Jumat, 24 Mei 2013

Kisah Thalut




Yang terhormat pengasuh, mohon penjelasannya tentang tokoh Thalut (berdasarkan riwayat nabi Daud AS) saya mau memberi nama anak(yang akan lahir sebentar lagi) sesuai tokoh tersebut apakah baik menurut islam ? Assalamu' alaikum wr wb... Yang terhormat pengasuh, mohon penjelasannya tentang tokoh Thalut (berdasarkan riwayat nabi Daud AS) saya mau memberi nama anak(yang akan lahir sebentar lagi) sesuai tokoh tersebut apakah baik menurut islam ?

 Terimakasih atas penjelasannya. Wassalamu' alaikum wr wb Helmi [Jawab] Assalamu' alaikum wr wb... Langsung saja, Thalut adalah nama dari raja Bani Israel pada era nabi Daud. Beliau menjadi raja ketika Nabi Daud as menjadi komandan perang. Cerita singkatnya sebagai berikut : Ketika Bani Israil terombang-ambing oleh kekosongan pemimpin pasca Nabi Musa as, beberapa orang di antara mereka berkata kepada pemimpin agama mereka --yang termasuk nabi, tetapi bukan rasul-- agar mengangkat seorang raja/pemimpin. Mereka berkata, 

"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (dibawah pimpinannya) di jalan Allah".Lalu, nabi itu menjawab "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang". Maksudnya, sudah kebiasaan Bangsa Israel ketika diperintahkan berperang tetapi mereka tidak berani, namun ketika tidak ada pemimpin mereka meminta untuk berperang. Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?".

 Mereka meyakinkan bahwa mereka mau berperang, karena mereka telah diusir dan anak-anak mereka ditawan. Namun, tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka, dan tidak mau. Nabi mereka tadi berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.




" Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.

" Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut [peti tempat menyimpan Taurat yang membawa ketenangan bagi mereka] kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. 

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Mereka pun akhirnya menerima Thalut sbg raja. Maka tatkala Thalut berangkat membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya

kecuali meneguk secakup tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. 

Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." (Jalut adalah musuh) Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." Tatkala Jalut dan tentaranya telah berhadapan dg mereka (Thalut), merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo'a: "Ya Tuhan kami, 

tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, 

kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah [yang dimaksud ialah kenabian dan Kitab Zabur] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.

 Demikian kisah Thalut dan Daud, seperti dalam al-Qur'an, surat al-Baqarah ayat 246 - 251. Bagus sekali jika anda menamakan putra anda dengan nama Thalut, karena Thalut adalah raja Bani Israel yang dipilih oleh Allah swt. Demikian, semoga membantu. Wassalam, M. Luthfi Thomafi

sumber : pesantren virtual

Kamis, 23 Mei 2013

Dakwah Bukan Untuk Mencari Massa

##

Berdakwah adalah suatu perbuatan yang sangat mulia. Tugas ini dilakukan oleh para Nabi dan Rasul sejak dahulu, dan sekarang diwariskan kepada para 'ulama. Namun sangat disayangkan, sebagian dari kaum muslimin, mereka memiliki semangat dakwah yang sangat besar, namun menempuh cara yang keliru.

Tujuan Dakwah Para Nabi dan Rasul

Sudah jelas sekali, bahwa tujuan para Nabi dan Rasul berdakwah adalah karena Allah . Agar manusia mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),

" Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu ' . "(An-Nahl: 36)

Allah memiliki hak yang sangat besar, dan kesyirikan adalah suatu kezhaliman yang sangat besar terhadap hak Allah. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),

" ... Sesungguhnya kesyirikan adalah kezhaliman yang paling besar. "(QS: Luqman: 13)

Dakwah Bukan Untuk Mencari Massa

Dakwah bukanlah sekedar mencari banyaknya pengikut, akan tetapi meninggikan kalimat tauhid dan menyembah Allah semata. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),

" Dan tidaklah Kami utus rasul sebelum kamu kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Aku, maka beribadahlah kepada-Ku. "(QS: Al-Anbiya: 25)

Bukti lain bahwa dakwah bukanlah mencari massa berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya),

" Maka aku melihat seorang Nabi yang bersamanya (ada pengikut) serombongan (± 10 orang), dan seorang Nabi yang bersamanya (ada pengikut) satu atau dua orang, dan seorang Nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. "(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Lihatlah wahai saudaraku, ada Nabi yang pengikutnya hanya 10 orang, ada Nabi yang pengikutnya hanya satu atau dua orang, bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya sama sekali!! Seandainya dakwah itu untuk mecari massa, niscaya Nabi terdahulu seudah menjadi hina, karena memiliki pengikut yang sedikit, bahkan tidak ada satu pun pengikutnya.

