RMAGZINE
Majalah pdf kreatif yang bersifat informatif menguak sisi lain jogja, isinya liputan event di jogjakarta, komunitas jogja, kuliner, musik indie, artis artis di jogja, pariwista, kewirausahaan anak muda, tempat asyik buat nongkrong pokoknya ini media asyik bagi kaum muda yang ada dijogja baik asli jogja juga yang sedang belajar di jogja. Dengan target pembaca siswa smu, mahasiswa, dan masyarakat muda di kota Yogyakarta. Kita juga membuka pada para kreatif muda, organisasi siswa, atau mahasiswa, entrepreneurs muda, Bumn,Pemerintah, dan semua lapisan masyarakat muda di jogja untuk bersama-sama membagi informasinya.nah buat kamu yang punya band indie atau komunitas bahkan puya usaha pingin tampil di R-magz kirim saja ke ruangvisualmagz@gmail.com ,
siapa tau kamu jadi inspirasi banyak orang!
Kalo sekolah atau kampus kamu ada event dan pingin di liput langsung saja email ke
ruangvisualmagz@gmail.com
Bila kamu punya karya artikel,tentang rubrik-rubrik di atas kirim aja langsung ke redaksi, untuk kamu juga yang punya karya art work digital, photography pingin karyamu dilihat banyak orang kirim aja karya kamu ke redaksi R magz.
kita tunggu partisipasimu di R magz, satu media berjuta inspirasi !
Senin, 30 Agustus 2010
komunitas captain jack
Jumat 20 Agustus 2010 team R magz bersama crew ruang visual
, minus calcium berkunjung ke markas besar komunitas fans captain jack, disana kita disambut dengan hangat kita sedikit wawancara dengan komunitas ini, penasaran apa isi wawancanya tunggu di R magz edisi perdana kita akan kupas tuntas tentang komunitas yang satu ini. Nah sedikit pengantar komunitas captain jack mengajak komunitas lain agar jangan mengkotak kotak menjustice sebuah komunitas tertentu, walau kita berbeda-beda tetapi kita harus satu jua jangan karena perbedaan kita menjadi tercerai berai. nah bila mau gabung komunitas captai jack jogja juga membuka kesempatan selebar lebarnya untuk saling tukar pikiran, tambah teman, komunitas ,jaringan , makanya mainlah komunitas mana aja biar tambah teman ke jalan godean km9,5 di angkringan angop, wuih pokoknya seru abiez bisa banyak teman, ok ditunggu ya kawan he he he .(rmagz) liputan edisi 1
, minus calcium berkunjung ke markas besar komunitas fans captain jack, disana kita disambut dengan hangat kita sedikit wawancara dengan komunitas ini, penasaran apa isi wawancanya tunggu di R magz edisi perdana kita akan kupas tuntas tentang komunitas yang satu ini. Nah sedikit pengantar komunitas captain jack mengajak komunitas lain agar jangan mengkotak kotak menjustice sebuah komunitas tertentu, walau kita berbeda-beda tetapi kita harus satu jua jangan karena perbedaan kita menjadi tercerai berai. nah bila mau gabung komunitas captai jack jogja juga membuka kesempatan selebar lebarnya untuk saling tukar pikiran, tambah teman, komunitas ,jaringan , makanya mainlah komunitas mana aja biar tambah teman ke jalan godean km9,5 di angkringan angop, wuih pokoknya seru abiez bisa banyak teman, ok ditunggu ya kawan he he he .(rmagz) liputan edisi 1
Minggu, 29 Agustus 2010
INDIE
Pertama arti kata INDIE itu dari Independent, artinya mandiri. sendiri, bebas.
jadi pemusik indie, melakukan record , pengeluaran album dan pemasaran sendiri. jadi musik indie itu adalah musik yg segalanya dilakukan sendiri oleh musisi atau band itu sendiri..tanpa produser dari studio-studio besar dll..
