)
5. Mill Level Zone (MLZ) — Mine life 2016-2026, dengan production capacity of 35,000 Ton per-hari » SEDANG PENGEMBANGAN (akan dikerat hingga keratan terakhir)
6. Deep MLZ — Mine life 2021-2042, dengan production capacity of 40,000 s/d 50,000 Ton per-hari » SEDANG PENGEMBANGAN (akan dikerat hingga keratan terakhir)
Coba tanya, dimana orang-orang yang mengatakan "NKRI HARGA MATI"? Mungkin itu hanya ada di lapangan sepak bola, ketika keluar lapangan, Nasionalisme itu UTOPIA. Dan mengatakan Harga mati terhadap Nasionalisme adalah bentuk KEBODOHAN berfikir yang memang sengaja ditanamkan Barat . Pada buktinya mereka sedang DIJAJAH melalui sistem dan perundangan-undangan yang melegalkan PENJAJAHAN-PENJARAHAN. Sadar dan kini saksikanlah kita belum lepas dari PENJAJAHAN?
Langganan:
Postingan (Atom)