Ketika seseorang berdakwah untuk mencari massa , maka ia tidak akan peduli, siapa yang telah mengikuti dakwahnya. Apakah dia seorang ahli tauhid? Seorang yang bermaksiat kepada Allah? Ahli bid'ah dan yang lainnya. Yang terpenting baginya adalah banyaknya pengikut sehingga akumulasi suara yang banyak.

Ketika Allah di durhakai, sedikit sekali pembelaan mereka. Namun ketika anggota mereka dicela, betapa banyak mereka yang membelanya sampai tutup mata dengan kesalahannya. Ketika kesyirikan tersebar, hanya sedikit suara dari mereka yang bergaung. Namun ketika terjadi perubahan hukum negara, mereka seakan berlomba menyuarakan suara dan kepedulian mereka.

Semoga Allah memberikan kita sifat ikhlas dalam berdakwah. Tidak peduli berapa yang menerima dakwah kita, dan tidak peduli berapa yang mengikuti dakwah kita.

http://pemudamuslim.com/dakwah/dakwah-bukan-untuk-mencari-massa/

Sabtu, 18 Mei 2013

meninggalkan yang haram

Ada seorang kawan bercerita tentang seorang pedagang di Saudi Arabia. Pada awal dia meniti karir dalam bisnis, dulunya dia bekerja di sebuah pelabuhan di negeri ini. Semua barang-barang perniagaan yang akan masuk harus melalui dia dan mendapatkan tanda tangannya. Dia tidak suka kepada orang yang main kolusi dan suap-menyuap. Tetapi dia tahu bahwa atasannya senang mengambil uang suap. Sampai akhirnya teman kita yang satu ini didatangi oleh orang yang memberitahunya agar tidak terlalu keras dan mau menerima apa yang diberikan oleh penyuap untuk mempermudah urusannya.
Setelah mendengar perkataan tersebut, dia gemetar dan merasa takut. Ia lalu keluar dari kantornya, sementara ke-sedihan, penyesalan dan keraguan terasa mencekik lehernya. Hari-hari mulai berjalan lagi, dan para penyuap itu datang kepadanya. Yang ini mengatakan, 'Ini adalah hadiah dari perusahaan kami'. Yang satu lagi bilang, 'Barang ini adalah tanda terima kasih perusahaan kami atas jerih payah Anda'. Dan dia selalu mampu mengembalikan dan menolak semuanya. Tetapi sampai kapan kondisi ini akan tetap ber-langsung?!
Dia khawatir suatu waktu mentalnya akan melemah dan akhirnya mau menerima harta haram tersebut. Dia berada di antara dua pilihan; meninggalkan jabatannya dan gajinya atau dia harus melanggar hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mau menerima suap. Karena hatinya masih bersih dan masih bisa meresapi firman Allah subhanahu wa ta'ala,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dia berkata, 'Tak lama setelah itu Allah subhanahu wa ta'ala mengkaruniakan untukku kapal kargo yang kecil. Aku pun memulai bisnisku, mengangkut barang-barang. Lalu Allah mengkaruniakan kapal kargo lain lagi. Sebagian pedagang mulai memintaku untuk mengangkut barang-barang perniagaan mereka karena aku memang sangat hati-hati, seolah-olah barang-barang itu milikku sendiri.
Di antara kejadian yang menimpaku adalah sebuah kapal kargoku menabrak karang dan pecah. Penyebabnya, karena sang nahkoda tertidur. Dia meminta maaf. Tanpa keberatan aku memaafkannya. Maka merasa heranlah seorang polisi lalu lintas laut karena aku begitu mudah memaafkan orang. Dia berusaha berkenalan denganku. Setelah berlangsung beberapa tahun, polisi itu bertambah tinggi jabatannya. Saat itu datang barang-barang perniagaan dalam jumlah besar. Dia tidak mau orang lain, dia memilihku untuk mengangkut barang-barang tersebut tanpa tawar menawar lagi.
[Dari kumpulan kisah situs www.alsofwah.or.id]
Pembaca yang budiman, lihatlah, bagaimana pintu-pintu rizki terbuka untuknya. Sekarang dia telah menjadi seorang saudagar besar. Kepedulian sosial dan santunannya bagi orang-orang miskin begitu besar. Begitulah, barangsiapa meninggalkan suatu maksiat termasuk tindakan suap dan menerima suap dengan ikhlas karena Allah, niscaya Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik bagimu.” (HR. Ahmad 5/363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih)