Kerja independen akhirnya menjadi pilihan pertama dan yang utama. Selain memangkas birokrasi, kerja sendiri lebih efisien. Hampir semua dikelola sendiri, dan hanya distribusi album yang diserahkan kepada pihak yang lebih profesional. Salah satu ciri musik indie adalah mandiri dan independen. Awalnya, tak semua band yang baru terjun ke dunia musik paham apakah mereka mau berkarya sebagai indie atau masuk industri major label. Mereka lebih mementingkan karya musik yang sesuai dengan kualitas dan kapasitas diri.
Musik indie merupakan pilihan, bukan sekadar menjadi transit menuju major label. Musik indie lebih pada cara bekerja dan bermusik yang terasa merdeka dari tekanan industrialisasi musik populer. Harus diakui, ada komunikasi yang tak selaras antara indie dan major label sebagai representasi industri musik.
"Industri musik dan major label sampai sekarang enggak ngerti musik indie. Sekarang mereka mulai tertarik indie walaupun masih enggak ngerti juga,"
pokoknya semua serba mandiri...
Jika kita cermati, semangat indie yang sebenarnya sebuah budaya anti trend, kini telah disulap menjadi trend baru, sebuah konsekuensi logis dari perkembangan industri musik yang kian cepat secara kuantitas, tapi tidak secara kualitas. Berikut ini beberapa aspek yang disadari atau tidak telah bergeser dari semangat indie, menjadi trend yang diminati banyak orang.
Propaganda
Perkembangan ini kemudian diikuti oleh elemen lain yang sangat menunjang. Salah satunya adalah media cetak. Untuk menunjang promosi, biasanya band membuat newsletter untuk memberitakan perkembangan bandnya. Berawal dari selembar kertas fotokopian, lalu mulai dicetak tipis, dan akhirnya bermunculanlah majalah-majalah yang tampilannya tak kalah keren dibandingkan dengan media cetak mapan.
Awalnya media cetak tersebut adalah ajang untuk propaganda. Tetapi, sekarang sudah berubah jadi bacaan yang bisa kita nikmati dan menambah wawasan kita.
Fashion
Indie tetap memperhatikan penampilan, tetapi dengan satu syarat: harus beda dengan yang lain. Syarat tersebut membuat mereka mendesain pakaian sendiri, biasanya berupa t-shirt, yang berbeda dengan rancangan orang lain. Walau sederhana, hanya mengandalkan kekuatan kata dan gambar pada kaus, ternyata desain mereka bisa memancing minat para pencinta fashion. Bahkan puluhan merek bermunculan dan menambah panjang daftar nama outlet yang tersebar di setiap kota-kota besar di Indonesia. Clothing tidak hanya memproduksi t-shirt, tetapi juga berbagai aksesori, seperti belt, handband, sepatu, sampai boxer.
Distribusi
Banyak produk bersemangat indie dihasilkan, tetapi sedikit tempat yang bisa menjualnya. Karena keterbatasan dana, mereka kesulitan masuk ke toko-toko buku besar. Akhirnya, dibangunlah sistem distribusi yang memanfaatkan jaringan pertemanan. Sampai akhirnya ada sebuah solusi untuk hal ini, yaitu 'distribution outlet' yang lebih dikenal dengan sebutan distro.
Jika kita cermati, semangat indie yang sebenarnya sebuah budaya anti trend, kini telah disulap menjadi trend baru, sebuah konsekuensi logis dari perkembangan industri musik yang kian cepat secara kuantitas, tapi tidak secara kualitas. Berikut ini beberapa aspek yang disadari atau tidak telah bergeser dari semangat indie, menjadi trend yang diminati banyak orang. Dan Bandung salah satu kota yang penuh kreatifitas berbicara tentang indie
Bandung sebagai kota yang penuh dengan kreatifitas, menjadikan kota ini memiliki daya tarik tersendiri. Kreatifitas yang tampak mulai dari fashion, seni hingga budaya. Salah satu kreatifitas yang paling menonjol adalah musik, kota Bandung sejak dulu sudah di kenal dengan gudangnya pemusik. Di kota ini banyak melahirkan musisi-musisi handal dan terkenal se-Indonesia. Tak terkecuali dengan pergerakan musik indie di Indonesia, Bandung menjadi salah satu penghasil band-band indie yang di kenal oleh banyak orang, dan dijadikan barometer pergerakan musik independent scene di Indonesia. Namun, citra Bandung seperti itu terlihat akan pudar. Kreatifitas band-band lokal Bandung semakin terkekang dan sulit untuk berkembang. Salah satu penyebabnya dapat dikarenakan semakin sedikitnya ruang untuk mengembangkan kreatifitas mereka.