Begitu pula ingatlah janji Allah bagi orang yang bertakwa yaitu akan diberi rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Allah Ta'ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS. Ath-Thalaq: 2-3). Dari 'Ali bin Abi Tholhah, dari Ibnu 'Abbas, beliau menafsirkan ayat tersebut, "Barangsiapa yang bertakwa pada Allah maka Allah akan menyelamatkannya dari kesusahan dunia dan akhirat. Juga Allah akan beri rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 14/32)
Ingat pula tentang bahaya suap sebagaimana disebutkan dalam hadits,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ.
"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap”. (HR. Abu Daud no. 3580, Tirmidzi no. 1337, Ibnu Majah no. 2313. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam riwayat yang lain Nabi melaknat al Ra-isy (الرَّائِشَ) yaitu penghubung antara penyuap dan yang disuap (HR. Ahmad 5/279). Meski hadits ini lemah namun maknanya benar. Orang yang menjadi penghubung antara penyuap dan yang disuap berarti membantu orang untuk berbuat dosa dan ini adalah suatu yang terlarang. Hadits di atas menunjukkan bahwa suap termasuk dosa besar, karena ancamannya adalah laknat. Yaitu terjauhkan dari rahmat Allah. Bahkan sogok itu haram berdasarkan ijma' (kesepakatan ulama). Jadi terlarang, meminta suap, memberi suap, menerima suap dan menjadi penghubung antara penyaup dan yang disuap.

Wallahu waliyyut taufiq.

Kamis, 16 Mei 2013

CERAMAH RAMADHAN


Mutiara Sahur Kerjasama HTI DIY dan Radio Trijaya FM Yogyakarta
  1. Ustz. Elis Siti – Sombong Size 7,67 MB 
  2. Ustz. Elis Siti – Kunci Surga Size 9,87 MB Durasi 00:57:28 || 6 Agustus 2011 / 6 Ramadhan 2011
  3. Ust. Yudha Pedyanto – Sabar Size Size 6,39MB || 9 Agustus 2011
  4. Ust. Yudha Pedyanto – Tawakal Size 4,3MB || 12 Agustus 2011
  5. Ust Yudha Pedyanto – Keikhlasan Size 8,03 MB
  6. Ust. Abu Izzah – Jejak Syariah dan Khilafah di Indonesia || Size 6,87MB || 13 Agustus 2011
  7. Ustz. Elis Siti – Rahasia Rizki || Size 6,01 MB
  8. Ustz. Elis Siti – Pelajaran Saat Rasulullah Menjelang Ajal || Size : 6,44 MB
  9. Kesadaran Seorang Mukmin || Size : 4.16 MB
Visi Ramadhan Kerjasama HTI DIY dan Radio Trijaya FM Yogyakarta
  1. Ust. Bukhari – Memahami Potensi Menggapai Kemenangan || Size: 7.78 MB
  2. Ust. Bukhari – Membangun Bisnis Tanpa Riba || Size: 8.45 MB
  3. Ust. Bukhari – Do’a Modal Kaum Muslimin yang Diabaikan || Size 8.77 MB
  4. Ust. Bukhari – Menguatkan Tawakal Menjemput Rejeki || Size 7.37 MB
  5. Ust. Subhan – Zakat Fitrah || Size: 7.23 MB || 12 Agustus 2011
  6. Ust. Farid Ma’ruf – Mendidik Generasi Jangan dengan Film dan Sinetron || Size : 9.47 MB || 16 Agustus 2011
  7. Ust. Farid Ma’ruf – Mendidik Generasi di Era Kemajuan Teknologi Informasi || Size: 9.06 MB || 19 Agustus 2011
  8. Ustadz Suswanta – Kepada Siapa Hukum Harus Berpihak || Size: 8.89 MB || 20 Agustus 2011
  9. Ustadz Suswanta – Membangun Negeri Bebas Korupsi dengan Ridho Ilahi || Size: 7,23 MB || 21 Agustus 2011
  10. Ustz. Yuni Kartika – Menyelesaikan Masalah KDRT [Kekerasan Dalam Rumah Tangga] || Size : 8.53MB || 22 Agustus 2011
  11. Ust. Abu Hiza – Sistem Pendidikan Islam || Size : 7,89 MB
  12. Ust. Yudha Pedyanto Ramadhan Bulan Kemerdekaan dan Pembebasan || Size : 7.76 MB
  13. Ust. Yudha Pedyanto – Ramadhan Membangun Keluarga yang Berkah di Negeri yang Berkah || Size :4.46 MB
  14. Ustz. Elis Siti – Kehidupan Suami Istri dalam Keluarga Islami || Size: 9.9 MB
  15. Ust. Subhan – Fidyah || Size: 9.7 MB
  16. Ust. Yudha Pedyanto – Dakwah Benahi Diri, Dakwah Benahi Negeri || Size 8.28 MB
  17. Ustz. Puspita Satyawati – Mengenalkan Ideologi Islam pada Anak || Size: 6.71 MB
  18. Ust. Wahyu Membentuk Keimanan yang Kuat || Size: 9.24 MB