hanya karena hal-hal internal pemerintah bandung kreatifitas anak-anak muda Bandung jadi terhambat tapi itu demua tidak menjadi hambatan bagi pemusik atau kreator bandung mereka melakukan pergerakan melalui dunia maya, banyak band-band lokal yang menunjukkan hasil kreatifitasnya dalam web, contohnya saja dalam web myspace.com. Cara tersebut cukup ampuh untuk tetap bertahan di independent scene ini. Tak hanya dalam negeri, tetapi hasil kreatifitas mereka didengarkan hingga ke luar negeri.
nah berikut ini contoh band-band indie dan karyanya yang udah sukses merajalela di belantika musik Indonesia bahkan sudah mampir dan berkarya di negeri tetangga
lo pasti udah ga asing lagi dengan nama band white shoes & the couples company, the sigit, everybody love irene, sajama cut. nah buat band-band pionir yang uda duluan merajalela di kancah international ada pure saturday dan rumahsakit.
next klo tadi kita uda bahas masalah musik indie sekarang kita move on ke film indie.
semangat indie dikenal dengan do it yourself. Apalagi dengan kemudahan teknologi, hampir semua orang dapat membuat film. Tinggal pakai handycam, beli kaset, lalu edit di komputer, beres! Namun Iqbal Alfajri, salah satu penggagas Salman FM Club (Salman Filmmaker Club, adalah salah satu komunitas Bandung yang cukup konsisten dalam memproduksi film yang berdiri sejak maret 2001) berpendapat bahwa film indie tidak hanya faktor “semuanya dikerjakan sendiri”. “Film indie harus ada spirit juga,” kata laki-laki lulusan FSRD ITB angkatan 1996 ini.
tidak hanya sampai di sini Iqbal Alfajri juga menjawab beberapa pertanyaan sineas-sineas muda Indonesia tentang film indie, berikut adalah beberapa pertanyaannya
* Kalau bicara film indie, sering dikontrakan dengan “major label”. Sedangkan ada pendapat bahwa di Indonesia, “major label” film pun belum ada yang mapan. Jadi, film indie itu apa?
Saya sepakat dengan Garin Nugroho. Garin bilang, film indie itu, orang-orangnya masih bebas. Dalam arti, punya konsep dan idealisme, dan itu tergambar dalam filmnya. Tidak ikut trend dan main di mainstream. Dia juga bisa mempertanggungjawabkan karya dia. Kalau asal, itu bukan mental seorang filmmaker. Tidak semena-mena juga, bilang “Saya bisa bikin film sendiri nih.” Bukan berarti itu film indie. Dilihat dulu! Banyak loh, anak-anak yang buat film, tapi mirip sinetron. Apa itu film indie? Bukan! Itu film mainstream, walaupun semua dibuat sendiri.
* film indie bukan sekadar “do it yourself”?
Tidak hanya itu, tapi ada spirit juga. Kalau bicara definisi, yang jelas film itu dibuat berdasarkan kebutuhan. Bukan iseng atau hobi, tapi dia butuh untuk buat film. Misalnya, saya konsentrasi ke dunia remaja. Lalu saya lihat sinetron remaja, banyak yang tidak benar. Lalu saya buat saja film remaja. Itu kebutuhan kan? Seperti waktu kita putar film Ben di sebuah SMU. Mereka bilang, “Wah, kalau sinetron seperti ini, kita mau nonton.” Itu bukti bahwa sebenarnya mereka butuh, tapi di pasar tidak ada. Kalau sinetron kan, kebanyakan sekadar memenuhi pasar. Jadi, kita melihat masalah, dan dari nilai-nilai yang diyakini, kita berusaha menjawabnya lewat film.
* Kalau bicara iklim kebebasan berekspresi dan berkreativitas, bagaimana?
Di Indonesia, selama belum ada undang-undangnya, sebenarnya momen yang baik untuk berkembang. Di undang-undang perfilman, belum ada yang mengatur khusus film indie. Memang ada Lembaga Sensor Film (LSF). Tapi sampai hari ini, belum ada orang membuat film indie, separah apa pun, yang bermasalah atau ditangkap. Film yang menjelek-jelekkan pemerintah juga ada loh.
* Siapa sih yang harus peduli sama film indie?
Pertama ya dari orang film sendiri. Mereka yang senior dan bisa jadi patron. Misalnya, orang seperti Slamet Rahardjo. Sudahlah dia tidak usah bikin film lagi, tapi dia jadi bapak film Indonesia. Dia datang ke kantong-kantong film indie, kasih semangat, saran, dana juga kalau bisa. Nah, kalau pemerintah, yang terutama itu Depbudpar. Kita pernah juga ke Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N). Kita pernah membuat acara, diskusi dan macam-macam, tapi tidak didanai sama sekali. Padahal itu acara film yang seharusnya mereka bikin. Tadinya mereka juga menjanjikan bahwa acara itu bagian dari FFI. Ah, kalau bicara pemerintah, kekecewaan kita sih…sudahlah!
tadi kita udah sedikit ngebahas tentang musik indie dan film indie. berikut ini ada liputan wawancara saya kepada beberapa sineas muda indonesia yang terjun langsung dalam dunia indie itu sendiri :
1. FILM INDIE menurut Reza salah satu mahasiswa BSI Salemba yang terjun langsung dalam pembuatan fil indie " menurut gue film indie itu orang yang mau berkarya tapi banyak kendala dan mampu membuat film dengan hasil yang ngga kalah bagus dengan Hanung Bramantyo atau Deddy Mizwar. Dan sekelompok orang atau komunitas yang senang berkarya memebuat suatu film yana baik dan penuh seni. kesulitan yang gue hadapin pada saat pembuatan film indie cuma masalah BIAYA"
2. INDIE menurut Tito salah satu mahasiswa UBL yang suka dengan semua hal tentang indie dan salah satu yang digelutinya adalah band indie " menurut saya indie itu independent low budged and aquipment inovatif, imaginatif, berani keluar jalur revolutioner"
http://www.kongkoow.com/achy/blog/650/
jadi pemusik indie, melakukan record , pengeluaran album dan pemasaran sendiri. jadi musik indie itu adalah musik yg segalanya dilakukan sendiri oleh musisi atau band itu sendiri..tanpa produser dari studio-studio besar dll..
Kerja independen akhirnya menjadi pilihan pertama dan yang utama. Selain memangkas birokrasi, kerja sendiri lebih efisien. Hampir semua dikelola sendiri, dan hanya distribusi album yang diserahkan kepada pihak yang lebih profesional. Salah satu ciri musik indie adalah mandiri dan independen. Awalnya, tak semua band yang baru terjun ke dunia musik paham apakah mereka mau berkarya sebagai indie atau masuk industri major label. Mereka lebih mementingkan karya musik yang sesuai dengan kualitas dan kapasitas diri.
Musik indie merupakan pilihan, bukan sekadar menjadi transit menuju major label. Musik indie lebih pada cara bekerja dan bermusik yang terasa merdeka dari tekanan industrialisasi musik populer. Harus diakui, ada komunikasi yang tak selaras antara indie dan major label sebagai representasi industri musik.
"Industri musik dan major label sampai sekarang enggak ngerti musik indie. Sekarang mereka mulai tertarik indie walaupun masih enggak ngerti juga,"
pokoknya semua serba mandiri...