PRINSIP DA’WAH DALAM AL QUR’AN


Pengertian dan Tujuan Da’wah
Da’wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da’wah yang artinya seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da’wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Syaikh Ali Mahfuzh -murid Syaikh Muhammad Abduh- sebagai pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da’wah memberi batasan mengenai da’wah sebagai: “Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma’ruf dan maencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.”
Da’wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma’ruf dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da’wah, amar ma’ruf, dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang .
Adapun mengenai tujuan da’wah, yaitu: pertama, mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud dari da’wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya.
Kedua, mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman Allah: “Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi terpuji.” (QS. Ibrahim: 1)
Urgensi dan Strategi Amar ma’ruf Nahi munkar
Dalam Al-Qur’an dijumpai lafadz “amar ma’ruf nahi munkar” pada beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104: “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini: “Hendaklah ada di antara kamu suatu golongan yang menyelesaikan urusan dawah, menyuruh ma’ruf (segala yang dipandang baik oleh syara` dan akal) dan mencegah yang munkar (segala yang dipandang tidak baik oleh syara` dan akal) mereka itulah orang yang beruntung.”
Dalam ayat lain disebutkan “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran: 110). Lafadz amar ma’ruf dan nahi munkar tersebut juga bisa ditemukan dalam QS. At Taubah: 71, Al Hajj: 41, Al-A’raf: 165, Al Maidah: 78-79 serta masih banyak lagi dalam surat yang lain.
Bila dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun hanya sekedar kumpulan individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut juga dikuatkan dengan hadits Rasulullah: “Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang dzhalim, ‘Hai dzhalim!’, maka ucapkan selamat tinggal untuknya.”
Dari ayat-ayat di muka dapat ditangkap bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Allah dalam menilai kualitas suatu umat. Ketika mengangkat kualitas derajat suatu kaum ke dalam tingkatan yang tertinggi Allah berfirman: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia.” Kemudian Allah menjelaskan alasan kebaikan itu pada kelanjutan ayat: “Menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran: 110).
Demikian juga dalam mengklasifikasikan suatu umat ke dalam derajat yang serendah-rendahnya, Allah menggunakan eksistensi amar ma’ruf nahi munkar sebagai parameter utama. Allah Swt. berfirman: “Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Isra’il melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.” (QS. Al Maidah 78-79). Dari sinipun sebenarnya sudah bisa dipahami sejauh mana tingkat urgensitas amar ma’ruf nahi munkar.
Bila kandungan ayat-ayat amar ma’ruf nahi munkar dicermati, -terutama ayat 104 dari QS. Ali Imran- dapat diketahui bahwa lafadz amar ma’ruf dan nahi munkar lebih didahulukan dari lafadz iman, padahal iman adalah sumber dari segala rupa taat. Hal ini dikarenakan amar ma’ruf nahi munkar adalah bentengnya iman, dan hanya dengannya iman akan terpelihara.
Di samping itu, keimanan adalah perbuatan individual yang akibat langsungnya hanya kembali kepada diri si pelaku, sedangkan amar ma’ruf nahi munkar adalah perbuatan yang berdimensi sosial yang dampaknya akan mengenai seluruh masyarakat dan juga merupakan hak bagi seluruh masyarakat.
Hamka berpendapat bahwa pokok dari amar ma’ruf adalah mentauhidkan Allah, Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah syirik kepada Allah. Implementasi amar ma’ruf nahi munkar ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya disebut dengan public opinion, sebab al ma’ruf adalah apa-apa yang disukai dan diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala apa yang tidak diingini oleh khalayak.
Namun kelalaian dalam ber-amar ma’ruf telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga yang ma’ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai hal yang ma’ruf.
Konsisnten dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri.
Harus disadari bahwa masyarakat itu layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah satu bagian, amar ma’ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan preventif melawan kerusakan.
Mengenai hal ini Rasulullah Saw. memberikan tamsil: “Permisalan orang-orang yang mematuhi larangan Allah dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus melawati orang-orang yang ada di atas meraka.
Akhirnya mereka berkata ‘Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan mengganggu orang yang di atas kita’. Jika orang yang di atas membiarkan mereka melubangi kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang di atas mencegah, maka mereka dan semuannya akan selamat.”
Suatu kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma’ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain berupa:
Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir’aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.
Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.: “Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”.
Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra’il karena keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79).
Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran.
Rasul Saw. bersabda: “Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman”.
Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma’ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma’ruf dan khususnya nahi munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.
Da’wah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam secara sempurna. Metode yang di terapkan dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar tersebut sebenarnya akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dihadapi para da’i. Amar ma’ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki.
Ketegasan dalam menyampaikan amar ma’ruf dan nahi munkar bukan berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan metode amar ma’ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat dengan social cost yang tinggi.
Dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk masyarakat:
Hendaknya amar ma’ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir’aun (QS. Thaha: 44).
Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma’ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.

Menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan politik.
Amar ma’ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah, serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.
Dalam menyampaikan da’wah amar ma’ruf nahi munkar, para da’i dituntut memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun masyarakat dan negara. Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa da’wah yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh Al Qur’an dan Sunnah.

Bertanggung jawab kepada masyarakat atau umat menganduang arti bahwa da’wah Islamiyah memberikan kontribusi positif bagi kehidupan sosial umat yang bersangkutan. Bertanggung jawab kepada negara mengandung arti bahwa pengemban risalah senantiasa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku di negara dimana ia berda’wah.
Jika da’wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum positif yang berlaku dalam sebuah negara, maka kelancaran da’wah itu sendiri akan terhambat dan bisa kehilangan simpati dari masyarakat.
Hanung Hisbullah Hamda
Jamaah Masjid Al Azhar FH UII

FELIX SIAUW


Dibawah ini tersedia beberapa file presentasi yang bisa di download, tidak ada hak cipta untuk dakwah Islam, silahkan disebarluaskan untuk kebangkitan Islam!, semoga bermanfaat!

Materi Kajian Tematik

Materi Bagaimana Khilafah Diruntuhkan?

setelah download, semua item dikelompokkan dalam 1 folder agar link bisa berjalan dengan semestinya

Materi Basic Islamic Leadership Training (BILT BKLDK)

Materi Training Spiritual Performance Boosting (SPB)

 
 
*mempertimbangkan ketepatan pemahaman dan penyampaian materi, maka materi ini akan diberikan langsung kepada peserta setelah mengikuti training SPB
 
 

Materi Khusus Presentasi Palestina: Akar Masalah dan Solusi

1. Presentasi Powerpoint-17 MB
2. Film 1 (Tragedi Palestina HIP Edited-25 MB)
3. Film 2 (Proof Of HAMAS Victory-18 MB)
4. Film 3 (Obama: USD 30 Milliar Buat Israel-2 MB)
5. Film 4 (Deklarasi Balfour-3.3MB)
6. Surat Ummu Taqi-9 KB
7. Do’a Aku mp3-5.7 MB
8. Font-482 KB
9. Film Potongan Ila Mata-52 MB
setelah download semua item, ekstrak lalu dikelompokkan dalam 1 folder agar link bisa berjalan dengan semestinya

Materi Inspiring The Inspirator:

1. Teknik Presentasi
2. Film 1
3. Film 2
4. Film 3
5. Film 4
setelah download semua item, ekstrak lalu dikelompokkan dalam 1 folder agar link bisa berjalan dengan semestinya
 
http://maf1453.com/felix/download/