Jika kita cermati, semangat indie yang sebenarnya sebuah budaya anti trend, kini telah disulap menjadi trend baru, sebuah konsekuensi logis dari perkembangan industri musik yang kian cepat secara kuantitas, tapi tidak secara kualitas. Berikut ini beberapa aspek yang disadari atau tidak telah bergeser dari semangat indie, menjadi trend yang diminati banyak orang.
Propaganda
Perkembangan ini kemudian diikuti oleh elemen lain yang sangat menunjang. Salah satunya adalah media cetak. Untuk menunjang promosi, biasanya band membuat newsletter untuk memberitakan perkembangan bandnya. Berawal dari selembar kertas fotokopian, lalu mulai dicetak tipis, dan akhirnya bermunculanlah majalah-majalah yang tampilannya tak kalah keren dibandingkan dengan media cetak mapan.
Awalnya media cetak tersebut adalah ajang untuk propaganda. Tetapi, sekarang sudah berubah jadi bacaan yang bisa kita nikmati dan menambah wawasan kita.
Fashion
Indie tetap memperhatikan penampilan, tetapi dengan satu syarat: harus beda dengan yang lain. Syarat tersebut membuat mereka mendesain pakaian sendiri, biasanya berupa t-shirt, yang berbeda dengan rancangan orang lain. Walau sederhana, hanya mengandalkan kekuatan kata dan gambar pada kaus, ternyata desain mereka bisa memancing minat para pencinta fashion. Bahkan puluhan merek bermunculan dan menambah panjang daftar nama outlet yang tersebar di setiap kota-kota besar di Indonesia. Clothing tidak hanya memproduksi t-shirt, tetapi juga berbagai aksesori, seperti belt, handband, sepatu, sampai boxer.
Distribusi
Banyak produk bersemangat indie dihasilkan, tetapi sedikit tempat yang bisa menjualnya. Karena keterbatasan dana, mereka kesulitan masuk ke toko-toko buku besar. Akhirnya, dibangunlah sistem distribusi yang memanfaatkan jaringan pertemanan. Sampai akhirnya ada sebuah solusi untuk hal ini, yaitu 'distribution outlet' yang lebih dikenal dengan sebutan distro.
Jika kita cermati, semangat indie yang sebenarnya sebuah budaya anti trend, kini telah disulap menjadi trend baru, sebuah konsekuensi logis dari perkembangan industri musik yang kian cepat secara kuantitas, tapi tidak secara kualitas. Berikut ini beberapa aspek yang disadari atau tidak telah bergeser dari semangat indie, menjadi trend yang diminati banyak orang. Dan Bandung salah satu kota yang penuh kreatifitas berbicara tentang indie
Bandung sebagai kota yang penuh dengan kreatifitas, menjadikan kota ini memiliki daya tarik tersendiri. Kreatifitas yang tampak mulai dari fashion, seni hingga budaya. Salah satu kreatifitas yang paling menonjol adalah musik, kota Bandung sejak dulu sudah di kenal dengan gudangnya pemusik. Di kota ini banyak melahirkan musisi-musisi handal dan terkenal se-Indonesia. Tak terkecuali dengan pergerakan musik indie di Indonesia, Bandung menjadi salah satu penghasil band-band indie yang di kenal oleh banyak orang, dan dijadikan barometer pergerakan musik independent scene di Indonesia. Namun, citra Bandung seperti itu terlihat akan pudar. Kreatifitas band-band lokal Bandung semakin terkekang dan sulit untuk berkembang. Salah satu penyebabnya dapat dikarenakan semakin sedikitnya ruang untuk mengembangkan kreatifitas mereka.
hanya karena hal-hal internal pemerintah bandung kreatifitas anak-anak muda Bandung jadi terhambat tapi itu demua tidak menjadi hambatan bagi pemusik atau kreator bandung mereka melakukan pergerakan melalui dunia maya, banyak band-band lokal yang menunjukkan hasil kreatifitasnya dalam web, contohnya saja dalam web myspace.com. Cara tersebut cukup ampuh untuk tetap bertahan di independent scene ini. Tak hanya dalam negeri, tetapi hasil kreatifitas mereka didengarkan hingga ke luar negeri.
nah berikut ini contoh band-band indie dan karyanya yang udah sukses merajalela di belantika musik Indonesia bahkan sudah mampir dan berkarya di negeri tetangga
lo pasti udah ga asing lagi dengan nama band white shoes & the couples company, the sigit, everybody love irene, sajama cut. nah buat band-band pionir yang uda duluan merajalela di kancah international ada pure saturday dan rumahsakit.
next klo tadi kita uda bahas masalah musik indie sekarang kita move on ke film indie.
semangat indie dikenal dengan do it yourself. Apalagi dengan kemudahan teknologi, hampir semua orang dapat membuat film. Tinggal pakai handycam, beli kaset, lalu edit di komputer, beres! Namun Iqbal Alfajri, salah satu penggagas Salman FM Club (Salman Filmmaker Club, adalah salah satu komunitas Bandung yang cukup konsisten dalam memproduksi film yang berdiri sejak maret 2001) berpendapat bahwa film indie tidak hanya faktor “semuanya dikerjakan sendiri”. “Film indie harus ada spirit juga,” kata laki-laki lulusan FSRD ITB angkatan 1996 ini.
tidak hanya sampai di sini Iqbal Alfajri juga menjawab beberapa pertanyaan sineas-sineas muda Indonesia tentang film indie, berikut adalah beberapa pertanyaannya
* Kalau bicara film indie, sering dikontrakan dengan “major label”. Sedangkan ada pendapat bahwa di Indonesia, “major label” film pun belum ada yang mapan. Jadi, film indie itu apa?
Saya sepakat dengan Garin Nugroho. Garin bilang, film indie itu, orang-orangnya masih bebas. Dalam arti, punya konsep dan idealisme, dan itu tergambar dalam filmnya. Tidak ikut trend dan main di mainstream. Dia juga bisa mempertanggungjawabkan karya dia. Kalau asal, itu bukan mental seorang filmmaker. Tidak semena-mena juga, bilang “Saya bisa bikin film sendiri nih.” Bukan berarti itu film indie. Dilihat dulu! Banyak loh, anak-anak yang buat film, tapi mirip sinetron. Apa itu film indie? Bukan! Itu film mainstream, walaupun semua dibuat sendiri.
* film indie bukan sekadar “do it yourself”?
Tidak hanya itu, tapi ada spirit juga. Kalau bicara definisi, yang jelas film itu dibuat berdasarkan kebutuhan. Bukan iseng atau hobi, tapi dia butuh untuk buat film. Misalnya, saya konsentrasi ke dunia remaja. Lalu saya lihat sinetron remaja, banyak yang tidak benar. Lalu saya buat saja film remaja. Itu kebutuhan kan? Seperti waktu kita putar film Ben di sebuah SMU. Mereka bilang, “Wah, kalau sinetron seperti ini, kita mau nonton.” Itu bukti bahwa sebenarnya mereka butuh, tapi di pasar tidak ada. Kalau sinetron kan, kebanyakan sekadar memenuhi pasar. Jadi, kita melihat masalah, dan dari nilai-nilai yang diyakini, kita berusaha menjawabnya lewat film.
* Kalau bicara iklim kebebasan berekspresi dan berkreativitas, bagaimana?
Di Indonesia, selama belum ada undang-undangnya, sebenarnya momen yang baik untuk berkembang. Di undang-undang perfilman, belum ada yang mengatur khusus film indie. Memang ada Lembaga Sensor Film (LSF). Tapi sampai hari ini, belum ada orang membuat film indie, separah apa pun, yang bermasalah atau ditangkap. Film yang menjelek-jelekkan pemerintah juga ada loh.
* Siapa sih yang harus peduli sama film indie?
Pertama ya dari orang film sendiri. Mereka yang senior dan bisa jadi patron. Misalnya, orang seperti Slamet Rahardjo. Sudahlah dia tidak usah bikin film lagi, tapi dia jadi bapak film Indonesia. Dia datang ke kantong-kantong film indie, kasih semangat, saran, dana juga kalau bisa. Nah, kalau pemerintah, yang terutama itu Depbudpar. Kita pernah juga ke Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N). Kita pernah membuat acara, diskusi dan macam-macam, tapi tidak didanai sama sekali. Padahal itu acara film yang seharusnya mereka bikin. Tadinya mereka juga menjanjikan bahwa acara itu bagian dari FFI. Ah, kalau bicara pemerintah, kekecewaan kita sih…sudahlah!
tadi kita udah sedikit ngebahas tentang musik indie dan film indie. berikut ini ada liputan wawancara saya kepada beberapa sineas muda indonesia yang terjun langsung dalam dunia indie itu sendiri :
1. FILM INDIE menurut Reza salah satu mahasiswa BSI Salemba yang terjun langsung dalam pembuatan fil indie " menurut gue film indie itu orang yang mau berkarya tapi banyak kendala dan mampu membuat film dengan hasil yang ngga kalah bagus dengan Hanung Bramantyo atau Deddy Mizwar. Dan sekelompok orang atau komunitas yang senang berkarya memebuat suatu film yana baik dan penuh seni. kesulitan yang gue hadapin pada saat pembuatan film indie cuma masalah BIAYA"
2. INDIE menurut Tito salah satu mahasiswa UBL yang suka dengan semua hal tentang indie dan salah satu yang digelutinya adalah band indie " menurut saya indie itu independent low budged and aquipment inovatif, imaginatif, berani keluar jalur revolutioner"
http://www.kongkoow.com/achy/blog/650/
edisi 1 cuplikan ou
Woi edisi satu jg kita ada sedikit menampilkan karya art work cewek cantik satu ini. nima hikmawatia wuih
pasti pada penasaran bagaimana katya nya makanya tetap sabar ya kita akan tampilakan di edisi 1 R MAGZ.
salam hangat salam selalu...............................
Agustus 2010 ini ATH ngeluarin albumnya lho? wuih pokoknya keren abiez simak teruz grilya musik musik indie tanah air khususnya jogja, dukung musik indie dalam negri ! okay brooo
pasti pada penasaran bagaimana katya nya makanya tetap sabar ya kita akan tampilakan di edisi 1 R MAGZ.
salam hangat salam selalu...............................
Agustus 2010 ini ATH ngeluarin albumnya lho? wuih pokoknya keren abiez simak teruz grilya musik musik indie tanah air khususnya jogja, dukung musik indie dalam negri ! okay brooo
Minggu, 22 Agustus 2010
coming soon R magz
Majalah pdf kreatif yang bersifat informatif menguak sisi lain jogja, isinya liputan event di jogjakarta, komunitas jogja, kuliner, musik indie, artis artis di jogja, pariwista, kewirausahaan anak muda, tempat asyik buat nongkrong pokoknya ini media asyik bagi kaum muda yang ada dijogja baik asli jogja juga yang sedang belajar di jogja. Dengan target pembaca siswa smu, mahasiswa, dan masyarakat muda di kota Yogyakarta. Kita juga membuka pada para kreatif muda, organisasi siswa, atau mahasiswa, entrepreneurs muda, Bumn,Pemerintah, dan semua lapisan masyarakat muda di jogja untuk bersama-sama membagi informasinya.nah buat kamu yang punya band indie atau komunitas bahkan puya usaha pingin tampil di R-magz kirim saja ke ruangvisualmagz@gmail.com ,
siapa tau kamu jadi inspirasi banyak orang!
Kalo sekolah atau kampus kamu ada event dan pingin di liput langsung saja email ke
ruangvisualmagz@gmail.com
Bila kamu punya karya artikel,tentang rubrik-rubrik di atas kirim aja langsung ke redaksi, untuk kamu juga yang punya karya art work digital, photography pingin karyamu dilihat banyak orang kirim aja karya kamu ke redaksi R magz.
kita tunggu partisipasimu di R magz, satu media berjuta inspirasi ! (rendra rv)
Langganan:
Postingan (Atom)